Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIASTS

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jelang Final Supercopa Real Madrid vs Barcelona, Pujian Ancelotti Pada Xavi Seperti Bisikan agar Mainkan Yamal

14 Januari 2024   14:29 Diperbarui: 14 Januari 2024   14:36 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi Joselu usai cetak gol ke gawang Atletico di semifinal Supercopa. (REUTERS/Juan Medina) via www.reuters.com 

Setahun berselang sejak trofi pertama Xavi Hernandez melatih Barcelona berhasil diraih, El Clasico akan kembali tersaji di Supercopa Spanyol. Tahun lalu Real Madrid harus takluk 1-3 di tangan Blaugrana, dimana gol Karim Benzema di akhir laga hanya jadi pemanis penderitaan setelah gawang Thibaut Courtois dibobol Gavi, Lewandowski dan Pedri. Di ajang Final Supercopa tahun ini, Carlo Ancelotti tidak ingin timnya mengulang lagi performa buruk di laga itu, terutama di babak pertama.

Berbicara kepada pers jelang laga ini, Don Carlo juga memuji kinerja Xavi Hernandez yang hampir genap 2 tahun menukangi Barcelona. Torehan Trofi Supercopa 2023 dan La Liga musim lalu menjadi bukti bahwa eks gelandang tengah ini punya kapabilitas yang bagus di usia yang masih realtif muda untuk melatih.

"Dia melakukan pekerjaannya dengan baik, tapi dia tidak memiliki pengalaman seperti saya karena dia melakukannya dalam waktu yang lebih singkat. Rekam jejaknya bagus dan menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia membantunya. Ini (melatih) berbeda dengan bermain, tapi itu membantu Anda." ujarnya dikutip dari Forbes.

Pujian dari pelatih yang akan mengejar gelar ke 11 bersama Real Madrid ini terasa seperti bisikan yang bisa mempengaruhi Xavi untuk menentukan starting line-up nya. Ancelotti menyebutkan bahwa saat seusia Xavi, ia masih belum mendaptkan prestasi apapun dalam melatih, jadi umur bukanlah halangan untuk meraih prestasi. Impuls ini merupakan tantangan bagi Xavi, untuk menurunkan Lamine Yamal di laga Final nanti. Alasan kuatnya, Raphinha cedera usai melawan Osasuna di semifinal kemarin dan dipastikan tidak akan tampil di laga Final. Pilihan ada pada Ferran Torres dan Yamal, sepertinya Don Carlo akan senang jika hadapi pemuda 16 tahun di lapangan nanti.

Bukan berarti Lamine Yamal tidak bagus, karena ia sendiri sudah buktikan dengan mencetak gol pamungkas di laga semifinal yang berkesudahan 2-0 untuk Barcelona. Pemuda pemecah banyak rekor ini hanya kurang jam terbang jika melihat menit mainnya bersama Barcelona. Statusnya sebagai wonderkid memang bagus dalam angka gol dan assist, tetapi dia belum bisa menembus skuad utama. Di paruh musim La Liga ini, ia tampil 19 kali tetapi hanya laga melawan Cadiz dan Alaves ia tampil hingga akhir pertandingan. Bahkan rerata menit mainnya di 5 laga akhir hanyalah kurang dari 20' menit. Selain gol yang dicetaknya ke gawang Osasuna kemarin, gol yang terakhir ia bikin adalah laga melawan Granada pada 8 Oktober tahun lalu.

Pada akhirnya Xavi akan menentukan siapakah yang bisa gantikan peran Raphinha di sayap kiri, sesuai kebutuhan dalam menghadapi pengalaman pemain-pemain Real Madrid. Dalam koferensi persnya jelang laga, fokus Xavi Hernandez adalah tetap mempertahankan ideologi Barcelona dalam melakukan ball-possesion, guna mendominasi laga melawan Real Madrid.

"(Kami percaya pada) Metodologi kami, cara bermain kami, tim yang kami miliki, dan cara kami bersaing melawan Madrid. Contohnya adalah final tahun lalu ketika kami menang 3-1. Kami jauh lebih baik. Dan meski kalah dari Madrid di La Liga musim ini, kami juga bermain bagus hingga menit ke-60. Kami merasa bisa mendapatkan lebih dari itu. Kami harus mengambil alih bola dari Madrid dan DNA kami harus bersinar lebih dari sebelumnya. Madrid berada dalam performa yang lebih baik dibandingkan tahun lalu, namun kami akan mencoba untuk mendominasi mereka dan bermain berhadapan. Ini adalah tempat dan momen ideal bagi kami untuk menampilkan sepak bola terbaik kami. Kami siap untuk itu." ujarnya dikutip dari onefootball.

Sepertinya Ancelotti sendiri tidak akan melawan dominasi atas bola tersebut. Strategi pragmatisnya toh terbukti dengan kemenangan 2-1 yang dijelaskan Xavi di awal musim ini. Saat itu bertanding di Camp Nou (28/10/23), penguasaan 52% milik Barcelona tidak dapat membawa 1 poin pun, karena Jude Bellingham mencetak 2 gol untuk membungkam gol pertama dari Ilkay Gundogan. Barcelona, terutama Xavi harus hati-hati dengan paradigma "possesion-ball" tersebut, karena seakan pemain-pemain Barca sudah senang bila mendominasi laga saja, mereka lupa pada hasil akhir dan terutama rivalitas El Clasico. Inilah yang dikomplain Gundogan di ruang ganti pada rekan-rekannya usai laga tersebut.

Los Blancos meski punya waktu lebih 1 hari untuk istirahat dibandingkan Barcelona, tetap akan terasa letih usai jalani perpanjangan waktu saat melawan Atletico Madrid. Dibandingkan dengan Barcelona yang bermain nyaman saat lawan Osasuna, dan bisa merotasi pemain intinya di menit-menit akhir laga. 

Bertanding di Al-Awwal / KSU Stadium milik Al Nassr, laga Real Madrid kontra Barcelona akan kick off pada Senin (15/1) dini hari jam 02.00 WIB. Sehubungan digelar di kandang Al Nassr, tentu akan banyak dukungan yang mengarah ke Real Madrid sebagai eks tim dari Cristiano Ronaldo, meski tidak untuk Toni Kroos. Di laga semifinal lawan ATM kemarin Kroos mendapatkan siulan setiap menyentuh bola. Hal ini karena publik Saudi masih geram atas pernyataan pribadinya, yang menganggap pesepakbola yang bermain di Liga Pro Saudi hanyalah berlatarbelakang uang semata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun