"Eh, kamu tahu nggak sih tentang buku What Color is Your Parachute? Itu loh, yang katanya bisa bantu kita banget dalam menentukan karir, bahkan hidup kita ke depan."
"Iya, gue pernah denger. Itu kayaknya buku legend banget buat yang lagi bingung mau kerja apa, kan?"
"Bener banget! Tapi nggak cuma buat yang mau nyari kerja aja, loh. Ini buku juga ngebahas gimana kita bisa ngerti potensi diri kita, supaya nggak cuma sekadar kerja, tapi kerja yang punya arti."
Ya, itulah gambaran singkat tentang What Color is Your Parachute?, sebuah buku fenomenal yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 oleh Richard N. Bolles. Buku ini sudah terjual lebih dari 10 juta kopi di seluruh dunia dan tetap relevan sampai sekarang. Dulu, buku ini lebih dikenal sebagai panduan untuk mencari pekerjaan, namun ternyata What Color is Your Parachute? jauh lebih dari itu. Ia memberikan cara bagi siapa saja---baik pengusaha, karyawan, konsultan, mahasiswa, atau masyarakat umum---untuk mencari makna dalam karir mereka.
1. Menemukan "Parasut" yang Tepat: Menyadari Apa yang Membuatmu Berbeda
Salah satu hal pertama yang bisa kita pelajari dari buku ini adalah pentingnya mengenali kekuatan dan minat kita sendiri. Bolles menyebutnya sebagai "parasut", yaitu metafora untuk karir atau pekerjaan yang sesuai dengan diri kita. Tapi, kamu mungkin bertanya-tanya: bagaimana sih cara menemukan "parasut" itu?
Di sinilah riset dan pengalaman hidup kita berperan. Ada banyak alat yang bisa membantu kita mengidentifikasi minat dan kekuatan, salah satunya adalah tes minat dan kepribadian seperti Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) atau StrengthsFinder. Studi yang dilakukan oleh Gallup pada 2018 menunjukkan bahwa karyawan yang bekerja sesuai dengan kekuatan mereka memiliki peluang 6 kali lebih besar untuk merasa terlibat dalam pekerjaan mereka, yang tentu saja berbanding lurus dengan produktivitas yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, ada seorang karyawan bernama Dika yang merasa terjebak dalam rutinitas kerja yang monoton. Setelah mengikuti beberapa tes kepribadian, Dika menyadari bahwa dia lebih cocok bekerja dalam lingkungan yang dinamis dan memerlukan kreativitas. Dengan informasi ini, Dika bisa mengeksplorasi peluang lain yang lebih sesuai dengan kepribadiannya, misalnya bekerja di bidang pemasaran atau digital marketing yang lebih menantang.
2. Menyesuaikan Parasut dengan Lingkungan dan Tren yang Ada
Setelah mengetahui minat dan keahlian kita, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan "parasut" dengan realitas dunia kerja yang ada. Menurut riset yang diterbitkan oleh McKinsey Global Institute pada tahun 2020, dunia kerja kini semakin dipengaruhi oleh tren teknologi, otomatisasi, dan globalisasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.