Sorakan suporter dari tribun memenuhi Lapangan Kanisius, menggetarkan udara di sepanjang Jalan Menteng Raya 64. Dari tanggal 20 hingga 27 September 2025, sekolah kami berubah menjadi sebuah ekosistem yang hidup, dihuni oleh lebih dari 200 sekolah dan digerakkan oleh lebih dari 1000 panitia. Sebagai siswa kelas 12 yang mungkin untuk terakhir kalinya merasakan atmosfer ini, CC Cup bukan sekadar agenda tahunan. Ini adalah tempat pelatihan terakhir kami sebelum melangkah ke dunia yang lebih luas. Tema tahun ini, "A Beautiful Thing Is Never Perfect", diambil dari peribahasa Mesir Kuno dengan segala visual piramida dan hieroglifnya. Hal ini bukan sekedar slogan atau dekorasi, melainkan filosofi yang menyelinap dalam setiap tarikan napas, setiap keringat, dan setiap detak jantung yang berdebar di balik seragam.
Dari Balik Layar, Belajar Arti Kepemimpinan Sejati
Sebagai panitia yang bertugas hingga larut malam, saya menyadari bahwa panggung kejayaan atlet hanyalah satu sisi dari cerita. Keindahan sesungguhnya justru sering kali lahir dari pekerjaan di balik layar. Kami, para panitia, adalah dalang yang memastikan panggung pertunjukan ini tetap berdiri. Dari mengatur ribuan barang konsumsi hingga memastikan perlengkapan lomba tiba tepat waktu, setiap detail adalah pelajaran.
Di sinilah nilai-nilai 4C1L (Compassion, Commitment, Conscience, Competence, and Leadership) yang menjadi roh Kolese Kanisius menemukan bentuknya yang paling nyata. Compassion hadir tidak hanya dalam sorak-sorai, tetapi juga dalam segelas air yang diantarkan kepada rekan panitia yang kelelahan. Commitment adalah janji pada diri sendiri untuk melaksanakan tugas meski mata sudah sulit terbuka. Competence adalah kemampuan mengelola waktu antara tugas panitia dan tanggung jawab akademis sebagai siswa kelas 12. Dan yang terpenting, kepemimpinan atau Leadership tidak lagi tentang memerintah, melainkan tentang melayani dan menginspirasi dengan keteladanan.
"Nilai-nilai 4C1L (Compassion, Commitment, Conscience, Competence, Leadership) bukan sekadar slogan. Compassion hadir ketika kami melihat teman kelelahan dan spontan membantu tanpa diminta. Commitment terlihat saat kami tetap bekerja hingga larut malam"
Kekalahan yang Sama Berharganya dengan Kemenangan
Di tribun, saya menyaksikan tim futsal kami kalah dengan skor tipis di babak semifinal. Ekspresi kecewa dan tangis mereka awalnya menyayat. Namun, keesokan harinya, mereka justru menjadi yang paling lantang menyemangati tim basket kami. Inilah esensi dari tema "A Beautiful Thing Is Never Perfect".
"Dalam kekalahan, kami justru menemukan kemenangan sejati - kemenangan atas ego diri, kemenangan dalam menjalin persaudaraan, dan kemenangan dalam menghargai setiap tetes keringat yang sudah dikeluarkan, terlepas dari angka di papan skor."
Â
CC Cup mengajarkan bahwa ketidaksempurnaan, kekalahan, kesalahan, dan cedera bukanlah akhir, melainkan batu pijakan menuju kedewasaan. Seperti piramida yang menjadi inspirasi visual acara, sebuah mahakarya tidak dibangun dalam satu malam dengan kesempurnaan mutlak, melainkan dibangun dari batu-batu yang disusun dengan sabar, tekun, dan penuh perhitungan. Hal ini mengajarkan ketangguhan, kerendahan hati, dan kemampuan untuk bangkit.
Pengalaman ini selaras dengan fenomena di banyak tempat, seperti komunitas "Young Changemakers" di Kenya yang membuktikan bahwa kerja keras, kolaborasi, dan keberanian mengambil risiko lebih berharga daripada sekadar hasil yang sempurna. Semangat yang sama kami rasakan di CC Cup, saat setiap peserta belajar untuk menghargai proses lebih dari sekadar hasil.
Kolaborasi sebagai Warisan Terindah
Di tengah lingkungan sosial yang kerap diwarnai pertentangan, CC Cup hadir sebagai oasis. Ini adalah ruang di mana semangat kompetisi tidak memecah belah, justru merajut jaring persahabatan yang lebih kuat. Suporter dari sekolah yang berbeda bisa duduk berdampingan, saling menghormati. Tim yang habis bertarung keras di lapangan bisa berjabat tangan dan tertawa bersama sesaat kemudian.