Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Membedah Informasi Viral

24 Januari 2023   18:32 Diperbarui: 24 Januari 2023   18:38 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Discussion oleh Andrea Piacquadio (pexels.com)

Informasi viral telah menjadi obrolan kita semua. Di warung kopi bersama teman, viralnya lato-lato jadi pemula obrolan. Obrolan ngalor-ngidul bersama pacar juga membahas meme viral soal tingginya pernikahan dini di Ponorogo. Sebelum tidur, istri memulai obrolan tragedi pembunuh anak di Makassar dan bagaimana bahaya pergaulan anak jaman now.

Informasi viral setidaknya bisa dibagi menjadi dua, yang disukai dan tidak disukai. Syarat utama dari kedua jenis info viral adalah perhatian dari netizen yang dikapitalisasi dengan jumlah like, comment, heart, share, dsb. Persebarannya pun lintas platform (cross-platform). Apa yang viral di TikTok bisa juga viral di Twitter, walau dengan sentimen yang mungkin berbeda.

Setiap berita viral tiga elemen, spektrum, daya hidup, dan recall. Spektrum terdiri klimaks dan antiklimaks dengan daya hidup yang beragam. Daya hidupnya pun tergantung dengan konten viral itu sendiri, viral disukai dan tiadk disukai. Recall terjadi saat info viral di masa ini dikaitkan dengan berita viral mirip sebelumnya.

Kita memiliki prasyarat tak tersurat untuk menyukai info viral. Prasyarat itu antara lain informasinya ringan, menyenangkan, dan tidak merugikan. Demam bermain lato-lato dianggap menyenangkan. Viralnya Fajar Sad Boy yang ringan sekaligus lucu membuat Fajar diundang ke berbagai acara dan podcast.

Semakin ringan atau receh informasi viral, semakin rendah spektrumnya. Dengan kata lain, perhatian netizen teralihkan oleh info viral yang ringan dan lucu lainnya. Daya hidupnya info viral disukai pun rendah. Sehingga untuk dapat me-recall info viral serupa cukup sulit. Dapat dilakukan jika ada netizen yang cukup handal 'menyelam' jejak digital.

Untuk prasyarat info viral yang tidak disukai ada tiga. Pertama info viral ini terkait perilaku negatif yang menyalahi etika. Kedua, dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Ketiga, info viral terkait dengan sistem keyakinan, negara, dan etnis. Contohnya info viral ini misalnya adalah hoaks 7 juta surat suara yang telah dicoblos.

Ada rasa cemas dan khawatir dari info viral yang tidak disukai. Karena sentimen negatif yang muncul membuat nuansa tak diinginkan di linimasa. Obrolan pada info viral macam ini cukup singkat. Jika ada obrolan mendalam, ada recall yang dicari dengan sungguh-sungguh. Sehingga tercipta antisipasi dan langkah konkrit menjustifikasi dan menghentikan info macam ini.

Spektrum info viral yang tidak disukai cenderung lama. Spektrum stagnan didapatkan saat diangkat oleh media mainstream. Obrolan dengan para pakar di talk show dan podcast menjaga momentum spektrum dan recall.  Obrol di linimasa mungkin telah berganti, tapi di dunia nyata dan forum besar masih bisa terjadi. Isu viral seperti pelecehan seksual, agenda politik, dan SARA menjadi contohnya.

Mengobrolakan berita viral terjadi secara frontal atau malu-malu. Menjadi sebuah wacana yang frontal diantisipasi saat isu viral terkait martabat dan keberlangsungan sosio-demokratis sebuah negara. Viralnya berita Sambo menjadi contoh nyata info viral yang tak sungkan diobrolkan. Inilah ciri dari info viral yang tidak disukai.

Sedang bagi info viral yang disukai, obrolan dilakukan tersembunyi, dibalik akun, dan dalam situasi informal. Agak sungkan jika mengobrolkan lato-lato dengan teman kantor. Memposting info viral disukai di medsos masing-masing juga tidak berharap banyak pada like, comment, dan share. Karena info viral disukai netizen lain akan muncul, mungkin sore hari nanti.

Info viral kita butuhkan sekaligus kita nafikan. Tidak ingin info viral soal kasus perundungan sekolah terjadi dengan anggota keluarga. Di sisi lain juga ingin rasanya info viral ringan yang bisa menjadi pembuka obrolan di pos ronda. Kohesi sosial yang tercipta dengan info viral menjadi kian subtil tapi dibutuhkan. 

Salam

Yogyakarta, 24 Januari 2023

06:31 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun