Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Professional -

47 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java SPA Owner, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Dokter Spesialis di Jerman: Sebuah Pengalaman Pribadi

21 November 2014   00:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:16 3134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_376849" align="aligncenter" width="425" caption="Uniklinik Magdeburg Tampak Depan."][/caption]

Saya mengenal sosok Dokter muda ini sebagai pribadi yang pendiam , introvert. Pertemuan pertama kali di rumah seorang teman yang sedang berulang tahun. Saya mengamatinya , dia orang yang sangat pendiam. Saya berpikir saya harus mengajaknya berbicara . Dan begitulah setelah pertemuan -pertemuan tersebut baru Pak Dokter Chrisen lie ini bisa enak diajak mengobrol. Ternyata Kita semua doyan makan , kita disini sering mengadakan acara kumpul-kumpul dan berbagi resep . Hanya ada beberapa saja orang Indonesia di Magdeburg jadi kita semua kenal secara baik keluarga Indonesia disini.

[caption id="attachment_376852" align="aligncenter" width="470" caption="Arisan di Halaman apartement Dokter Chrisen Lie Pas Musim Panas."]

1416478800886871288
1416478800886871288
[/caption]

Teman-teman saya baik semua disini termasuk Dokter Chrisen Lie . Saya titip buah Kluwak dan jeruk limau kepada orang tuanya untuk di bawa ke Magdeburg . Dan saya mendapatkan titipan tersebut dengan hati senang berbunga-bunga. Hingga akhirnya Dokter Christ saya undang makan Ayam Buah Kluwak Ala Nyonya Peranakan. Mereka senang masakan ini , teman-teman saya juga.

Tetapi tulisan ini bukan tentang Kluwak , tetapi tentang Dokter Chrisen Lie dan Pengalamannya Menjadi Dokter Specialist di Magdeburg , berikut kisahnya. Saya yakin akan banyak sekali orang Indonesia yang mencari-cari info berharga ini . ( untuk Kompasiana , saya sudah mendapatkan ijin dari Dokternya sendiri , jangan dihapus lagi ya ).

-------------

Apa? Sekolah spesialis di Jerman dibayar? Jaga malam hanya tiga kali sebulan? Tidak ada senioritas? Di Jerman sedang kekurangan dokter? Demikianlah desas-desus yang berhembus di telinga para calon lulusan fakultas kedokteran yang sedang mencari peluang untuk melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis. Benar, semua hal yang saya sebutkan di atas bukan isapan jempol belaka. Namun, seperti biasa, iklan selalu menonjolkan sisi positif dari sebuah produk. Sebelum memantapkan pilihan, lebih baik kita menimbang kelebihan dan kekurangan pilihan kita.

Sebagai salah seorang yang telah berhasil masuk ke dalam program pendidikan spesialis di Jerman, saya seringkali mendapat banyak pertanyaan senada: „apakah desas-desus itu benar?“ „Jika ya, wah menyenangkan sekali ya PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) di Jerman.“ „Saya juga mau ah kuliah di Jerman.“ Pertanyaan lain yang muncul adalah: „Susah nggak sih kuliah (PPDS) di Jerman?“

Pertanyaan ini terkesan lumrah dan sangat spontan untuk ditanyakan, tapi jika saya minta penanya untuk memikirkan kira-kira jawaban apa yang harus saya berikan, saya yakin kita semua bisa menjawab pertanyaan itu sendiri.

Di dalam artikel ini saya tidak akan membahas sisi teknis dari persiapan menjalani PPDS di Jerman. Selain karena peraturan yang berbeda-beda di setiap negara bagian, informasi mengenai kelengkapan dokumen serta proses yang harus dilalui dapat ditemukan di dunia maya/mesin pencari dengan kata kunci „Berufserlaubnis“ dan negara bagian yang diinginkan.

Sekilas tentang sistem pendidikan dokter spesialis di jerman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun