Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Persembahan Cengkeh, Diterima atau Ditolak Tuhan?

31 Mei 2020   13:18 Diperbarui: 1 Juni 2020   18:35 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa hatiku, berterima kasih Yesus

Kau menghasihiku, kau memilikiku

Terimalah Tuhan persembahanku

Pakailah hidupku agar berguna bagiMu

Diatas merupakan beberapa penggalan lirik lagu rohani yang berjudul 'Betapa Hatiku Berterima Kasih Yesus'. Pastinya lagu ini tidak asing lagi di gendang telinga umat Kristiani.

Ucapan terima kasih ini lahir dari kesadaran bahwa hidup manusia merupakan pemberian Tuhan. Segala bakat, talenta, hasil jeripayah dan semua yang ada di bumi ini adalah pemberian yang Maha Kuasa.

Kalibnya, bila kita membedah terminologi 'persembahan' menggunakan pisau filsafat, seharusnya makna persembahan diejawantahkan sebagai bentuk syukur dan terima kasih kita atas berkat Tuhan.

Sebagaimana filsafat merupakan kompas; penunjuk arah menuju hidup yang lebih bijaksana, bermakna dan berkenan (benar) di hadapan Tuhan.

Dengan demikian, pengertian persembahan tidaklah sempit, melainkan lebih dari pada itu yakni sebagai usaha untuk membangun relasi yang baik dengan Tuhan.

Persembahan cengkeh, diterima atau ditolak Tuhan?

Pertanyaan tersebut lahir dari serangkaian refleksi dan pergulatan batin saya sepanjang hari Minggu ini dan tentunya bersamaan dengan perayaan Pentakosta yang syarat sakral.

Lantas, apakah persembahan cengkeh, diterima atau ditolak Tuhan? Berkenankah atau tidak? Jawaban saya 'Diterima dan berkenan'. Hingga detik ini, optimisme saya melampaui rasionalitas saya sebagai manusia (beyond).

Yang menjadi proporsi penting adalah ujud persembahan saya ini tak lain sebagai ungkapan rasa terimakasih dan syukur saya kepada-Nya. Karena biar bagaimana pun, ujud persembahan itu tidaklah cukup untuk melunasi semua kebaikan Tuhan kepada saya.

Intinya ialah, apa yang kita persembahkan kepada-Nya seturut dengan niat ikhlas dan tanpa dipaksa-paksaan.

Lebih dari pada itu, cengkeh sebagai bukti persembahan hadir sebagai wajah liyan akan eksistensi (Keesaan) Tuhan. Karena pada dasarnya saya percaya bahwa kuasa Tuhan ada atas cengkeh. Ihwal cengkeh dan ragam ekosistem lainnya merupakan karya ciptaan Tuhan.

Sehingga berangkat dari hal logis itu, saya merasa pantas dan layak mempersembahkan jeripayah berupa cengkeh ke hadirat-Nya. Kemudian berbarengan dengan niat yang tulus, bijaksana dan rendah hati dihadapan-Nya.

Pendek kata, pada momen memeringati Pentakosta dan atau momen Kebangkitan Yesus adalah awal dari cinta yang baru, yang mengubah dunia dengan kehadiran Roh Kudus ke atas murid-muridNya.

Dalam konteks gereja abad ini, Roh Kudus itu tetap bekerja dalam diri kita yang beriman kepada-Nya. Roh Kudus itulah yang memampukan dan menggerakan hati kita. 

Hidup kita kemudian menjadi lebih bermakna dan bijaksana di dunia ini, bukan karena keuletan dan kecakapan kita, melainkan karena Roh Kudus yang mengerjakan semuanya.

Di tengah perayaan Pentakosta syarat sakral ini pula,saya ingin mengajak kepada segenap umat Kristiani dimana pun untuk tidak terjebak pada idefix (memandang sempit) persembahan.

Kebiasaan kita selama ini acap kali menafsirkan 'persembahaan' berangkat dari pemikiran rupiah. Ada juga paham lain, seperti semakin banyak kita membanjiri rumah Tuhan dengan uang (melalui kolekte, dsb) kelak Tuhan semakin sayang dengan kita.

Sungguh naif ketika keilahian Tuhan di reduksi dan di kerdilkan dengan materi (uang). Karena persembahan sejatinya bisa saja dalam bentuk lain, tanpa berupaya 'menyogok Tuhan' dengan materi (uang).

Penting bahwa, disini saya sama sekali tidak mempergunjingkan cara kita dalam mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan, yang menjadi pokok kritik disini ialah ketika kita terlalu idefix dengan persembahan itu.

Kira-kira demikian. Semoga Roh Kudus tinggal bersama kita. Bersama Kristus kita kuat. Salam hangat, selamat merayakan Pentakosta untuk segenap umat Kristiani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun