Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

BlackBerry Priv, Sebuah Langkah Putus Asa?

10 November 2015   15:24 Diperbarui: 10 November 2015   18:31 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="BlackBerry Priv Android Phone - ilustrasi: indianexpress.com"][/caption]

Sudah setahun lalu saya menuliskan tentang munculnya BlackBerry rasa Android (artikel disini). Dan ternyata, Blackberry pun muncul di kuartal ketiga tahun ini. Dengan berjuluk Priv (privacy atau privilege), Blackberry akhirnya menelurkan smartphone-nya (lagi). Terlepas dari 'gagalnya' Blackberry Passport dengan OS BlackBerry 10, Priv pun ikut saja tren yang ada. Kenapa tidak menyematkan OS Android 5.1.1 Lollipop? Saat semua orang kini lupa kalau Blackberry memiliki hand-held device, Priv adalah pembuktinya. Karena tahun lalu, penjualan smartphone Blackberry hanya 800,000 buah saja. 

Siapa tahu, dengan menyematkan Android sebagai OS dalam Priv, BlackBerry bisa terkenal lagi sebagai vendor smartphone. John Chen sebagai CEO BlackBerry akhirnya mengambil langkah putus asa ini. Ia mungkin tidak ingin BlackBerry hanya dikenal sebagai developer aplikasi instant messaging, BBM. Namun BlackBerry masih bisa membuat smartphone. Walau harus meng-KO OS mereka sendiri. Setidaknya BlackBerry bisa ikut pasar smartphone dunia, sekali lagi. Walau cara tersebut sah-sah saja. Terlihat sebuah keterpaksaan. Sembari melepas eksklusifitas dan isu-isu data-breaching yang menimpa BlackBerry sebelumnya.

Jangan meremehkan dulu Priv yang dibesut BlackBerry. Karena jika di-benchmark, maka Prive sendiri ke dalam smartphone mid-to-high-end level. Dengan harga kisaran USD 400 di US sendiri, Priv memiliki spec yang termasuk baik. Layarnya sudah menggunakan Amoled selebar 5,4 inchi dengan kepadatan pixel mencapai 540 mpi. Layarnya pun sudah curve serupa Galaxy S6 Edge. Walau fungsinya tidak banyak, tapi jika dilihat sekilas Prive sudah up-to-date untuk layar.

Jika membongkar isi Prive sendiri ia tidak kalah cepat dan canggih. Dengan processor 64 Hexa-Core 808 SoC rilisan Qualcomm Snapdragon, multitasking aplikasi tentu terasa ringan. Dalam pengukuran benchmarking performa, Prive mengalahkan Google Nexus 5 dan sedikit lebih lambat dari Samsung Galaxy Note5. Plus, RAM Prive pun sudah menggunakan ukuran 3GB. Ditambah, storage data bawaan yang sudah 32 GB. Untuk mendukung performa, baterai yang disematkan berkapasitas 3,401 mAh. Sebagai tambahan, Priv juga memiliki sistem QuickCharge 2.0 dan wireless charging.

Untuk spesifikasi kamera, Prive pun termasuk mumpuni. Dengan kamera belakang 18 MP dan depan 2 MP, merekam video 4K tidak terlalu sulit. Lensa untuk kameran 18 MP sudah menggunakan lensa Scheinder-Kreuznach buatan Jerman. FYI, Scheneider-Kreuznach merupakan perusahaan pembuat lensa untuk kamera digital untuk fotografi professional. Frame kamera 18 MP pun sudah memiliki kecepatan 60 fps. Ditambah dual-color LED flash dan image-stabilizer, foto tidak akan banyak memiliki sinar biru-kuning yang muncul.

[caption caption="BlackBerry Prive QWERTY Keyboard - foto: engadget.com"]

[/caption]

Yang unik dari Priv tentunya adalah keyboard fisik. Seolah tidak ingin meninggalkan kesan old-skool BlackBerry pada masa jayanya. Atau meninggalkan jejak BlackBerry Passport, Priv memiliki slide-open QWERTY keyboard. Bagi mereka yang masih tidak pas dengan touch-screen keyboard, hal ini mungkin menarik. Keyboard ini tersembunyi dibalik casing layar yang membekapnya. Sehingga jika keyboard fisik digunakan, maka Priv akan terlihat lebih panjang.

Apa pun itu, usaha BlackBerry patut diacungi jempol. BlackBerry masih coba bertahan sebagai vendor smartphone. Bukan hanya sebagai developer BBM, BlackBerry masih bertahan dengan hand-held gadget. Mungkin masih hangat bagaimana Playbook BlackBerry nyungsep saat Samsung Tab dan iPad berjaya. Dengan Priv ber-OS Android, BlackBerry terus mencoba menjadi dirinya sendiri. Walau eksklusifitasnya sudah mulai runtuh, BlackBerry mencoba mengalihkan pandangan konsumen. 

Untuk saat ini, pasar Indonesia sepertinya belum subur untuk BlackBerry, apalagi Priv. Karena BlackBerry yang diberi codename Z3 Jakarta saja tidaklah booming pada waktu itu. Kita nanti saja.

Salam,

Solo, 11 November 2015

03:23 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun