Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jangan Sebut Mereka Buruh! Pamalih

1 November 2013   14:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:43 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo: kartonmedia.blogspot.com

Mungkin menyebut kata 'buruh' untuk mengacu demonstrasi besar-besaran menuntut kenaikan upah oleh para pekerja sudah umum. Sadarkah kita kalau kata 'buruh' itu sendiri berkontribusi pada demonstrasi yang mereka lakukan? Tahukah kita jika sebenarnya kata 'buruh' itu membuat down mental mereka yang berdemo demi kenaikan UMP? Ataukah memang ada yang mempreserfasi kata 'buruh' itu sendiri. Sehingga seakan-akan para 'buruh' ini selalu merasa ditindas. Menilik Ke Masa Lalu Secara historis, penggunaan kata 'buruh' di Indonesia banyak digunakan pada masa Orde Lama yaitu sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sampai tahun 1967. Hal ini bisa kita lihat dalam sebuah spanduk raksana pada peringatan May Day tanggal 1 Mei tahun 1965 di Jakarta yang dihadiri Presiden Soekarno. Dalam foto dibawah ini ada sebuah tulisan "KAUM BURUH SEDUNIA" tetapi bukan "KAUM PEKERJA SEDUNIA". [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="photo: kartonmedia.blogspot.com"][/caption] Kemudian, seiring dengan jatuhnya rezim Orde Lama dan diganti oleh Orde Baru maka penggunaan kata buruh dihilangkan karena dianggap berbau paham ke kiri-kirian. Sebagai gantinya pemerintahan Orde Baru mempopulerkan kata Karyawan atau Pekerja. Serikat Buruh yang ada pada orde lama diganti menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. (referensi :kartonmedia.blogspot.com) Menilik Arti dan Petanda Secara literal, kata 'buruh' sendiri memiliki arti orang yg bekerja untuk orang lain dng mendapat upah . Dengan beberapa jenis buruh itu sendiri yaitu;   buruh harian; buruh kasar; buruh musiman; buruh pabrik; buruh tambang; buruh tani;  buruh terampil;  buruh terlatih. (kbbi.web.id) Kata 'buruh' sendiri memiliki petanda atau simbolisasi yang negatif atau deregatoris. Dalam kebahasaan gejala ini disebut defimisme. Atau segala sesuatu yang diartikan menjadi istilah yang deregatoris atau kasar. Kata 'buruh' sendiri memiliki eufemisme (penghalus istilah). Kata 'buruh' dapat digantikan pekerja atau 'pekerja sektor industri'. Karena di sektor industri ini ada eufemisme untuk kata pemecatan, yaitu PHK (pemutusan hubungan kerja). Halus secara harfiah, namun pada realitasnya tidak ada orang yang mau disebut sudah dipecat. (referensi: Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media) Secara filosofis pun kata buruh (labor, dalam bahasa Inggris) juga terkesan rendah. Manusia pada hakikatnya adalah homo laboran. Dimana ia akan terus bekerja secara berulang-ulang guna memenuhi kebutuhan hidup. Disini indikasi pemenuhan isi perut nampak nyata. Dan menjadi pola bertahan hiudp (survival) manusia itu sendiri. (referensi: indoprogress.blogspot.com) Menilik Sekitar Kita Banyak berita di media selalu dan sering menggunakan kata 'buruh'. Kata yang memberi dampak hebat untuk mental orang yang dimaksud. Sesuai Jaman Orde Baru dulu, kata 'buruh' sendiri sudah di-eufemisme-kan menjadi kata pekerja ataupun karyawan. Kata yang bisa memperhalus itilah 'buruh'. Kata yang sebenarnya sudah melekat pada organisasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia dan bukan Serikat Buruh Seluruh Indonesia. Ataukah memang ada pihak atau oknum tertentu yang mempreserfasi atau mengawetkan kata 'buruh' ini sehingga seakan-akan merekalah yang patut dikasihani. Sehingga pada akhirnya mereka menuntut kesejahteraan hidup. Walaupun kadang dengan cara yang kurang menyenangkan. Ataukah memang pihak media massa yang senang atau gandrung menggunakan kata 'buruh' untuk setiap headline berita mereka? Karena kata 'buruh' seumpama pihak yang terdzolimi dan menjadi media darling. Satu dan lain hal, hal ini sulit diketahui. Semoga semua diberikan kedamaian di dunia ini. Artikel serupa dari saya: Negosiasi Buruh vs Pengusaha: Siapa Yang Ingin Ditebus? Salam, Solo, 1 November 2103 02:36 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun