Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Sepi Melanda: Kongkow Bareng di Dunia Nyata ataukah Berselancar Ria di Dunia Maya

16 Desember 2021   16:20 Diperbarui: 17 Desember 2021   08:10 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telepon umum koin untuk berkomunikasi dengan teman. Dok kaskus.co.id

Tahun 1990-an, saat masih mahasiswa. Banyak mahasiswa (termasuk saya tentunya) tidak punya pager, apalagi hand phone. Telepon ke teman pun masih mengandalkan fasilitas telepon umum koin yang dipasang sekitar lokasi yang ramai dengan manusia: di terminal, halte, stasiun, sekolah, atau pojok kampus. Jika hendak  interlokal, harus dari warung telekomunikasi (wartel) yang cukup menjamur saat itu karena bisnisnya lumayan menjanjikan. 

Seiring berkembangnya teknologi informasi, lingkungan kita pun ikut berkembang. Munculnya internet saat itu juga nampak jelas  di sekitar kami. Satu persatu warung internet (warnet) bermunculan untuk melayani kehausan mahasiswa saat itu, tentunya untuk mencari informasi penting, juga berkirim berita via surat elektronik, E-mail. Munculnya DALnet IRC network semakin menambah pelanggan warnet. Ya, teman-teman yang pernah menggunakan DALnet IRC network akan mengingatnya dengan jelas. Chatting berjam-jam dengan teman, pacar atau orang tua. Bahkan mencari kenalan baru. 

Sekedar  membangkitkan memory.  Di tahun 1990-an, meskipun sudah tersedia internet, berselancar di dunia maya masih terbatas. Belum  mudah  untuk mengakses internet selama 1x24 jam. Salah satu penyebabnya, masih mahal.  

Karena penggunaan yang masih terbatas, maka  ketika kesepian melanda maka anak-anak kost biasanya  bertandang ke kost teman yang lain atau saling mengajak, sekedar  melakukan beberapa kegiatan yang fun, bahkan konyol. Ngebandrek, ke bioskop alias nobar, atau nongkrong di tempat favorit. 

Namun siapa sangka, munculnya HP android membuat orang dengan mudah berselancar di dunia maya. Dunia seperti ada dalam genggamannya. Segala informasi dan teman bisa didapatkan dalam sekejap saat berselancar. Dimana saja, kapan saja dan dalam keadaan apa saja, semua bisa dilakukan. 

Seiring dengan perubahan itu, perilaku manusia pun mulai berubah. Relasi sosial dalam dunia nyata mulai terancam dengan relasi sosial dalam dunia maya yang serba instant. Chatting dengan relasi dapat dilakukan secara personal atau group melalui WA,FB, IG, Twitter, Telegram dan seabrek aplikasi gratis lainnya. Di dalam rumah, di kantor, di kendaraan, bahkan beberapa orang nekad menggunakan HP di dalam rumah ibadah. Saat rapat pun, banyak yang tak betah dan sebentar-sebentar mengintip isi HP nya. 

Ah, dunia berputar dan waktu pun berganti. Selalu datang hal baru dan hal lama pun tenggelam bersama perginya sang waktu. Relasi sosial dalam komunitas nyata mulai tergantikan dengan relasi sosial dalam dunia maya. Orang lebih mudah curhat dengan kenalannya di dunia maya daripada dengan sahabat dunia nyatanya. Dalam suatu ruangan yang biasanya ramai pun kini sepi karena semua lebih banyak memperhatikan ponselnya. Ya...sepi di dunia nyata tapi ramai di dunia maya. 

Ini beberapa kondisi yang memang sudah nampak sejak tahun 2000-an hingga kini, 2021. Tak terbayangkan, entah seperti apa di tahun 2045 nanti. Barangkali akan semakin lengang di dunia nyata ataukah orang mulai sadar untuk kembali merenda komunikasi dan relasi sosial dengan keluarga dan sahabat dalam dunia nyata? Akankah kesepian semakin melanda manusia, ataukah sebaliknya karena ternyata relasi sosial di dunia maya yang sifatnya serba instant itu? Kita tunggu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun