Angin perubahan akhirnya berhembus di Jayapura. Sebuah keputusan besar dan berani diambil oleh manajemen Persipura Jayapura selepas tirai pekan kelima Pegadaian Championship 2025/2026 ditutup.Â
Di tengah inkonsistensi yang masih membelenggu, tim berjuluk Mutiara Hitam itu secara resmi mengakhiri kerja sama dengan legenda mereka, Ricardo Salampessy, dari kursi kepelatihan.Â
Sebagai gantinya, sebuah nama yang tak asing dan penuh kenangan manis didatangkan kembali: Rahmad Darmawan, sang arsitek yang membawa Persipura merengkuh gelar juara Liga Indonesia pada musim 2005.
Bagi publik sepak bola Papua, kabar ini ibarat oase di tengah gurun. Sejak terdegradasi pada tahun 2022, Persipura seolah kehilangan magisnya, terperosok dalam persaingan ketat Liga 2 dan belum kunjung menemukan jalan pulang ke kasta tertinggi. Kembalinya Coach RD---sapaan akrab Rahmad Darmawan---adalah suntikan optimisme masif. Ia bukan sekadar pelatih, melainkan simbol kejayaan masa lalu yang diharapkan bisa direplikasi di masa kini.Â
Manajer Tim, Owen Rahardiyan, dalam rilis resminya tak lupa memberikan penghormatan tulus kepada Ricardo Salampessy yang telah berjuang di masa-masa sulit.
"Kami berterima kasih kepada coach Ricardo Salampessy atas kerja keras dan pengabdiannya untuk Persipura. Ia telah memberikan yang terbaik untuk menjaga semangat tim dan tetap menunjukkan profesionalisme meski dalam situasi sulit. Kami sangat menghormatinya sebagai bagian penting dari sejarah klub ini," ujarnya dalam keterangannya pada hari Senin (13/10/2025) dikutip dari viva.co.id.Â
Pernyataan tersebut menandai akhir sebuah era dan dimulainya babak baru. Kini, sang pelatih kawakan telah kembali menjejakkan kaki di bumi Papua. Pertanyaannya, apakah CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) ini akan berbuah hasil apik yang membawa promosi, atau hanya akan menjadi babak nostalgia yang tak berujung trofi?
Rollercoaster Lima Pekan Awal
Untuk memahami mengapa manajemen sampai pada keputusan radikal ini, kita perlu membedah perjalanan Persipura di lima laga awal Grup Timur. Grafik performa yang naik-turun ini menjadi alarm keras bahwa ada sesuatu yang fundamental yang perlu dibenahi.Â
Persipura mengawali musim dengan hasil yang kurang memuaskan, ditahan imbang tanpa gol oleh tuan rumah Persipal Palu. Asa sempat membumbung tinggi saat mereka kembali ke Papua dan berhasil menekuk tim kuat PSIS Semarang dengan skor meyakinkan 2-0. Kemenangan itu seolah menjadi sinyal bahwa Mutiara Hitam siap mengintimidasi siapa pun yang datang ke Stadion Lukas Enembe.
Namun, ekspektasi itu buyar seketika di pekan ketiga. Secara mengejutkan, di hadapan pendukungnya sendiri, Boaz Solossa dan kawan-kawan justru tersungkur di tangan tim promosi Tornado FC dengan skor tipis 2-3 pada 28 September lalu. Kekalahan di kandang adalah sebuah aib bagi tim sekelas Persipura.Â