Mohon tunggu...
Gregorius Berthon Mbete
Gregorius Berthon Mbete Mohon Tunggu... Penulis - Cla Pilibi

Misionaris Claretian

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku Colleen Murphy, "A Moral Theology of Political Reconciliation"

28 November 2020   08:35 Diperbarui: 28 November 2020   08:38 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Murphy dalam bab V buku ini mengatakan bahwa anggota dari komunitas moral adalah para agen moral yang sesungguhnya. Sebagai agen moral, anggota komunitas ini perlu membangun relasi interpersonal dengan dengan orang lain. Relasi semacam ini adalah relasi yang dibangun berdasarkan sikap yang peka seperti dendam, rasa syukur, kemarahan, dan cinta yang adalah ekspresi perasaan berhadapan dengan orang lain. Sikap yang lain dapat menghadirkan jalan untuk mempertanggungjawabkan perilaku mereka sendiri sejauh diekspresikan dengan perhatian pada tujuan akhir yang bisa dikatakan sukses.

Murphy membagi tiga jenis kapasitas moral, yaitu: pertama, the capacity to "recognize and to apply second-personal moral reason". Pada bagian ini, otoritas karakter second-personal menjelaskan bagaimana setiap individu memiliki klaim tertentu untuk melihat tuntutannya terpenuhi. Dengan demikian setiap pribadi perlu mengenal apa tuntutan orang lain kepadanya.

Kapasitas kedua, to be susceptible to the emotional address for others. Segala macam perasaan yang ditujukan kepada orang lain juga perlu disalurkan berdasarkan pada perasaan kita yang muncul dari apa yang telah mereka lakukan terhadap kita. Tentu saja ketika mereka akan merasa bersalah dan dengan demikian yang kita lakukan juga adalah menanggapi perasaan bersalah itu dengan mengekpresikan semua perasaan kita. Dengan demikian akan ada relasi timbal balik yang membentuk landasan epistemologi dan kesadaran untuk tidak melakukan apa yang tidak kita kehendaki orang lain perbuat bagi kita.

Kapasitas ketiga, the capacity to be motivated by second-personal reasons and to respond to the emotional address of others. Murphy mengutip Shoemaker yang mengatakan bahwa jika saya memperhatikan seorang individu, saya akan bahagia jika segala sesuatu berjalan baik dan tentu saja akan bersedih jika segala sesuatu tidak ia dapatkan. Dengan demikian, perasaan moral mampu membentuk seseorang untuk membuat orang lain bahagia. Seseorang menjadi sadar diri bahwa apa yang dilakukannya secara langsung akan membawa dampak bagi orang di sekitarnya, entah sedih atau gembira sebagai akibatnya.

Ketiga kapasitas moral dan juga identitas kelompok yang dimiliki sebagai hasil dari relasi di atas, dibentuk secara lebih detail oleh tiga aspek penting. Pertama, sejarah kelompok sosial hanya dapat dimengerti secara normatif dalam dua cara. Pengalaman masa lalu dapat dilihat sebagai batu loncatan bagi masa sekarang dan masa datang serta ingatan kolektif dalam kelompok berkaitan dengan justifikasi pengalaman masa lalu yang mampu membentuk motivasi bagi orang lain untuk hidup.

Kedua, narasi sebuah komunitas tutut andil dalam membagi nasib bersama dengan anggota-anggota dari kelompok sosial. Ketiga, narasi pemahaman sebuah komunitas dibentuk oleh apa yang disebut Ross sebagai undang-undang kebudayaan (cultural enactment) yang sungguh-sungguh memiliki kekuatan emosional bagi anggota-anggota dalam kelompok sosial.

Bagi Murphy, mengingat adalah sebuah jalan bagi sebuah komunitas untuk megekspresikan dan mengkomunikasikan pengertian yang dimilikinya. Ingatan kolektif komunitas berusaha merefleksikan sejarah komunitas untuk mengenal duduk perkara genealogis dan berusaha menyadarkan setiap anggota komunitas bahwa mereka adalah bagian utuh darinya. Ini adalah ekspresi perasaan bersama yang dibentuk dari luka sejarah masa lalu.

Pada bagian akhir dari bab ini Murphy menarik tiga kesimpulan yaitu, adanya ambiguitas dalam analisisnya. Tentang sejarah ingatan bersama, ternyata ada determinasi. Ingatan kolektif akan sejarah adalah hasil dari determinasi yang timbul pada masa tertentu. Lalu, Murphy sadar bahwa narasi pemahaman kelompok masih menimbulkan pertanyaan lanjutan tentang penderitaan para korban. Pada akhirnya, kesaksian individu dapat membawa dampak yang sangat luar biasa dalam komunitas. Dengan jalan keterbukaan ini, semua orang akhirnya mengetahui sesuatu untuk dijadikan tolok ukur bagi perkembangan kehidupan yang lebih baik..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun