Mari kita kupas satu per satu gaes.
Pertama, masyarakat NTT adalah manusia berbudaya. Meski beberapa reksa wilayah di NTT memiliki akar budaya yang berbeda. Semisalkan corak budaya (ritus) kami orang Manggarai berbeda dengan di Timor, di tempat Kompasianer Neno Andreas Salukh.
Tetapi satu yang pasti, masyarakat adat di NTT hanya membolehkan menikah sekali seumur hidup. Terkecuali memang ada alasan lain karena pasangan kita mati muda. Sehingga baru diperbolehkan menikah lagi.
Kita tahu juga mahar (Belis) perkawinan di NTT tidak main-main jumlahnya. Masih ingat kan curhatan saya beberapa minggu yang lalu tentang Belis di sini? Iya yang itu.
Nah, sehingga berangkat dari nilai belis yang menanjak itu pula laki-laki dan atau perempuan di NTT berpikir dua kali untuk berniat menikah lagi. Jadi jalan ninjanya ialah setia. Heu heu
Bung-bung di NTT juga sangat menghormati perempuannya. Karena perempuan bagi masyarakat NTT adalah simbol kesuburan dan kehidupan. Sehingga menjaga wanita adalah harga mati.
Dalam pandangan adat masyarakat Manggarai-Flores, dikenal akan adanya go'et dan atau seloka yang berikhtiar pada awetnya keberlangsungan sebuah hubungan. Yakni "Ca Nai Dengkir tai. (Sehati selamanya)".
Ada juga "Neka Koe weleng Naim. (Jangan menduakan hatimu)". Ajaran-ajaran sosial seperti ini yang terus menerus dipegang teguh.
Kedua, ialah faktor Agama. Sebagaimana kebanyakan masyarakat NTT adalah pemeluk Agama Kristen (Katolik dan Protestan) yang terkenal sangat taat.
Dalam ajaran Gereja sendiri, hanya diperbolehkan menikah sekali seumur hidup. Terkecuali memang bila kita resmi bercerai dan atau pasangan kita meninggal dunia disusia muda. Sehingga Gereja akan memperbolehkan kita kembali menikah. Ya, Itu pun jika kita punya niat untuk menikah lagi.
Jadi begitu gaes. Setia itu sangatlah mahal. Bagaimana Bung dan Nona, sudah siap melamar dan dilamar oleh orang NTT kah? Heu heu