Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Filosofi Bertani Bapak: "Weri Mesik Todo Lor"

16 Agustus 2020   16:10 Diperbarui: 18 Agustus 2020   15:59 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Swafoto di kebun: Bapak saya sementara memangkas ranting kayu gamal yang dijalari stek fanili (Dokumentasi pribadi/REBA LOMEH)

Selama ini pula, berulang kali kami anak-anaknya melarang beliau untuk tidak usah ke kebun lagi dan bekerja yang berat-berat. Tetapi ia tetap saja ngotot;

 "Hee.. Saya bisa stress berat bahkan bisa kena struk bila tidak ke kebun lagi" gerutunya.

Berkesadaran pada hal itu, kami biasanya mengalah; "Yo sudah, Bapa". Meski kami juga tahu, keinginannya itu tidak lebih dari sekadar memenuhi subjek hasratnya semata. Maklum, orang tua seumuran beliau sudah tidak peduli lagi dengan subjek ekonomi yang menjadi tanggung jawab kami anak-anaknya. Ha ha ha

Demikian halnya bila kami sekeluarga sedang ngumpul dan ngopi bareng di pendopo rumah, pasti saja topik diskusinya seputar perkebunan dan/atau tanaman. Tidak lebih dari itu.

***

Bila menghela narasi seputar pemanenan cengkeh yang usai belum lama ini, beliau lebih memilih untuk menangani bagian penyortiran dan penjemuran cengkeh di rumah bersama Mama tercinta.

Bapak sementara menjemur cengkeh didepan halaman rumah di Desa Pacar, Manggarai Barat (Dokumentasi pribadi/REBA LOMEH)
Bapak sementara menjemur cengkeh didepan halaman rumah di Desa Pacar, Manggarai Barat (Dokumentasi pribadi/REBA LOMEH)

Mungkin karena Bapak sudah menganggap kami anak-anaknya mahir dalam mengkoordinasi jalannya pemetikan di kebun. Jadi, kehadiranya tidak dirasa perlu lagi.

Lebih lanjut, di Kecamatan Pacar sendiri, beliau tidak saja di kenal sebagai seorang guru, melainkan juga petani cengkeh besar. Lebih tepatnya, memiliki lahan perkebunan cengkeh yang lumayan besar dari serumpun petani cengkeh lain.

Begitu juga halnya dengan kami jika sedang ditanyai oleh orang; "Om, anaknya si pak anu yang punya cengkeh banyak itu ya?". Meski ujung-unjungnya minta bibit cengkeh juga. Ahaaha

Tetapi memang benar demikian. Galibnya, seusai panen cengkeh kami sengaja menyisahkan bunga cengkeh pada beberapa dahan pohon untuk modal pembibitan nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun