Mohon tunggu...
Gregorius Mahur
Gregorius Mahur Mohon Tunggu... Mahasiswa Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero Program Studi Ilmu Filsafat

Carmelite

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Seremonial ke Substansial: Menakar Kiprah Forum Anak Kabupaten Manggarai (FAKAM)

10 Oktober 2025   20:36 Diperbarui: 10 Oktober 2025   20:36 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pengukuhan Pengurus FAKAM Periode tahun 2025-2026 ( sumber : https://www.info1news.com/)

Partisipasi anak dalam pembangunan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang mewah, bahkan tidak jarang direduksi menjadi sekadar simbol. Namun, pengalaman di Kabupaten Manggarai menunjukkan hal yang berbeda. Di kabupaten ini, anak-anak memiliki ruang khusus yang disebut Forum Anak Kabupaten Manggarai (FAKAM). Kehadirannya bukan hanya sebagai pelengkap agenda pemerintah, melainkan sebagai motor penggerak partisipasi anak yang nyata. Manggarai kini telah menyandang predikat Kabupaten Layak Anak, sebuah capaian yang tidak bisa dilepaskan dari kontribusi FAKAM. Predikat ini bukan semata-mata penghargaan administratif, melainkan cermin dari keseriusan daerah untuk menempatkan anak sebagai subjek pembangunan. Dalam forum inilah anak-anak belajar menyuarakan pendapat, menyusun aspirasi, hingga menyampaikannya langsung kepada pemangku kepentingan. Mereka tidak lagi diposisikan sebagai penonton, tetapi sebagai aktor yang ikut memberi warna pada kebijakan publik. FAKAM berfungsi sebagai wadah representasi yang memampukan anak-anak menyampaikan isu-isu penting dari lingkungannya. Mereka berbicara tentang hak atas pendidikan, kesehatan, perlindungan dari kekerasan, hingga kebutuhan akan ruang bermain yang aman. Suara itu tidak lagi hanya berputar di antara teman sebaya, tetapi sampai ke meja pengambil keputusan melalui mekanisme formal seperti Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda). Kehadiran mereka di ruang tersebut menjadi bukti bahwa demokrasi lokal bisa ramah bagi semua, termasuk anak.

Dukungan pemerintah daerah terhadap FAKAM juga patut diapresiasi. Kesediaan membuka ruang partisipasi anak dalam forum resmi menunjukkan adanya perubahan paradigma. Jika dulu aspirasi anak sering diabaikan dengan alasan belum dewasa atau belum memahami persoalan pembangunan, kini justru pendapat mereka diakui sebagai masukan penting. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan yang tidak mendengar suara anak berisiko melahirkan kebijakan yang timpang, bahkan gagal menjawab kebutuhan nyata masyarakat.

Di balik kiprah FAKAM, ada kontribusi signifikan dari Wahana Visi Indonesia (WVI). Organisasi ini bukan hanya mendampingi, tetapi juga memperkuat kapasitas anak-anak agar lebih siap tampil di ruang publik. WVI melatih mereka berbicara di depan umum, memahami hak-hak anak, serta menyusun argumen yang berbasis pada pengalaman nyata. Dengan dukungan ini, FAKAM tidak sekadar hadir sebagai forum formal, melainkan berkembang menjadi komunitas belajar yang membentuk karakter generasi muda Manggarai.

Lebih jauh, keberadaan FAKAM telah melahirkan dampak sosial yang positif. Anak-anak menjadi lebih percaya diri, terbiasa berdiskusi, dan mampu menyampaikan ide secara konstruktif. Hal ini bukan hanya bermanfaat untuk forum itu sendiri, tetapi juga menumbuhkan budaya baru di masyarakat. Perlahan, ada kesadaran bahwa anak-anak memang bisa menjadi agen perubahan. Mereka dapat memengaruhi teman sebaya untuk menjauhi praktik berisiko, mengingatkan orang dewasa akan pentingnya perlindungan anak, sekaligus menginspirasi publik untuk memandang anak sebagai aset, bukan beban.

Jika dibandingkan dengan forum anak di daerah lain, FAKAM tampak menonjol karena keberlanjutannya terjaga dengan baik. Dukungan kelembagaan yang kuat, sinergi dengan pemerintah daerah, serta pendampingan berkelanjutan dari WVI menjadikan forum ini stabil dan produktif. Sementara di banyak daerah forum anak hanya aktif pada momen tertentu atau ketika ada kegiatan pemerintah, FAKAM terus hidup dengan aktivitas rutin, advokasi berkelanjutan, dan kehadiran yang konsisten di ruang kebijakan.

Keberhasilan FAKAM juga menjadi sinyal penting bagi daerah lain. Bahwa forum anak bisa berfungsi lebih dari sekadar simbol partisipasi. Dengan tata kelola yang baik, forum ini bisa berperan sebagai jembatan antara generasi muda dengan pemerintah, bahkan mendorong lahirnya kebijakan yang lebih inklusif. Bagi Manggarai sendiri, capaian ini adalah modal sosial yang sangat berharga. Sebab, daerah yang mampu membangun mekanisme partisipasi anak dengan baik berarti sedang menyiapkan generasi yang kritis, peduli, dan siap memimpin di masa depan.

Namun, apresiasi tidak berarti menutup mata terhadap tantangan. Ke depan, keberlangsungan FAKAM harus terus dijaga melalui komitmen anggaran, peningkatan kapasitas, serta penguatan jejaring antarforum anak di tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional. Anak-anak perlu diberi kesempatan lebih luas untuk mengembangkan inisiatif mereka sendiri, sehingga partisipasi yang lahir bukan hanya respons terhadap program pemerintah, melainkan juga hasil kreativitas dari generasi muda itu sendiri.

FAKAM adalah cermin bahwa anak-anak Manggarai bukan sekadar pewaris masa depan, tetapi penulis awal dari kisahnya sendiri. Di wajah mereka, kita melihat keberanian untuk berbicara, keyakinan bahwa suara kecil pun bisa mengubah arah kebijakan, dan tekad untuk menjadikan Manggarai lebih ramah bagi semua.

Suara mereka mungkin sederhana: tentang sekolah yang layak, taman bermain yang aman, atau perlindungan dari kekerasan. Namun dari kesederhanaan itu lahirlah kebenaran yang sering terlupakan: bahwa pembangunan sejati harus berangkat dari kebutuhan manusia yang paling dasar, yang paling tulus, yang paling jujur.

Ketika anak-anak Manggarai berdiri di forum resmi dan menyuarakan aspirasinya, mereka sedang mengajarkan kita arti keberanian. Mereka tidak menunggu menjadi dewasa untuk peduli, mereka tidak menunda menjadi pemimpin untuk memengaruhi. Mereka memulai hari ini, dari ruang kecil bernama FAKAM, untuk masa depan yang lebih adil.

Di sana, dalam setiap suara anak, kita menemukan harapan baru. Harapan bahwa Manggarai akan terus menjadi rumah yang aman, inklusif, dan penuh kasih. Harapan bahwa demokrasi lokal tidak hanya milik segelintir orang, tetapi milik semua, termasuk anak-anak. Dan harapan bahwa bangsa ini, jika mau mendengar suara terkecil, akan mampu berjalan lebih jauh dengan langkah yang lebih mantap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun