Gabahan (29/7). Pandemi COVID-19 yang tengah berlangsung merupakan kondisi tak terhindarkan bagi siapa saja. Virus SARS-CoV2 atau yang lebih dikenal dengan virus corona, telah menjangkit jutaan umat manusia dan menyebabkan beberapa orang, khususnya pada populasi berisiko tinggi, mengalami sakit berat, bahkan meregang nyawa. Meski pemerintah telah mengupayakan berbagai hal untuk menghentikan penyebaran virus corona, seperti memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat di Pulau Jawa dan Bali hingga 2 Agustus 2021, angka positif covid di Indonesia masih terpantau tinggi dan korban terus berjatuhan. Tidak sedikit orang yang harus merelakan kepergian orang-orang terdekat akibat pandemi yang tak kunjung usai sehingga wajar bila masyarakat merasa resah, sedih, tertekan, bingung, ataupun marah selama krisis ini terjadi.
Di samping itu, beban dan tekanan ekonomi yang meningkat akibat pembatasan sosial dan maraknya berita simpang siur di jejaring sosial serta kabar buruk yang diterima secara beruntun dari kerabat atau lingkungan sekitar, turut berdampak buruk bagi kesehatan mental. Tak ayal, masyarakat terombang-ambing dalam ketidakpastian dan dapat mengalami kepanikan dan stres tanpa disadari, padahal kesehatan mental dan kesehatan fisik diketahui sama-sama penting dan saling mempengaruhi sehingga keduanya tidak boleh diabaikan. Stres terbukti dapat menurunkan imunitas tubuh, sedangkan kekebalan tubuh yang baik dibutuhkan untuk menangkal infeksi virus corona. Lantas, bagaimana cara mengatasi dan mengelola stres serta kecemasan, terutama di era pandemi COVID-19 ini?
Magister Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Diponegoro, Bapak Farid Agushybana, S.KM., DEA., Ph.D, menyebutkan ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan terkait pandemi COVID-19. Pertama, masyarakat disarankan untuk membekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang covid dan hanya mendengarkan informasi dari sumber yang terpercaya. Kedua, mencari tahu tentang kondisi kesehatan diri melalui skrining mandiri. Ketiga, menentukan sikap dan langkah sesuai dengan kondisi kesehatan saat ini. Keempat, mulai membicarakan perasaan yang tengah dialami dengan orang terdekat atau orang yang dapat dipercaya untuk membantu. Kelima, mengurangi konsumsi berita dan media sosial mengenai COVID-19 yang membuat diri khawatir. Keenam, menghindari merokok, konsumsi alkohol, atau obat-obatan lain. “Jangan menjadikan alkohol, rokok, atau obat-obatan lain sebagai pelarian,” tegas Beliau saat menjadi narasumber utama pada mini-webinar bertajuk “Melek COVID-19, TRESNA marang Awake Dhewe, Kulawarga, lan Tangga” yang diselenggarakan oleh Tim II KKN Undip 2020/2021 untuk kalangan umum via Zoom pada Sabtu, 24 Juli 2021 pukul 09.00-11.30 WIB. Ketujuh, mempertahankan gaya hidup sehat, gizi seimbang, olahraga teratur, dan tidur yang cukup.
Sebagai tambahan, upaya lain yang dapat dilakukan adalah melakukan latihan deep breathing atau teknik bernapas secara dalam dan perlahan yang menggunakan otot diafragma sehingga abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh, secara rutin dan teratur, sekitar 10-15 menit menjelang pergi tidur setiap hari. Perlambatan waktu laju napas dengan memanjangkan waktu inspirasi dan ekspirasi ini diketahui dapat meningkatkan kompliansi paru, memperbaiki fungsi ventilasi, dan memperbaiki oksigenasi.
Beberapa manfaat bila melakukan latihan deep breathing secara rutin dan teratur, antara lain ventilasi menjadi lebih terkontrol dan efisien, peningkatan inflasi alveolar menjadi maksimal dan otot mengalami relaksasi, mengoptimalkan fungsi otot bantu pernapasan untuk menghasilkan tarikan napas lebih dalam dan memperbesar ekspansi perut dan dada selama inspirasi sehingga jumlah volume tidal sewaktu yang masuk lebih banyak dan saturasi oksigen dapat meningkat, terutama pada penderita obesitas. Selain menurunkan kerja napas dan membuang pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna atau tidak terkoordinasi, latihan deep breathing juga dapat menyingkirkan ansietas dan meningkatkan kualitas tidur serta kualitas hidup secara keseluruhan. Melalui mekanisme relaksasi, latihan deep breathing dapat meningkatkan perasaan nyaman, menurunkan ketegangan atau kecemasan, rasa nyeri, kadar glukosa darah, denyut nadi, dan tekanan darah sehingga tubuh, napas, dan pikiran rileks, dan dapat mengatasi gangguan tidur.
Mengetahui banyaknya manfaat yang dapat diperoleh melalui latihan deep breathing, Graceanne Sheridan, salah seorang mahasiswa FK peserta Tim KKN Undip II 2020/2021, berinisiatif mengadakan program pelatihan teknik deep breathing untuk warga Kelurahan Gabahan RT 08/ RW 02, sebagai strategi mengurangi stres dan kecemasan di era pandemi sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga secara keseluruhan (kebugaran fisik maupun psikis). Masih dalam rangkaian program pemberdayaan warga “melek” COVID-19 yang akan terus diselenggarakan hingga 11 Agustus 2021, menyusul program mini-webinar yang telah diselenggarakan pada Sabtu pekan lalu (24/7), program pelatihan teknik deep breathing ini dilaksanakan pada 23-25 Juli 2021, secara daring melalui media Zoom dan dihadiri oleh total 46 partisipan sebagai bagian dari mini-webinar maupun secara terpisah dan melalui pemasangan serta pembagian booklet, video panduan, dan infografis penunjang program di lingkungan RT/RW.
Adapun langkah-langkah latihan deep breathing yang dapat Anda ikuti, sebagai berikut:
- Mengatur posisi berbaring terlentang yang nyaman, beri bantalan di bawah kepala dan lutut.
- Meletakkan satu tangan di dada dan satu lagi di perut (di bawah iga) untuk merasakan pergerakan dada dan perut saat bernapas.