Mohon tunggu...
Yakob Godlif Malatuny
Yakob Godlif Malatuny Mohon Tunggu... Dosen - verba volant scripta manent

Dosen dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ambon dan Infrastruktur Digital Kewarganegaraan

15 Juni 2019   19:03 Diperbarui: 15 Juni 2019   19:31 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya membuka tulisan ini dengan mengutip kalimat yang diucapkan oleh Pakar Komunikasi Politik, Prof. Karim Suryadi dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne bahwa "media sosial menampilkan realitas yang sangat simpel, memberikan ruang gema yang hebat untuk berbohong, memaki, dan menghujat orang tetapi kita juga menemukan salah satu kebaikan melalui media sosial yakni pengembangan infrastruktur digital kewarganegaraan dimana para pemuda, aktivis, penyair, seniman, dan akademisi berhimpun membuat sebuah komunitas untuk menggerakan perubahan di sekeliling mereka".

Terdapat korelasi positif antara keterlibatan di media sosial, aktivitas di dalam infrastruktur digital kewarganegaraan dan tanggungjawab mereka sebagai warganegara. Contoh nyata dari para pemuda, aktivis, penyair, seniman, dan akademisi yang berinteraksi secara masif di media sosial berhimpun membuat Komunitas Ambon Bergerak. Dilansir dari laman ambonekspres.fajar.co.id bahwa adanya kegelisahan panjang tentang arti sebuah perubahan, sejumlah komunitas kreatif di Kota Ambon duduk bersama. Mereka ingin mempunyai sebuah rumah bersama, tempat ide-ide disulam.

Impian itu terwujud dengan adanya Komunitas Ambon Bergerak yang merupakan perhimpunan dari berbagai komunitas seperti Save Ambon Bay, Penyala Ambon, Kanvas Alifir, Bengkel Seni Embun, Bengkel Sastra Maluku, Ikan Asar, Cidade de Amboina, Maluku Hiphop, Relawan TIK Provinsi Maluku, Relawan TIK Kota Ambon, Blogger Maluku, Maluku Baronda, Baileo Doc, Ambon Photo Club, dan Pardiedoe.

Komunitas Ambon Bergerak melakukan kegiatan secara swadaya, namun memiliki dampak positif. Gerakan Save Aru merupakan kontribusi nyata komunitas ini. Bersama sejumlah elemen masyarakat, pemuda dan organisasi nirlaba melakukan penolakan terhadap perusahaan tebu, sehingga PT Menara Grup berhasil angkat kaki dari bumi Jargria itu. Kemudian pentas seni TrotoArt, penggalangan bantuan untuk korban banjir, dan Ramadhan berbagi, bahkan mengkampanyekan rebranding Maluku dari aspek pariwisita.

Melalui interaksi yang intens di media sosial, Komunitas Ambon Bergerak terus berupaya dan telah berada dalam atmosfer perubahan itu sendiri. Berkat kegigihan dalam berkretifitas, komunitas ini mendapatkan Anugerah Komunikasi Indonesia (AKI) dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) sebagai bentuk dukungan dan motivasi dari pemerintah agar intensif berkarya. Komunitas Ambon Bergerak merupakan salah satu dari tujuh penerima AKI I pada 2015, khusus untuk kategori Komunitas Media Sosial.

Contoh nyata di atas adalah salah satu kearifan bermedia sosial. Para pemuda, aktivis, penyair, seniman, dan akademisi di Kota Ambon yang terlibat dalam media sosial telah menunjukan jalan terbaik bagi kita untuk mengembangkan infrastruktur digital kewarganegaraan demi menggerakan banyak perubahan yang nyata. Penulis meyakini sungguh bahwa masih terdapat banyak kalangan di Kota Ambon yang terlibat dalam media sosial melakukan kegiatan serupa yang tak sempat uraikan dalam tulisan singkat ini.

Ke depan, diperlukan lebih banyak warga Kota Ambon yang arif untuk mengubah beragam ide yang bertebaran di media sosial untuk mengembangkan infrastruktur digital kewarganegaraan. Karena dalam pandangan McCosker dan Johns bahwa melalui sirkulasi media sosial, pertukaran ide publik lebih luas diaktifkan.

Kearifan Menjadi Kunci

Para tokoh publik yang memiliki banyak followers dituntut lebih arif dalam menebarkan konten di media sosial, karena kepada mereka penghormatan dan kepercayaan publik diberikan. Setiap konten yang mereka tebarkan di media sosial bisa berpotensi membangun maupun menghancurkan warganet. Ingat bahwa hari-hari ini banyak warga di tanah air telah menjadikan media sosial sebagai bagian dari kehidupan mereka.

Laporan Tetra Pak Index 2017, mencatatkan ada sekitar 132 juta pengguna internet di Indonesia. Sementara hampir setengahnya adalah penggila media sosial, atau berkisar di angka 40 persen. Hasil riset yang dilakukan We Are Social, perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan Hootsuite menyatakan rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial.

Dari laporan berjudul "Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World" yang diterbitkan tanggal 30 Januari 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, pengguna aktif media sosial mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 persen. Sementara hasil riset mereka yang dirilis Januari 2019 menyatakan pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56 persen dari total populasi. Dan pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48 persen dari populasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun