Mohon tunggu...
Gita Ganteng
Gita Ganteng Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hobby melakukan hal baru dan tidak suka berteman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) untuk Mencegah Kanker Serviks

4 Mei 2023   16:45 Diperbarui: 4 Mei 2023   16:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kanker serviks sudah bukan lagi sebuah penyakit yang asing terdengar di lingkungan kita. Banyak sekali orang yang terserang penyakit kanker serviks baik usia muda maupun usia tua. Namun, banyak pula orang-orang yang tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kanker serviks. Kanker serviks merupakan sebuah pertumbuhan sel yang berlebihan di sekitar serviks (Rasjidi, 2010). 

Gejala spesifik yang dirasakan pada penyakit ini, biasanya terjadi pada saat stadium lanjut. Sehingga dalam penanganannya membutuhkan waktu yang sangat lama, harga yang cukup mahal, dan angka moralitas pada penyakit kanker serviks ini menjadi semakin tinggi. Di Indonesia, penyakit kanker serviks ini sudah mencapai kasus di peringkat nomor dua yang sering terjadi hingga mengakibatkan kematian terutama pada seorang wanita. Pada umumnya, penyakit ini menyerang pada manusia sekitar umur 15 hingga 44 tahun. 

Saat ini, di Indonesia sudah tersedia 2 macam vaksin propilatik (quadrivalen dan bivalen) yang telah dipercaya di beberapa negara berkembang sebagai upaya pencegahan kanker serviks. Vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) menjadi prioritas masyarakat hingga menjadi suatu program imunasi nasional di 62 negara. Lalu, dengan kesuksesan program vaksinasi HPV akan bergantung kepada level penerimaan masyarakat terhadap program yang sudah dijalankan sebelumnya (Ekowati, et al., 2017). Indonesia juga menjalankan program pencegahan kanker serviks yang meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier. 

Pencegahan primer biasanya melalui faktor risiko kontrol dan melakukan vaksinasi HPV. Kemudian,pencegahan sekunder pada umumnya diterapkan pada daerah sumber daya rendah yang melakukan pencegahan dini kanker serviks yang menggunakan metode inspeksi visual dengan asam asetat.

 Terakhir, pencegahan tersier dengan melakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif serta kanker kelompok survivor di sebuah komunitas kanker (Malehere, et al., 2022). Adapun upaya pencegahan yang paling efektif dalam mencegah kanker serviks yang meliputi vaksin HPV, pengendalian faktor risiko, dan deteksi dini. Hal tersebut tentunya memerlukan perhatian lebih dari berbagai pihak untuk menekan angka kejadian pada penyakit kanker serviks ini.

Namun, sayangnya masih ditemukan pihak yang berpenghasilan rendah hingga merasakan hambatan individu termasuk dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang faktor risiko, pencegahan kanker serviks, usia, dan berbagai status lain yang mengarah ke faktor-faktor pribadi dimana ia rendah dalam memanfaatan layanan pencegahan kanker serviks. 

Semua hal tersebut bisa diminimalisasikan dengan berbagai keburukan yang akan terjadi. Bagaimana kita yang harus selalu menerapkan pola hidup sehat mulai dari cek kesehatan secara rutin, rajin berolahraga, pola makan sehat, istirahat yang cukup, dan mengatur pola pikir agar tidak mudah stress. Model Promosi Kesehatan (HPM) juga memprediksi yang mana suatu perilaku kesehatan seseorang dan menunjukkan interaksi multidimensi seseorang dengan lingkungan untuk memelihara kesehatan.

Jadi terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV dengan persepsi keseriusan dari kanker serviks dan persepsi hambatan dari vaksinasi HPV. Namun, masih banyak pula pihak yang belum bisa merasakan dikarenakan berbagai faktor-faktor tertentu. Kemudian, dengan pengetahuan perempuan muda tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV masih rendah. Sehingga diperlukan suatu upaya peningkatan pengetahuan tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV, baik melalui sosialisasi dari kampus atau melalui media (cetak dan elektronik). Dengan pengetahuan yang baik, diharapkan penerimaan vaksinasi HPV juga akan semakin meningkat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun