Mohon tunggu...
Gufron Sumariyono
Gufron Sumariyono Mohon Tunggu... -

bekerja di Lembaga Kemanusiaan ESQ.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter oleh Bapak dan Ibu

4 Agustus 2014   15:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan karakter oleh Bapak dan Ibu.

Pendidikan karakter di Pati oleh bapak dan ibu adalah usaha dari bapak dan ibu, yang terus menerus, yang dilakukan oleh bapak dan ibu kepada 12 orang putra putrinya agar putra putrinya memahami, memperhatikan, menghayati dan melakukan nilai-nilai budi pekerti. Pola berpikir dan pola berperilaku untuk hidup, untuk bekerja sama, di keluarga, di masyarakat itulah yang didoktrinkan bapak dan ibu. Dilengkapi dengan pendampingan oleh bapak dan ibu sampai kami 12 putra dan putri tamat SMA.

Saya masih ingat bagaimana bapak ibu mengajarkan kami bersembahyang secara katolik. Berdoa Rosario. Agar ada jiwa religious di hati kami semua. Bapak membuat jadwal agar setiap hari ada anaknya yang mengikuti misa dengan cara dibuatkan giliran mengikuti misa. Bapak Ibu juga mengajarkan dan memberi contoh bagaimana kejujuran, toleransi, disiplin dan kerja keras itu ditegakkan dan dilaksanakan dikeluarga.

Sejak kecil kami sudah hidup dalam kondisi budi pekerti yang baik. Kebersihan rumah, memasak, mencuci pakaian dan mencuci piring adalah tugas rumah tangga yang dibagi sama rata kepada kami semua. Setiap anak bertanggung jawab.

Ketika bapak berbisnis naftol, wenter atau wantex, kami harus kerja dan disiplin. Setiap malam membungkusi wantex satu per satu di kantong plastic yang ukurannya kecil. Suasana nya dibuat yang rileks, yang penuh canda membuat kami anak2 menyenangi pekerjaaan bungkus membungkus. Setelah bisnis naftol berhenti, karena naftol tidak laku, Ibu mengganti dengan bisnis es mambo. Kreatifitas ibunda patut diacungi jempol. Kami dan adik adik diajarin kerja setiap malam sebelum tidur untuk membungkusi es mambo dikantong yang kecil. Sebelum memulai membungkus ibu bertanya sambil senyum dan dengan perkataan yang lemah lembut bahwa apakah PR nya sudah dikerjakan. Es mambo buatan ibunda terkenal di kota Pati. Enak rasanya dan pasti bersih karena terbuat dari air matang. Inilah pendidikan karakter dari bapak dan ibu yang diajarkan kepada kami. Inilah cara bapak ibu mengajarkan kemandirian dalam hal ekonomi. Luar biasa.

Bapak adalah dirigen music yang sangat pandai dan terkenal di Pati. Bapak belajar music waktu Sekolah di Normaalschool Muntilan dan di Negeri Belanda. Beliau mampu memimpin aubade pelajar SMP dan SMA seluruh kota Pati. Jumlahnya mencapai ribuan murid. Mereka dilatih bernyanyi lagu lagu nasional dan lagu perjuangan. Dan puncaknya adalah pagelaran aubade menyanyi lagu perjuangan di Upacara 17 Agustus di Karesidenan Pati. Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air tumbuh mengakar sangat kuat dihati sanubari setiap pelajar SMP dan SMA seluruh kota Pati yang mengikuti latihan aubade lagu perjuangan. Bapak memimpin aubade sejak pengakuan kemerdekaan tahun 1950 sampai bapak pensiun tahun 1963. Dengan penuh semangat bapak melatih bernyanyi para pelajar SMP dan SMA seluruh Pati. Cinta Tanah Air dan Semangat kebangsaan tertanam dengan bagus dihati setiap murid SMP dan SMA.

Bapak dan ibu mengajarkan bagaimana cara yang baik untuk membina persahabatan, menciptakan dan mencintai suasana damai, memiliki kepedulian lingkungan, belajar kepedulian sosial dan tanggung jawab. Karakter itu diajarkan oleh bapak dan ibu. Kedua orang tua kami, bapak dan Ibu Soegijono telah memberi contoh yang dapat ditiru dan dapat dilaksanakan.

Pendidikan karakter di Pati yang diawali di keluarga, saya terima selama 18 tahun sangat membekas, sangat baik dan sangat berguna bagi kami putra dan putri bapak ibu Soegijono. Sehingga bapak dan ibu tidak perlu kawatir, ketika tiba masanya kami harus meninggalkan kota Pati untuk kuliah di Universitas dikota besar seperti Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. Bahkan mas Anto yang kuliah di Sydney Australia dilepas dengan penuh keyakinan.

Bapak saya lebih dikenal dengan Pak Giek. Beliau adalah guru dan pendiri SMP N I Pati. SMP yang didirikan pada tahun 1942, yang merupakan SMP satu-satunya di Karesidenan Pati, meliputi Kab Jepara, Kab Kudus, Kab Pati, Kab Rembang dan Kab Blora. Pak Giek adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Pengabdian pak Giek didunia pendidikan di Pati diakui oleh banyak alumni SMP Rondole (nama sebelum merdeka) dan SMP N I Pati (nama sesudah merdeka). Pak Giek adalah lulusan Noormalschool Muntilan tahun 1939. Dan tahun 1942 telah memilih kota Pati sebagai tempat pengabdian kepada nusa dan bangsa sebagai guru SMP.

Pak Giek adalah pendidik generasi muda Pati. Beliau mengajarkan ilmu pasti di SMP, beliau mengajarkan karakter yang baik diluar sekolah, beliaupun mengajarkan mencintai tanah air dengan sungguh2.

Pendidikan Karakter diajarkan diluar mata pelajaran dengan memimpin aubade lagu perjuangan yang terdiri dari semua pelajar SMP dan SMA seluruh Pati. Pak Giek mendapatkan partitur lagu nasional dari sahabat Noormallschhool Muntilan yang bekerja sebagai dirigen nasional Bapak Komisaris Besar Polisi R AJ Sudjasmin.  Dirigen aubade Istana dari tahun 60-80. Berkat partitur lagu nasional yang dikirim oleh pak Sudjasmin, maka pak Giek dengan mantap memimpin untuk menyanyikan lagu2 nasional di kota Pati setiap tanggal 17 Agustus dari 1949 sampai 1963. Ribuan anak sekolah dilatih berhari-hari, berminggu-minggu tanpa kenal lelah. Tanpa diberi servis minuman. Tanpa diberi servis makanan. Pokoknya tertib dan teratur.

Waktu upacara 17 Agustus di halaman rumah Residen Pati, ribuan pelajar sekolah SMP dan SMA Pati mempertunjukkan kebolehannya menyanyikan lagu2 nasional. Paduan suara sampai 4 suara. Dampak dari pendidikan aubade lagu nasional kepada para pelajar Pati adalah perasaan mendalam tentang cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Rasa cinta tanah air yang sangat membekas dihati para pelajar eks SMP N I Pati. Mereka menjadi lebih tebal rasa kebangsaan dan nasionalismenya. Mereka alumni SMP N Pati menjadi orang yang mengisi kemerdekaan. Mereka para alumni SMP N I Pati  mempunyai karakter baik  yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.

Bapak saya lebih dikenal dengan Pak Giek. Beliau adalah guru dan pendiri SMP N I Pati. SMP yang didirikan pada tahun 1942, yang merupakan SMP satu-satunya di Karesidenan Pati, meliputi Kab Jepara, Kab Kudus, Kab Pati, Kab Rembang dan Kab Blora. Pak Giek adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Pengabdian pak Giek didunia pendidikan di Pati diakui oleh banyak alumni SMP Rondole (nama sebelum merdeka) dan SMP N I Pati (nama sesudah merdeka). Pak Giek adalah lulusan Noormalschool Muntilan tahun 1939. Dan tahun 1942 telah memilih kota Pati sebagai tempat pengabdian kepada nusa dan bangsa sebagai guru SMP.

Pak Giek adalah pendidik generasi muda Pati. Beliau mengajarkan ilmu pasti di SMP, beliau mengajarkan karakter yang baik diluar sekolah, beliaupun mengajarkan mencintai tanah air dengan sungguh2.

Pendidikan Karakter diajarkan diluar mata pelajaran dengan memimpin aubade lagu perjuangan yang terdiri dari semua pelajar SMP dan SMA seluruh Pati. Pak Giek mendapatkan partitur lagu nasional dari sahabat Noormallschhool Muntilan yang bekerja sebagai dirigen nasional Bapak Komisaris Besar Polisi R AJ Sudjasmin.  Dirigen aubade Istana dari tahun 60-80. Berkat partitur lagu nasional yang dikirim oleh pak Sudjasmin, maka pak Giek dengan mantap memimpin untuk menyanyikan lagu2 nasional di kota Pati setiap tanggal 17 Agustus dari 1949 sampai 1963. Ribuan anak sekolah dilatih berhari-hari, berminggu-minggu tanpa kenal lelah. Tanpa diberi servis minuman. Tanpa diberi servis makanan. Pokoknya tertib dan teratur.

Waktu upacara 17 Agustus di halaman rumah Residen Pati, ribuan pelajar sekolah SMP dan SMA Pati mempertunjukkan kebolehannya menyanyikan lagu2 nasional. Paduan suara sampai 4 suara. Dampak dari pendidikan aubade lagu nasional kepada para pelajar Pati adalah perasaan mendalam tentang cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Rasa cinta tanah air yang sangat membekas dihati para pelajar eks SMP N I Pati. Mereka menjadi lebih tebal rasa kebangsaan dan nasionalismenya. Mereka alumni SMP N Pati menjadi orang yang mengisi kemerdekaan. Mereka para alumni SMP N I Pati  mempunyai karakter baik  yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun