Mohon tunggu...
grace purwo nugroho
grace purwo nugroho Mohon Tunggu... advokat -

penggiat sosial dan politik. Lampung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melihat Nasib Ideologi-ideologi

14 Mei 2019   19:45 Diperbarui: 14 Mei 2019   19:48 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa negara seperti Malaysia dan Brunei walaupun berdasarkan syariat Isam tetapi dalam hal tertentu masih memakai hukum kolonial (Inggris), tetapi yang jelas hukum islam efektif berlaku dalam bidang perkawinan, waris, cerai, perbankan dan wilayah hukum privat lain.

Dalam hubungan global dunia Islam juga membentuk organisasi dunia yakni,  Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang di bentuk sekitar tahun 1969, pertama kali terbentuk karena respon konflik Israel-Palestina.  Saat ini yang tergabung organisasi ini kurang lebih 57 Negara, baik yang memang Negara yang berdasarkan syariat Islam, maupun karena jumlah penduduknya sebagian besar adalah kaum muslim, walau negara tersebut tidak berdasarkan agama, Indonesia dan Bangladesh contohnya.  

Tujuan organisasi ini lebih pada membangun solidaritas dalam rangka kemanusiaan dan komitmen negara-negara islam untuk saling mendukung, karena bisa dipahami negara-negara dalam dunia banyak yang masuk dalam kategori negara berkembang dan adapula yang masih terbelakang.  Hubungan negara anggota OKI adalah hubungan tanpa melakukan intervensi dalam negeri masing-masing. Isu-isu utama selain kemanusiaan menyangkut upaya mendukung kemerdekaan bangsa palestina, sesuai dengan pembentukan tahap OKI sejak awal.  

Tetapi apa OKI bisa merubah bentuk dan bertranformasi menjadi khilafah Islamiyah, ini sesuatu yang sulit karena solidaritas hanya pada soal kemanusiaan, dan masing-masing negara walau mempunyai warga negara mayoritas beragama silam, tetapi mazhab, aliran sangat berbeda-beda sehingga sukar untuk disatukan, sebagai informasi tambahan, pasca jatuhnya Khilafah Utsmaniyah 1924, dua tahun kemudian yakni tahun 1926   juga dicoba sebuah konferensi yang digagas oleh Arab Saudi dan Mesir,  diupayakan  mengagas lagi soal Khilafah tetapi kemudian gagal, bahkan menentukan lokasi ibukota khilafah saja tidak mendapat titik temu, apalagi pada saat yang sama negara-negara sedang tren terhadap berkembangnya isu nasionalisme.

Sosialisme

Salah satu ideology besar yang masih menjadi pilihan beberapa bangsa adalah sosialisme/komunisme yang satu sama lain berbeda pula tafsirnya di tiap negara yang menganutnya, tumbuh pasca perang dunia II yang dilanjutkan dengan perang dingin antara blok barat (liberal) dipimpin oleh amerika dan blok timur (sosialis/komunis) yang dipimpin oleh Uni Soviet,  perang dingin ini berakhir pada akhir tahun 80 an tepatnya tahun 1989 yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin.  

Maka dapat disebut peristiwa itu sebagai kemenangan blok barat, dan Uni Soviet sebagai pemimpin dan sentral utama komunis internasional menyatakan diri bubar, dan mempersilahkan anggota sekutu-sekutunya memilih sendiri garis politik negaranya. 

Tetapi kemudian banyak negara anggota sekutu soviet masih  menetapkan sendiri model negara komunis yang disesuaikan dengan kondisi negaranya, sebut saja china yang selama 2 (dua) decade mengikrarkan diri sebagai negara dengan konsep politik komunisme sebagai dasar negara, tetapi praktek ekonomi hingga menjadi raksasa ekonomi dunia, menggunakan ekonomi pasar yang dikendalikan negara, atau ada istilah lain kapitalisme negara, karena negara pemegang modal utama.

Yang menarik prinsip internasionalisme sebagai ideologi transnasional, dalam komunisme makin berkembang gagasan  banyak negara-negara menyebut komunisme yang mereka anut sebagai sosialisme dalam satu negeri dan tidak lagi mengekspansi ideologinya ke negara lain, sebut saja China yang mengawali menyebut demikian, dilanjutkan Vietnam yang makin terbuka dari sisi politik , ekonomi liberal, budaya tetapi masih menyebut diri sebagai negara komunis dengan karena hanya terdapat partai tunggal dan tidak ada pemilu (partai komunis Vietnam), yang masih nampak ortodok dari sisi ekonomi dan politik adalah Kuba dan Korea Utara.  

Sisanya merupakan turunan dari  komunisme, yakni sosialisme yang menerima model demokrasi dalam politik, mengenal pemilu dan menerima ekonomi pasar dengan catatan tidak merugikan negaranya (walau dalam praktek juga tidak kuat) negara yang banyak seperti ini adalah mantan sekutu uni soviet di skandinavia, Amerika Latin seperti Venezuala, sedikit di asia Nepal, Laos.  Menarik untuk dipelajari adalah bahwa sebagai doktrin ideology yang  universal dan transnasional, namun saat ini hampir tidak ada negara induk yang menjadi sentral rujukan dalam mengembangkan sosialisme/komunisme, masing-masing  negara tersebut  punya cara dan tafsir sendiri soal sosialisme, bahkan Vietnam dan China yang sama-sama mengaku komunis tidak punya hubungan politik ekonomi yang baik, bahkan keduanya pernah terlibat konflik perang. Dalam Situasi ini komunisme sepertinya hanya melakukan  sikap bertahan (demi eksistensi negara) dalam kepungan  diskursus global yang dominan yakni liberalisme, kapitalisme dan sekularisme. Bahkan dari sisi agama, justru negara komunis (khususnya china) mengalami pertumbuhan pemeluk agama sangat pesat, Budha sebagai agama setempat diikuti Kristen dan Islam,  ini hanya sebuah tanda bahwa bagaimanapun manusia adalah mahluk transeden yang memikirkan bagaimana kehidupan setelah kematian sehingga pencarian akan kuasa diluar manusia akan tetap ada, tidak dapat dihilangkan secara mutlak. Jika kita melihat sisi geografis negara-negara yang masih mempertahankan ideology komunis letak negaranya sebagian besar adalah daratan, baik dalam ukuran luas china misalnya atau dalam ukuran kecil, Korea Utara atau Kuba, posisi satu daratan ini memudahkan penguasa untuk mengontrol ideologi rakyatnya melalui tangan-tangan kekuasaan baik sipil maupun militer, dan biasanya walaupun negara komunis itu kecil tetapi secara langsung tak langsung di backup oleh tetangga negara yang punya haluan ideologi yang kurang lebih  sama, mis. Vietnam yang berbatasan langsung dengan Kamboja, Laos (sosialis) dan sebelah utara China komunis, walau hidup dalam system sendiri mereka juga berbagi informasi. Begitupun Korea Utara yang berbatasan langsung dengan China dan Rusia.  Untuk situasi Kuba  mereka diam dalam satu pulau yang namanya Cuba,  negara mereka hanya satu daratan, dan di belakang terdapat negara Venezuala  dan barisan negara-negara amerika latin dan ideologi politik sosialisme demokratik.

Dari sisi etnisitas (suku bangsa) mari kita chek, negara-negara yang  bertranformasi menjadi  negara komunis (baik dulunya bentuknya kerajaan atau belum ada negara), karena mereka menghuni dalam satu daratan (geografis) yang sama, maka kecenderungan suku bangsanya atau etnis adalah sama, adapun terdapat perbedaan hanya bersifat sub-etnis yakni dialek bahasa atau tradisi lokal, tetapi asal muasal sistem nilai  mereka sama, ambil contoh China, paling dibedakan etnis yang tinggal di pesisir dan yang dipedalaman (daratan/pegunungan) dengan daerah yang agak berbeda sedikit di pegunungan Mongolia dan perbatasan dengan wilayah eropa dan timur tengah, itupun sedikit dan tidak berpengaruhi bagi etnisitas secara keumuman, sistem nilai, budaya dan bahasa.  Begitupun juga untuk negara komunis di Korea Utara, Vietnam, Laos yang sering disebut sebagai Indo China di wilayah asia timur dan asia tenggara.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun