Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Menunggumu di Tepian Dermaga

27 Februari 2018   14:35 Diperbarui: 27 Februari 2018   23:58 2153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tunggu penjelajah nusantara di tepian dermaga,  
Matahari sore memancar membakar rambut ikalku  
Kanak-kanak, sumringah  
Mama mama mengeluh, satu dua pinang tinggal ampas  
Menegaskan budaya bangsa dari anak bungsunya 

Aku menunggu dengan berat bekalku,
Membayang tentang perjalanan nanti
Menyusuri gugusan pulau surga dan perkampungan

kuli - kuli panggul, pedagang asongan,
Tukang ojek meredam panas dengan asap rokok
Asa yang ia impikan turun dari langit
Menjelma butiran peluh dan aroma tubuh
Lalu?
Apakah masih ada mulut pencemar yang durhaka ?

Kepada saudara-saudaraku,
Kaum mahasiswa dan sarjana yang diperam di ketiak ibukota
Tutuplah sesekali diktat-diktat asing itu!
Bila pandangan matamu telah sampai disini...
Maka pembangunan telah mengalir dalam ragamu
Dalam regukan gelas di sajian meja makanmu.

Di atas dermaga aku menunggumu dengan sandal jepitku,
Kicipak riak lautan ucapkan salam kedatangan
Dari belahan bumi yang masih di pergulatkan
Oleh para pencemar yang durhaka, mengalirkan kebencian
Dan huruhara...

Gema sulingmu telah mengangkasa, penjelajah waktu
jangalah ragu...
Bawalah aku menjelajahi gugusan nusantara
Dan biarlah penaku tetap menuliskanmu di lain waktu.

Manokwari, 27 Feb 2018

Rasull abidin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun