Mohon tunggu...
gunawan harianto
gunawan harianto Mohon Tunggu... -

just an ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beberapa Aspek Pejalan Ruhani

7 November 2011   04:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:58 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk memahami rahasia perjalanan Manusia-manusia Ilahi dan untuk dapat menggambarkan bentuk Irfan mereka, mau tidak mau kita harus mengenal biografi mereka dan juga metode tertentu yang mereka tempuh untuk sampai ke maqam-maqam spiritual yang tinggi.

Meskipun dalam perjalanan menuju Allah kita menemukan banyak jalan,sebagaimana disebutkan dalam riwayat,”jalan menuju Allah sedemikian banyaknya sebanyak bilangan nafas para makhluk”,

namun secara umum para pejalan (salik) menuju Allah dapat di bagi kepada Dua kelompok :

1.Majdzub Salik 2.Salik Majdzub

“salik majdzub ini sendiri terbagi dua :

(i)Salik majdzub yang mempunyai cara, ritual dan perkumpulan tertentu, dan

(ii)Salik majdzub yang semata mata bersandar kepada nilai-nilai akhlaq islam.

Majdzub salik

Istilah majdzub salik diberikan kepada para salik yang tidak mempunyai murabbi (Guru) zahir (nyata),mereka memperoleh pendidikan melalui pertolongan gaib dan mempunyai jiwa yang bersih. Jumlah kelompok salik ini mungkin tidak lebih dari jumlah jari yang ada di tangan kita pada setiap masanya. Masing-masing mereka menunaikan tugas disebuah kawasan di muka bumi ini di bawah pengawasan Imam Zaman. Setiap satu orang dari mereka meninggal dunia maka kedudukannya di gantikan oleh salik yang lain.

Bentuk sayr wa suluk ini dinamakan suluk Uwaisi. Mungkin, penamaan bentuk perjalanan ruhani ini dengan suluk uwaisi.adalah karena dinisbatkan kepada Uwais Qarni. Meskipun Uwais Qarni hidup semasa dengan Rasulullah saw dan termasuk salah seorang sahabat rahasia Amiril Mukminin Imam Ali Ibn Abi Thalib as, namun secara fisik ia belum pernah bertemu dengan dua orang manusia suci ini. Uwais Qarni menjalani hari-harinya di negeri yaman bersama ibunya yang sudah tua renta. Siang malam dia mewakafkan dirinya untuk melayani Ibunya yang sudah tua renta. Meskipun demikian, jiwanya senantiasa memperoleh cahaya dari dua matahari yang cahayanya tidak terbatas. Namun setelah ibunya meninggal dunia dengan segera ia datang berkhidmat kepada Imam Ali dan senantiasa menjadi pembelanya, hingga pada akhirnya dalam suatu peperangan ia memperoleh syahadah (mati syahid).

Jika kita ingin menemukan contoh sempurna dari para salik maka kita dapat membaca syair berikut.

”meskipun kami jauh namun kami dapat bercakap-cakap denganmu tidak ada jarak rumah dalam perjalanan ruhani”

Para majdzub salik seperti uwais qarni secara zahir tidak mempunyai Mursyid. Mereka tinggal disebuah tempat di bumi ini tanpa ada orang lain yang mengenalnya. Mereka terus melanjutkan suluknya. Dengan menjalin hubungan yang erat dengan para Imam Maksum as, jalan mereka senantiasa menjadi terang.

Sudah banyak diketahui bahwa untuk dapat menjumpai kekasihnya Rasulullah saw,Uwais Al Qarni meminta izin kepada ibunya yang sudah tua renta untuk melakukan perjalanan singkat. Ibunya pun mengizinkannya dengan syarat perjalan itu tidak lebih dari beberapa hari. Setelah memperoleh izin, dengan penuh semangat uwais Qarni naik ke atas punggung untanya dan pergi ke masjid madinah ia tidak mendapati Rasulullah saw. Namun,ia tidak dapat menunggu sampai Rasulullah saw pulang ke kota madinah, karena terikat janji kepada ibunya.

Setelah Uwais Qarni pergi, Rasulullah saw yag pergi ke luar kota untuk melakukan suatu pekerjaan tiba kembali di kota madinah.pada saat beliau saw masuk masjid beliau bersabda,”Aku mencium bau saudaraku,Uwais Qarni.” Para sahabat bercerita bahwa Uwais Qarni datang dengan berharap dapat berjumpa beliau namun beliau tidak dapat menunggu, maka karena itu dia terpaksa kembali ke kotanya.

Karena itu, dalam dunia irfan terdapat ungkapan bahwa dalam perjalanan Ruhani tidak ada yang disebut jarak. Bagi para salik menjalin hubungan spiritual dan kejiwaan bukanlah sesuatu yang sulit. Allah SWT-lah yang mengambil tangan para Majzdub salik dari sekalian ribu para salik dan menempatkannya dalam majelis pendidikan Imam Zaman as. Perjalanan para Majdzub dalam meniti perjalan Ruhani mereka secepat kilat. Perjalanan yang harus ditempuh selama beberapa Tahun oleh para salik yag lain, dapat mereka tempuh hanya dalam waktu singkat.

Para majdzub salik dapat menempuh perjalanan spiritual dengan sangat mudah dan secepat kilat, namun pada saat yang sama juga mereka dapat jatuh dari ketinggian dengan secepat kilat dan dengan akibat yang sangat mengerikan. Jika seseorang jatuh ke tanah dari ketinggian yang tidak seberapa maka ia tidak akan terlalu parah, dan setelah beberapa saat mungkin ia dapat memulai perjalanannya lagi. Namun jika ia jatuh dari ketinggian beberapa ribu meter maka ia tentu akan mati.

SALIK MAJDZUB

Adapun para salik majdzub Khanqahi adalah kafilah Ruhani yang mempunyai Murabbi Zahir dan melakukan perjalanan spiritualdalam bimbingan orang-orang yang telah mengenal jalan. Secara bertahap dan dengan perlahan-lahan ia meniti maqam-maqam suluk. Biasanya mereka melakukannya dengan cara membersihkan diri dan melakukan Riyadhoh Syar’I yang ditetapkann bagi mereka. Biasanya mereka memulai pekerjaannya dengan mengucapkan zikir di bawah pengawasan para Murabbi yang telah mengenal jalan. Mereka menerangi Khalwat mereka dengan cahaya zikir. Ketika zikir telah menembus dari bibir ke hati seorang salik dan telah bersemayam dalam hatinya, maka ia telah menggapai maqam syuhud dalam ruang lingkup zikir, sehingga ia dapat melihat dengan jelas keajaiban-keajaiban yang tersembunyi dalam zikir kepada Allah. Dari sini, melalui Murabbi, cara perjalanan salik pun berubah sehingga ia dapat melihat keajaiban-keajaiban lainnya dari nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT. Selanjutnya, ia keluar dari “parit Zikir” menuju iklim pikir dan meneruskan perjalanan spiritualnya. Keadaan yang seperti ini lebih banyak ditemukan pada para salik majdzub yang bersandar kepada nilai-nilai akhlak islam.

Golongan kedua dari salik majdzub adalah mereka yang bersandar kepada nilai-nilai akhlak, di didik di bawah pengawasan para Ulama Akhlak dan menghiasi dirinya dengan nilai-nilai akhlak dan menghiasi dirinya dengan nilai-nilai akhlak. Perjalanan spiritual mereka benar-benar sesuai dengan ajaran-ajaran agama, sementara perjalanan spiritual para salik khanqahi biasanya disertai dengan bid’ah dan khurafat.

Para salik majdzub yang bersandar kepada nilai-nilai akhlak, dengan mengikuti akhlak dan prilaku para Imam Maksum as, dibawah bimbingan para Ulama akhlak, dapat menggapai maqam-maqam spiritual yang tinggi. Para ulama besar Syi’ah kebanyakannya mengikuti cara suluk seperti ini. Almarhum Syekh Mujtahidi sangat menghormati Ulama besar seperti Muqaddas Ardabili,Almarhum Sayyid Bahrul Ulum,Almarhum Sayyid Qadhi Thabathaba’I,Almarhum Anshari hamadani, Almarhum Bahari hamadani,Almarhum Akhund Mulla Husain Qali Hamadani,Almarhum Syekh hasan Ali Nakhudaki Isfahani,Almarhum Allamah Thabathaba’I dan para Ulama ahli amal lainnya yang berpegang kepada jalan prinsip-prinsip akhlak dan merupakan kebanggaan bagi para penempuh jalan spiritual.

(dikutip dari buku “Bingkisan Alam Lahut, karya M Ali Mujahidi,terbitan Al Huda,halaman 9 – 13)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun