Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

(Nominasi Oscar '24) Review "Napoleon" (2023), Susahnya Membedakan Kualitas Tampilan dan Source Material sang Napoleon "Bucin"

8 Februari 2024   21:36 Diperbarui: 12 Februari 2024   06:26 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Napoleon. Sumber : www.imdb.com

Napoleon membuat saya bingung harus memberi score berapa, sesaat setelah saya menontonnya. Dengan rating R (Parental Guide) di IMDb, saya lebih menyarankan penonton film ini adalah 18+. Selain karena ada banyak adegan kekerasan dan seksual, ide cerita dari film ini bukanlah kolosal peperangannya, tetapi berdasarkan surat intim antara Napoleon Bonaparte dan istri pertamanya, Josephine.

Jujur, saya sangat kagum dengan akting Joaquin Phoenix dan terutama pesona dari Vanessa Kirby yang luar biasa. Saya juga sangat suka cinematografi dan riasan serta kostum yang ada di film Napoleon. Semuanya sangat on point menggambarkan Perancis dan Eropa di awal abad ke-18. Tapi.... Selalu ada tetapi, tapi ini merupakan "tetapi" yang saya yakin akan dirasakan banyak penonton awam, yaitu tentang source material-nya, atau paling gampang disebut sumber ceritanya. Ridley Scott yang men-direct film ini, mengambil naskah tulisan David Scarpa secara brutal yang membuat saya pribadi tak yakin tentang kebenaran filmnya dan bertanya "APA IYA NAPOLEON BONAPARTE SEPERTI ITU?"

Penulis mohon izin untuk mempromosikan hasil karya berbentuk novel yang bisa dinikmati di GoodNovel. Sangat penulis harapkan bantuan dari teman-teman Kompasianer untuk bisa membaca novel fiksi berjudul DIMENSI, yang bergenre scifi-thriller ini. Hingga kini masih tersedia 4 bab, dan akan secara rutin diupdate setiap harinya. Novel bisa dibuka di link berikut ini : Dimensi - Chapter One.

Saya hanya mengetahui Napoleon Bonaparte sebagai salah satu Kaisar Perancis yang memenangkan banyak perang di Eropa. Lukisannya menaiki kuda putih akan selalu menjadi rujukan betapa hebatnya ia di awal abad ke-18. Dan ini akan terpikir pula oleh mayoritas penonton lainnya. Perlu dicatat, Napoleon bukan film dokumenter. Ada banyak fiksi atau opini yang ditambahkan pada karya yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini. Jadi mari membahas dua orang yang bertanggung jawab atas film, yang pasti akan menuai pro dan kontra ini.

Ridley Scott, adalah sang sutradara yang merangkap pula menjadi produser film berdurasi 2 jam 38 menit ini. Ia sebelumnya dikenal sebagai sutradara hebat yang hasilkan film epik The Martian dan film futuristik Blade Runner. Ia juga menjadi orang yang mendirect film legend, Gladiator, yang rencananya akan dilajutkan sekuelnya di Gladiator 2 tahun 2024 ini. Nama besar Ridley Scott sepertinya membuat saya tidak akan mempermasalahkan determinasi dan arahan akting darinya. Ia sudah menelurkan 2 karya apik tentang masa depan, serta sebuah mahakarya abadi tentang sejarah Italia bersama Russell Crowe dkk, dan tentu ada beberapa karya lainnya, yang salah satunya adalah bersama nama di bawah ini.

David Scarpa, sang penulis naskah. Karya yang paling dikenal pecinta film adalah All The Money In The World yang disutradarai pula oleh Ridley Scott. Dari sinilah saya akhirnya berasumsi, David Scarpa lah orang yang dibalik layar membuat karakter Napoleon Bonaparte secara "terlalu personal". Mengapa? Karena di film All The Money In The World, saya mengingat sekilas bahwa masing-masing karakter di keluarga Getty yang kaya tersebut, mempunyai personalisasi yang sangat mendalam. Kira-kira semacam variasi karakter di Knives Out, tapi lebih dalam lagi galian karakternya.


Pada akhirnya, langkah terakhir saya adalah membandingkan naskah film ini dengan tulisan lain tentang Napoleon Bonaparte berdasarkan dua pertanyaan terbesar saya.

Pertanyaan pertama saya, akhirnya terjawab lewat wikipedia, bahwa memang benar Napoleon yang berasal dari darah bangsawan bukanlah pejuang militan di garda terdepan dengan keahlian pedang atau pistol. Asumsi yang saya punya dari foto nya yang gagah berkuda adalah ia jago dalam pertarungan satu lawan satu, ternyata terbantahkan. Menjawab alasan mengapa di sepanjang film tidak ada adegan Napoleon melatih ketangkasannya berkuda, menggunakan pedang, atau berkelahi tangan kosong? Ternyata Napoleon Bonaparte merupakan lulusan spesial ahli artileri yang mempunyai keahlian matematika dan strategi di atas rata-rata. Kemampuan mengakomodir artileri inilah yang membuatnya memenangi banyak peperangan. 

Pertanyaan kedua dan yang terbesar adalah tentang personalisasi karakter Napoleon Bonaparte. Saya akhirnya harus membaca wawancara ekslusif David Scarpa dengan IndieWire, dan dijelaskan bahwa persona Si Jenius Canggung dengan Ketidakkompetenan Seksual menjadi titik poin karakternya. Bisa dibaca dalam wawancara tersebut di link ini, bahwa Scarpa memahami kesulitan mengangkat sebuah biopik tokoh besar dunia secara holistik. Akhirnya dipersempitlah pendalaman karakter Napoleon pada catatan sejarah yang terdokumentasikan, berupa surat intim yang dikirim oleh Napoleon kepada Josephine, istrinya.

David Scarpa yang berbangsa Amerika Serikat, serta Ridley Scott yang berdarah Britania, mengejawantahkan surat-surat berbahasa Perancis itu dengan asumsi "sangat mesum". Inilah yang membuat saya akhirnya paham titik distorsi film ini. Sepengetahuan saya, orang Perancis adalah orang yang terkenal puitis dan vulgar dalam menyampaikan sesuatu secara intim, apalagi kepada isterinya sendiri. Surat itu saya gambarkan sebagai sebuah chat Whatsapp suami-istri di zaman sekarang, yang menurut saya secara pribadi, kurang bisa dientepretasikan dengan tepat di film ini.

Garis besar seluruh peperangan yang dilalui Napoleon Bonaparte di film Napoleon ini, seharusnya mengarah pada motivasinya mempersatukan daratan Eropa. Tapi karena terlalu intens dengan keintiman Napoleon-Josephine, baik secara langsung ataupun lewat surat, di akhir film menjadi sebuah titik bias besar, bahwa kekalahan Napoleon diakibatkan oleh kegagalannya mengatur masalah pribadinya. Jadi secara tersirat, motivasi Napoleon untuk memenangkan peperangan "seperti" hanya ajang pamer kepada Josephine seorang. Inilah yang menurut pandangan saya bisa menurunkan nilai rating di film Napoleon.

Back Stage

Karena sudah terlalu panjang di pembukaan, saya persingkat saja untuk para kru dan artis di film yang diproduksi oleh Apple Studios bersama perusahaan milik Ridley Scott ini.

Ridley Scott sebagai produser sekaligus sutradara, David Scarpa sebagai penulis naskahnya. Cinematografi digarap oleh Dariusz Wolski dan musik di isi oleh Martin Phipps. 

Joaquin Phoenix yang juga bertindak selaku produser film, memerankan karakter ikonik Napoleon Bonaparte. Vanessa Kirby menjalankan akting brilliannya sebagai Josephine de Beauharnais, seorang janda yang dinikahi Napoleon sebagai istri pertamanya. Kedua artis ini dibantu oleh aktor dan aktris lainnya, yang porsinya tidak terlalu menonjol.

Napoleon mempunyai tiga nominasi di Oscar 2024. Seperti yang saya ceritakan di awal, memang yang paling menonjol di film ini adalah Production Design, Costume Design dan Visual Effect-nya. Ketiga penilaian itu sangat layak untuk membawa Napoleon bersaing dengan film-film lainnya di Oscar 2024. 

Sinopsis

Film dimulai dengan hukuman mati (gantung) yang diberikan kepada Ratu Marie Antoinette oleh guillotine di hadapan rakyat Perancis. Seorang perwira muda bernama Napoleon Bonaparte ikut menyaksikan peristiwa bersejarah ini dengan tidak antusias. 

Pemimpin Revolusioner Perancis bernama Paul Barras memanggil Napoleon dan mengutusnya untuk mengusir armada kapal Inggris di daerah Toulon. Pasukan perang Perancis di Toulon awalnya sangat pesimis akan keberhasilan misi tersebut, namun Napoleon mengeluarkan ilmu terbaiknya di bidang artileri atau meriam. Ia akhirnya bisa memimpin pasukan daratan Perancis memukul mundur armada laut Inggris, dan namanya mulai dikenal banyak orang.

Kembali ke Paris, revolusi semakin menjadi-jadi setelah dilengserkannya Maximilien Robespierre. Para pejuang revolusioner, termasuk Napoleon Bonaparte, berusaha menjaga kestabilan Perancis dengan melawan para royalis, atau masyarakat loyalis kerajaan. Sekali lagi artileri digunakannya, kali ini di tengah kota, untuk membubarkan barisan pendemo tersebut, secara brutal.

Di sisi lain ada Josephine de Beauharnais, yang diceritakan tidak jadi dihukum penggal bersama beberapa wanita lainnya ketika mereka harusnya menjadi "pasien" guillotine berikutnya setelah Marie Antoinette. Kejadian tak lazim ini terjadi setelah ketidakpastian hukum di Paris, dan para wanita yang lolos hukuman ini menjadi cukup terkenal di Perancis. Di suatu momen, Josephine bertemu dengan Napoleon dan keduanya akhirnya merajut kasih dan menjadi suami-istri.

Perang demi perang kembali dilalui Napoleon, dan yang paling mengganggunya adalah setelah kemenangan di Mesir. Ia mendapatkan kabar bahwa Josephine tengah berselingkuh, sehingga Napoleon memutuskan untuk meninggalkan pasukannya di Mesir dan kembali ke Perancis. Di sinilah rasa cinta Napoleon diuji, karena Josephine yang tahu akan kepulangannya juga tidak kalah tegas menyampaikan pendiriannya. Mereka berdua bisa mengendalikan diri, dan berfokus untuk memberikan Napoleon Bonaparte seorang keturunan, namun gagal.

After Taste

Oscar 2024 tentu tidak main-main memberikan 3 nominasinya untuk film Napoleon. Kostum dan designnya memang sebagus itu, dan untuk sebuah pertempuran ikonik di atas lapisan es Austria, Visual Effect nya memang gila!

Untuk dua artis utamanya, saya setuju dengan Oscar yang tidak memasukkan Joaquin Phoenix dan Vanessa Kirby sebagai nominatornya. Ini memang tidak adil bagi Vanessa Kirby yang sungguh memukau memainkan wanita berpendirian teguh, tetapi bias-nya ide cerita membuat karakternya menjadi "mengambang". 

Sementara Joaquin Phoenix seperti hanyut dalam opini karakter Napoleon yang saya ceritakan di atas, sehingga meskipun aktingnya sangat bagus, tetapi sedikit kurang relevan. Di sini saya teringat akan film Barrabas tahun 2012, yang mendeskripsikan Yesus dengan gaya yang terlalu flamboyan dan puitis. Secara seni peran tidak ada masalah tentang kebebasan ekspresinya, tetapi relevansinya jadi terasa sangat kurang. Karena, tokoh-tokoh ini sudah dikenal kuat di masyarakat dunia.

Pada akhirnya saya merasa memang sebaiknya orang Perancis-lah yang membuat film tentang salah satu tokoh termahsyurnya ini. Tidak ada tendensi apapun bagi mereka, kecuali ingin mendokumentasikan salah satu nama terbesar di balik negaranya, dengan pemahaman dokumen pendukung yang lebih baik pula. 

Bukan berarti saya menilai Ridley Scott, David Scarpa ataupun Joaquin Phoenix itu buruk, ya.. Sekali lagi, jika ini film fiksi, tentu nilainya akan sangat bagus. Tetapi karena mengangkat tokoh dunia, ketidaksesuaian dengan narasi umum membuat saya menilai mereka bertiga mengambil resiko yang cukup besar. 

IMDb memberikan score 6.4/10 hingga awal Februari 2024 ini, dan saya pribadi setelah menimbang kekurangan dan kelebihan film ini memberikan angka subyektif 7/10. Mungkin, Gladiator 2 akan bisa mengembalikan resiko besar yang diambil Ridley Scott di film Napoleon ini.  

Film Napoleon masih bisa disaksikan di layanan Apple TV lewat link berikut ini.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun