Transformasi pendidikan mendorong peran guru menjadi lebih kreatif dan siswa menjadi lebih mandiri (Savira, 2023). Tidak hanya sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai fasilitator yang harus inovatif dalam merancang metode dan media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. Pendekatan seperti teknologi digital, proyek kolaboratif, dan pembelajaran kontekstual yang semakin berkembang, mendorong siswa untuk aktif, reflektif, dan bertanggung jawab dalam proses belajarnya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dekat dengan kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, transformasi ini dapat dilihat dari meningkatnya keterlibatan siswa dalam praktik bahasa sehari-hari. Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkan bahasa melalui dialog, video, atau jurnal harian. Nilai-nilai Islami turut dikuatkan melalui pemahaman teks berbahasa Arab yang sarat pesan moral. Selain itu, pemanfaatan media digital seperti YouTube, aplikasi interaktif, mulai digunakan untuk mendukung keterampilan abad 21 seperti literasi digital, berpikir kritis, dan komunikasi multibahasa (Simatupang et al., 2024). Bahasa Arab kini menjadi sarana pengembangan kompetensi global yang kontekstual dan bermakna.
D. Tantangan dalam Transformasi Pembelajaran
Dalam proses transformasi pembelajaran, seringkali mengalami berbagai macam tantangan dalam penerapan nya. Transformasi pembelajaran melalui Kurikulum Merdeka menghadapi berbagai tantangan di lapangan (Bungawati, 2022). Menurut Nurjanah & Mustofa, (2024), salah satu tantangan dalam transformasi pembelajaran adalah kesiapan guru dan sekolah dalam mengubah paradigma lama menuju pendekatan yang lebih fleksibel dan berpusat pada siswa. Banyak guru masih belum memahami konsep Capaian Pembelajaran (CP) secara menyeluruh, serta kesulitan merancang tujuan pembelajaran berbasis kompetensi. Selain itu, juga keterbatasan infrastruktur, teknologi, dan bahan ajar terutama di daerah terpencil menyebabkan ketimpangan yang sangat signifikan dalam penerapan kurikulum ini secara merata di seluruh wilayah.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, tantangan menjadi lebih spesifik. Kurangnya media pembelajaran digital yang relevan dan terbatasnya pelatihan bagi guru dalam merancang pembelajaran aktif membuat proses belajar kurang efektif. Banyak materi daring tidak sesuai dengan konteks dan kemampuan siswa, sehingga guru kesulitan menciptakan pembelajaran yang menarik dan bermakna (Maskur, 2023). Selain itu, persepsi masyarakat yang masih menganggap bahasa Arab hanya sebagai pelajaran agama turut memengaruhi rendahnya motivasi siswa. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, guru, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membangun ekosistem pembelajaran yang mendukung semangat Kurikulum Merdeka secara menyeluruh.
E. Strategi Memaksimalkan Transformasi Pembelajaran
Untuk mendukung keberhasilan transformasi pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka, menurut Mardiana & Emmiyati, (2024), dibutuhkan beberapa strategi penting seperti pelatihan guru, kolaborasi, pemanfaatan teknologi, keterlibatan orang tua, dan evaluasi berkelanjutan. Sejalan dengan itu, Sulastri et al., (2022) menjelaskan bahwa pelatihan guru menjadi kunci karena mereka adalah pelaksana utama di kelas, pelatihan-pelatihan ini harus mampu membekali guru dengan kemampuan merancang tujuan berbasis Capaian Pembelajaran (CP), menggunakan pendekatan diferensiasi, dan menyusun asesmen formatif yang bermakna. Selain itu, pelatihan pedagogi digital juga penting agar guru mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran. Teknologi seperti YouTube edukatif, aplikasi interaktif berbasis bahasa Arab dapat memperkaya pengalaman belajar siswa serta memudahkan pemahaman materi secara visual dan auditif.
Sejalan dengan hal diatas, menurut Utami et al., (2025), kolaborasi antara guru, sekolah, dan berbagai pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan perlu diperkuat melalui komunitas belajar dan forum profesional. Guru bisa berbagi praktik baik dan mengembangkan bahan ajar secara bersama. Di sisi lain, orang tua memiliki keterlibatan langsung dalam juga mendukung keberhasilan siswa. Keterlibatan tersebut bisa berupa memotivasi untuk anak-anak agar mau menggunakan bahasa Arab dalam aktivitas sehari-hari. Evaluasi berkelanjutan menjadi strategi penting untuk menilai efektivitas pembelajaran, termasuk kesiapan guru dan relevansi strategi yang digunakan (Rosa et al., 2024). Evaluasi ini memungkinkan sekolah melakukan perbaikan berkelanjutan dalam implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Arab.
PENUTUP
Transformasi tujuan pembelajaran di era Merdeka Belajar merupakan langkah penting menuju pendidikan yang lebih inklusif, bermakna, dan kontekstual. Dalam pembelajaran Bahasa Arab, perubahan ini membuka peluang bagi guru untuk merancang pengalaman belajar yang lebih relevan, menarik, dan membekali siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan di abad 21. Dengan dukungan semua pihak, transformasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Arab dan mendorong terbentuknya generasi pembelajar yang kompeten dan berkarakter.
DAFTAR PUSTAKA