Mohon tunggu...
Humaniora

Wajah Baru Orang Indonesia

17 April 2018   18:52 Diperbarui: 17 April 2018   18:52 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ramah. Saat para turis asing mendeskripsikan bagaimana pengalaman mereka selama di Indonesia, kata ramah selalu menjadi barang wajib yang mereka katakan bagi masyarakat Indonesia.  

Mereka sangat senang bisa merasakan keindahan alam Indonesia serta kehangatan masyarakat kita yang memang ramah dan dengan senang hati menjawab pertanyaan para turis tersebut. 

Namun saat ini , wajah Indonesiaa sudah sedikit berubah. Setidaknya ini belum diketahui oleh para turis dan menurut saya para turis jangan sampai mengetahui hal tersebut.

Tidak tahu terima kasih. Maaf kalau terlalu kasar namun itulah realita yang saya tangkap sebagai generasi muda saat ini.  Kelihatannya setiap kerja keras pemerintah dan kepala daerah sia-sia. Pengakuan yang didapat hanya dari media asing. Kita yang mendapat hasilnya malah mencerca dan tak ada yang sedikit pun berpikir untuk mengucapkan terima kasih. 

Mulai dari kalangan bawah dan atas , golongan pendidikan seperti mahasiswa pemberi kartu kuning yang tak tahu kondisi asli di Asmat , serta golongan pemerintah itu sendiri yang biasanya DPR. Sangat unik ya , bagaimana DPR mengkritisi dan mencemooh kerja pemerintah dalam hal ini presiden meskipun mereka sendiri termasuk didalamnya. 

Oknum -- oknum tersebut tidak sadar bahwa mereka sendiri tidak melakukan apapun menurut pandangan saya. Kalau wakil rakyatnya seperti itu, bagaimana dengan kondisi rakyat itu sendiri. SAMA. Mereka tak berpikir jalan Trans Papua dibangun untuk membantu perekonomian Papua yang selama ini di anak tiri kan. 

Mereka tak berpikir bahwa pembangunan bendungan-bendungan di seluruh Indonesia sangat membantu daerah -- daerah yang sering kekeringan dan kekurangan pasokan listrik. 

Yang mereka lakukan justru menantang Presiden untuk bertelanjang dada seperti salah satu calon presiden dari partai oposisi. Wakil rakyat menurut saya menjadi badan pemonitor presiden yang hanya mengkritisi kerja presiden dan kabinet

Sikap lain yang mulai menjadi image baru Indonesia adalah sikap menghakimi .Sikap dimana masyarakat dengan mudah menentukan siapa yang benar , siapa yang salah. Mengahancurkan mobil orang lain , memukuli terduga penabrak lari, dan lain -- lain menjadi bukti bahwa masyarakat kita gemar main hakim sendiri. Mereka tak berpikir kebenaran yang sebenanrnya dan konsekuensi tindakan mereka yang lakukan. 

Mereka lupa negara kita adalah negara hukum bukan negara dengan hukun rimba. Hal yang sama juga ada di para pejabat negeri ini. Mereka bukannya menjadi wakil rakyat malah menjadi hakim gadungan yang parahnya dipercaya masyarakat. Sama seperti diatas , mereka jadi lupa dengan pekerjaan asli mereka sebagai penyalur aspirasi rakyat.

Terakhir, jangan sampai image ramah Indonesia berubah menjadi sikap radikalis. Sikap yang semenjak Pilkada DKI menjadi sikap baru masyarakat Indonesia. Semangat anti keberagaman mulai digaungkan oleh para oknum oknum yang menjadikan agama sebagai komoditas politik. Hati -- hati , tahun 2018 dan 2019 akan sangat panas suhu politiknya. Barangkali demo demo nomor undian akan mulai merebak yang tinggal menunggu sang Iman yang sedang bersembunyi di Timur Tengah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun