Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasihat Seekor Kucing di Sarang Tikus

29 September 2022   03:57 Diperbarui: 29 September 2022   04:07 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasihat Seekor Kucing di Sarang Tikus (gambar: youtube.com, akun WOA mew, diolah pribadi)

Seorang guru yang piawai akan menasihati tanpa menimbulkan kebencian, baik pada diri sendiri pun pada diri yang dinasihati. Bahkan, sering sama sekali tidak terlihat seperti sedang menasihati. Namun, murid yang memahami, akan tersentuh dan segera berusaha bebenah diri. Hanya saja, terkadang tidak semua murid memiliki kecakapan atau kepedulian dalam menangkap makna tersirat.

Saat masih menjadi samanera[1], saya pernah tinggal bersama dengan guru yang cekatan dalam mewejang demikian. Ketika ada samanera yang bertingkah kurang sesuai, beliau akan memberikan pengarahan secara halus dan elegan. Tidak satu kata makian pun pernah saya dengar dari mulutnya.

Sebagai contoh, ketika ada samanera yang kurang memperhatikan tindak tanduknya saat makan, beliau tidak langsung menegur, tetapi pada kesempatan tertentu beliau menceritakan bagaimana para petapa di masa lalu bisa menumbuhkan keyakinan yang melihatnya, bahkan saat sedang makan.

Namun, tidak selamanya samanera yang dinasihati langsung mengerti, baik karena memang tidak memahami bahwa sedang dinasihati atau tidak peduli. Untuk kasus yang demikian, beliau juga tidak segan untuk menegur lebih terang-terangan. Ini sesuai dengan prinsip-prinsip mengajar orang bijaksana.

Pada suatu hari, beliau menyampaikan bahwa terkadang para penasihat kerajaan kalau ingin mengkritik itu menggunakan perumpamaan fabel, sehingga tidak kelihatan seperti mengkritik. Beliau kemudian memberikan contoh sebuah fabel tentang seekor kucing di sarang tikus.

Kurang lebih ceritanya seperti ini. Di sebuah loteng, terdapat sebuah sarang tikus. Tikus-tikus hidup berbahagia, hingga suatu hari datang seekor kucing yang besar. Karena kucing jauh lebih besar daripada tikus, maka kucing tersebut seketika menguasai segala hal yang ada di dalam sarang tikus tersebut.

Tikus-tikus menjadi geram, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, seekor tikus yang berjiwa kesatria membangkitkan semangat tikus-tikus yang lain untuk mengusir kucing dari tempat tersebut. Mereka berdiskusi ketika kucing tersebut sedang keluar mencari makan.

"Kita bisa kalau kita bersama! Ini tempat tinggal kita sejak lama. Jangan kasih ampun kucing itu! Dia harus angkat kaki dari sini!"Para tikus awalnya ragu, tetapi akhirnya mereka pun turut menyusun strategi agar bisa mengusir tikus tersebut.

"Kalau begitu, saya yang menggigit telinga kanannya saja. Bagaimana?"

"Setuju! Saya bagian telinga kiri!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun