Mohon tunggu...
Grace Paulus
Grace Paulus Mohon Tunggu... Seniman - pelajar

:DD

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkembangan dari Zaman Praaksara hingga Sekarang

15 November 2022   10:28 Diperbarui: 15 November 2022   10:37 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Konsep sistem kepercayaan masa praaksara sangat berdampak bagi perkembangan kehidupan manusia dari masa ke masa. Karena sistem kepercayaan manusia diperkirakan bermula pada masa ini. Sistem kepercayaan sendiri sudah ada sejak zaman prasejarah, sejak masa bercocok tanam. Kepercayaan pada masa itu, berbeda dengan agama yang kita anut sekarang. Di masa itu, manusia purba menganut kepercayaan animisme, dinamisme, dan totemisme. Tentunya pada zaman tersebut di setiap zaman memiliki perkembangan yang berbeda-beda.

Sistem kepercayaan yang dianut oleh manusia pada zaman paleolithikum. Secara umum ada dua jenis kepercayaan manusia pada zaman tersebut yaitu animisme dan dinamisme. Meskipun ada dua jenis kepercayaan yang dianut manusia purba pada zaman tersebut, pada dasarnya kepercayaan utama mereka adalah terhadap roh nenek moyang. Di masa ini, hanya kepercayaan awal karena mereka lebih mementingkan berburu daripada kepercayaan seperti itu. Seperti terkaitnya bencana alam itu mereka mengaitkannya dengan nenek moyang yang sedang marah. Sistem ini terdapat pada zaman paleolitikum bisa disebut juga dengan zaman batu, mereka sangat bergantung pada alam, di kehidupan pada zaman ini manusia masih sederhana, zaman ini adalah zaman yang menggunakan alat-alat seperti batu untuk manusia purba untuk mereka mencari makan. Di zaman ini mereka hidup berpindah-pindah tempat seperti tidak menetap karena tergantung kesuburan masing-masing di setiap daerah dan penyedian, seperti menggunakan perimbas, dan alat-alat serpih, alat-alat ini digunakan untuk memotong kayu atau membunuh binatang buruan. 

Animisme adalah suatu sistem kepercayaan manusia yang sama seperti dinamisme. Animisme dapat diartikan yaitu percaya bahwa setiap benda mempunyai roh atau kekuatan magis di dalamnya. Oleh karena itu, banyak manusia purba di zaman mesolitikum yang menyembah atau melakukan ritual pada benda-benda. Mereka percaya bahwa manusia meninggal, jiwanya akan terkeluar dari jasmaninya dan akan berpindah tempat ke lainnya ke suatu benda lainnya. Sedangkan dinamisme yaitu mereka paham akan kepercayaan yang percaya bahwa benda tersebut ada kekuatan gaib, seperti batu besar, jimat, pohon, dan lainnya. Sistem kepercayaan ini terdapat pada zaman batu tengah atau disebut juga dengan mesolitikum, Sistem kepercayaan mereka ini adalah dinamisme dan animisme. Adanya kepercayaan ini pada zaman ini mengartikan bahwa zaman ini lebih makin maju, manusia yang sudah berpikir tentang kepercayaan tentang apa yang mereka anut. Pada zaman mesolitikum ini, kondisi alam sudah jauh lebih stabil, sehingga manusianya dapat mengembangkan beberapa aspek kehidupannya. Manusia yang hidup pada periode ini mencari makan dengan cara berburu dan meramu atau food gathering. Zaman ini mereka lebih banyak tinggal di gua, kehidupan manusia hidupnya sudah mulai menetap hidupnya. Hasil kebudayaan pada zaman ini lebih sedikit lebih berkembang dari zaman paleolitikum sebelumnya. Lalu, mereka menemukan kapak sumatera/pebble,  mata panah, flakes, dan lainnya.

Masyarakat pada masa neolitikum percaya sistem kepercayaan animisme dan dinamisme, bahwa roh orang yang meninggal tidak lenyap tetapi akan memiliki kehidupan alam lain. Oleh karenanya, orang yang meninggal akan dibekali benda-benda keperluan sehari-hari seperti perhiasan dan periuk, dengan maksud agar perjalanannya ke dunia arwah dapat terjamin. Sistem ini terdapat pada zaman neolitikum, zaman ini adalah zaman batu muda, zaman batu muda atau neolitikum ini revolusi pada masa pra-aksara. Periode sejarah dimana manusia sudah memiliki teknologi dan kebudayaan yang cukup berkembang. Mereka mengenal budaya mengasah alat-alat batu untuk bercocok tanam, telah terjadi perubahan terhadap kehidupannya pada zaman ini, dan cara bertempat tinggalnya ataupun alat-alat yang digunakan untuk peralatan kehidupannya. Dengan perkembangan zaman alat-alatnya semakin maju, dan hasil perburuan itu akan semakin cepat di buru. Pada dasarnya, neolitikum adalah zaman batu yang terakhir.

Masyarakat di zaman megalitikum dipercaya bahwa di sekitar mereka, terdapat roh atau makhluk halus yang melindungi mereka. Ini menjadi salah satu alasan di balik banyaknya penemuan batu-batu raksasa seperti menhir atau monolit. Manusia praaksara itu sudah mulai berkembang di bidang kepercayaan akan tetapi animisme lebih dominan, masyarakatnya percaya bahwa arwah nenek moyang yang telah meninggal masih terus hidup di dunia arwah. Lalu, banyak hal ini dibuktikan karena adanya peninggalan berupa dolmen, menhir, dan sarkofagus. zaman megalitikum merupakan bagian dari zaman batu, tepatnya memasuki akhir pada era tersebut. Karena setelah zaman batu berakhir, manusia perlahan bertransisi untuk memasuki zaman baru bernama zaman perunggu. 

Masyarakat pada masa perundagian atau masa perunggu, manusia masih menganut sistem kepercayaan animisme. Dalam kepercayaan animisme, manusia masih menganggap bahwa sebuah benda memiliki kekuatan supranatural yang diisi oleh roh leluhur. Selanjutnya sistem kepercayaan yang kedua adalah dinamisme, kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan supranatural, contohnya pohon dan batu besar. Masyarakat perunggu masih mempercayai bahwa roh atau makhluk halus itu berasal dari jiwa manusia atau leluhur yang sudah meninggal dunia. Kemudian, roh tersebut akan mendiami berbagai tempat, misalnya hutan, gua-gua, pohon, dan bebatuan. Zaman perunggu disebut juga dengan zaman logam yang merupakan masa di mana peradaban sudah berkembang dan masyarakatnya sudah berpikir maju untuk kehidupannya. Karena pada masa ini masyarakat sudah mulai mengenal logam dan memanfaatkannya untuk membuat berbagai macam alat untuk kebutuhan sehari. Hal ini juga dipicu oleh kebutuhan manusia yang semakin kompleks atau susah, sehingga membutuhkan keterampilan pada masing-masing bidang kehidupan.

Selanjutnya masa semakin berkembang dan berkembang, dari masa ke masa, pada zaman sekarang pastinya manusia di dalam kehidupannya semakin berkembang, seperti teknologi, alat-alat untuk mencari makanan dan lainnya. Tentunya hal-hal tersebut berkembang karena ada akal budi manusia yang diberikan kepada Tuhan, untuk menciptakan hal-hal yang berguna untuk kehidupan manusia. Sehingga, manusia bisa berpikir secara jernih, dan pastinya di Indonesia memiliki agama yang berbeda-beda, akhirnya manusia membuat peraturan seperti perundang-undangan yang mengatur tentang keberagaman di Indonesia agar tidak membeda-bedakan agama, di dalam Pasal 28E ayat (1) "Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali." Oleh karena itu setiap orang bebas memilih agamanya masing-masing di Indonesia, yang disahkan 6 agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Dari kepercayaan zaman praaksara tersebut dari masa praaksara hingga sekarang, dan sistem kepercayaannya yaitu animisme dan dinamisme. Saya kurang menyetujui adanya kepercayaannya karena pada zaman-zaman tersebut mereka ada yang menyembah benda-benda, mereka mempercayai roh nenek moyang, dan pahlawan, itu sama saja sudah melakukan salah 1 dosa dari 7 dosa mematikan yaitu contohnya penyembahan berhala karena pada masa itu mereka menyembah berhala seperti batu,pohon, dan lain-lain. Menurut saya ini sangat melanggar perintah Allah, yang terdapat di Imamat 19:4 "Janganlah kamu berpaling kepada berhala-berhala dan janganlah kamu membuat bagimu k dewa tuangan; Akulah TUHAN, Allahmu." Karena Tuhan lah yang sudah menebus dosa-dosa manusia, Tuhanlah yang berani mengorbankan diri-Nya bagi manusia. Jadi, kita sebagai manusia harus memuji nama-Nya, dan jangan menyembah Allah lain.

Pemerintah tentunya memiliki jaminan perlindungan bagi kebebasan beragama. Pada pasal 1 disebut sebagai rumah ibadah adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri khusus yang digunakan untuk beribadat bagi masing-masing pemeluk agama secara permanen. Pemerintah mempunyai jaminan nyata seperti mengizinkan umat membagun rumah ibadah, untuk masyarakat bisa beribadah sesuai agama masing-masing. Pada, Pasal 28E ayat satu menegaskan bahwa "setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya." Hak kebebasan beragama juga dijamin dalam Pasal 29 ayat dua UUD NRI 1945, yang menyatakan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing, dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu," ucap Yasonna. Menurut Menkumham, tujuan pembentukan negara adalah untuk melindungi hak warga negara dan memenuhi kepentingan seluruh rakyatnya. Dalam konteks keIndonesiaan, salah satu tujuan nasional adalah melindungi segenap bangsa Indonesia, tentu saja tanpa diskriminasi, baik berdasarkan suku, bahasa, maupun agama.

Tentunya di Indonesia ini ada banyaknya pelanggaran kebebasan beragama salah satunnya larangan beribadah, terdapat kasus dimana rumah ibadah di Aceh Singkil. Adanya diskriminasi pendidikan agama bagi anak Kristen dan vonis terhadap salah satu umat Kristen yang didakwa melakukan penembakan pada peristiwa pembakaran Gereja pada Tahun 2015 lalu. Pihak yang bersangkutan langsung menindaklanjuti pengaduan tersebut, Desk KBB melakukan pertemuan konsultasi dengan Kodam Iskandar Muda dan Pemerintah Aceh, pengurus gereja Aceh Singkil, dan Forkopimda Aceh Singkil. Dalam pertemuan tersebut terungkap beberapa faktor dan penyelesaian. Antara lain Pemkab Aceh Singkil telah memproses perizinan 11 gereja yang tidak dirobohkan dengan diterbitkannya rekomendasi dari FKUB dan kantor Kementerian Agama Aceh Singkil. Ditemukan adanya diskriminasi pendidikan agama terhadap anak-anak warga Kristen di Aceh Singkil. "Dinas pendidikan Aceh Singkil berjanji akan berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Aceh untuk mencari solusi. 

Trilogi kerukunan umat beragama bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat hayati dalam kebersamaan, sekali pun banyak perbedaan. Konsep ini dirumuskan dengan teliti dan bijak agar tak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam menjalankan kewajiban dari ajaran-ajaran agama yang diyakininya. Pasti adanya upaya yang terjalin di dalam trilogi ini agar kerukunan umat beragama dapat terjalin dengan baik, dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama ada upaya yang perlu dapat dilakukan yaitu memahami keberadaan agama lain, untuk mencapai pemahaman yang komprehensif terhadap agama lain, diperlukan sikap lapang dada dalam bersikap dan dalam berbuat, sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan memberikan makna yang berarti bagi kehidupan agama di Indonesia, bersikap saling bertoleransi/menghargai dan menghormati meskipun agama yang kita anut ini berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun