Cabai Jawa atau sering disebut cabai jamu (Piper retrofractum) adalah tanaman rempah asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi.Â
Piper retrofractum berbentuk memanjang menyerupai cabai rawit, berwarna hijau saat muda, dan berubah merah tua ketika matang.Â
Selain dipakai sebagai bumbu masakan, rempah nusantara ini dikenal luas sebagai tanaman obat yang berkhasiat untuk kesehatan.Â
Dengan semakin meningkatnya permintaan pasar, khususnya dari industri herbal, cabai jawa kini menjadi komoditas potensial untuk dibudidayakan oleh petani maupun masyarakat.
Cara Budidaya Cabai Jawa
Budidaya cabai jawa relatif mudah dan tidak membutuhkan lahan luas.Â
Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dengan ketinggian 0–600 mdpl, suhu 25–30 derajat Celsius, serta tanah gembur dengan pH 5,5–6,5.Â
Persiapan lahan menjadi langkah pertama yang penting. Tanah dibersihkan dari gulma, dicangkul agar gembur, lalu diberi pupuk kandang atau kompos sebagai penambah nutrisi alami.
Cabai jawa umumnya diperbanyak melalui stek batang karena lebih cepat tumbuh dibanding biji.
Pilih batang sehat berumur lebih dari satu tahun, potong sepanjang 20–25 cm, lalu tanam dalam polybag berisi campuran tanah, pasir, dan pupuk organik.Â
Setelah akar kuat, bibit bisa dipindahkan ke lahan dengan jarak tanam sekitar 2 x 2 meter.