Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bung Berambut Gimbal

20 Oktober 2021   17:42 Diperbarui: 20 Oktober 2021   20:46 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kampus swasta di mana saya berkuliah dulu itu amat permisif dengan mahasiswa berambut gimbal. Boleh dibilang, rambut gimbal itu bagian dari kebebasan akademik.

Lagian, otonomi kampus juga tidak secara spesifik mengatur soal gaya rambut para mahasiswanya. Jadi, ya, bebas saja. Mau gondrong atau botak sekali pun, terserah.

Dulu, rata-rata mahasiswa timur yang kuliah di kampus saya itu berambut gimbal dan sangar-sangar. Tetapi meski terlihat sangar, hati tetap hello kitty.

Rambut gimbal di kalangan mahasiswa timur itu agaknya sudah membudaya di kampus saya zaman itu. Barangkali karena berangkat dari kebiasaan dan/atau mengikuti style para senior terdahulu.

Dan kebanyakan sodara saya yang berambut gimbal dari timur itu kuliah di fak pertanian, fak teknik dan sisanya fak ekonomi dan bisnis.

Lebih lanjut, saya juga dulunya berambut gimbal sewaktu kuliah. Lebih tepatnya, ketika memasuki semester tiga hingga semester tujuh.

Biasalah, karena pada semester awal (satu dan dua), saya masih menyesuaikan diri dengan lingkungan sembari sibuk memelihara rambut. Maklum, tipekal rambut ikal setengah kriting macam saya ini agak susah tumbuhnya.

Dan lagi-lagi, waktu itu saya terinspirasi oleh Efrem, salah seorang senior yang berambut gimbal dan kebetulan berasal dari Ambon.

Bung Berambut Gimbal

Karena berambut gimbal, teman sekelas dan bahkan para dosen dulunya memanggil saya "bung berambut gimbal". Terkadang pula, saya selalu mendapati guyonan "si rambut bonsai".

Saya masih ingat, ketika jam kuliah, ada seorang dosen perempuan paruh baya yang merangkap sebagai kaprodi agribisnis mendekati saya, kemudian bilang;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun