Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendengar dan Memahami Sisi Humanis Napiter

22 Februari 2020   12:55 Diperbarui: 22 Februari 2020   22:16 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi Foto Bersama Usai Diskusi - Foto: Panitia

Sesi Diskusi Bersama - Foto: Panitia
Sesi Diskusi Bersama - Foto: Panitia
Untungnya ada pak Irwan (dalam foto tengah). Beliau menjadi sahabat para napiter untuk kembali ke dalam masyarakat. Walaupun pak Irwan adalah petugas kepolisian. Namun pendekatan yang ia lakukan lebih humanis. Dan menurut beliau, inilah cara yang tepat merangkul kembali para napiter kembali ke masyakarat.

"Menyentuh dan memahami sisi humanis para napiter adalah kunci deradikalisasi." Jelas pak Irwan.

Permasalahan radikalisme sampai terorisme memang masalah pelik. Apalagi saat ini banyak sekali warga negara Indonesia di Suriah yang ingin kembali. Para eks-kombatan ini tentunya memiliki sisi humanis. Dan pemerintah perlu memahami cara yang lebih humanis dalam deradikalisasi.

Mba Najwa Shihab juga mengungkap, bahwa ISIS dan JAD berbeda dalam banyak hal. Ketika JAD masih merasa tidak perlu menyerang sesama Muslim. Namun kelompok ISIS dibawah Abu Bakar Baghdadi menghalalkan darah Muslim yang berbeda dengan kelompoknya.

Mendengar dan berdiskusi cukup panjang dengan para napiter membuka mata saya. Dibalik aksi tak berkeprimanusiaan mereka. Ada sisi humanis yang patutnya tidak kita lupakan. 

Ajaran, pemahaman, dan tindakan mereka yang salah adalah hasil dari indoktrinasi. Namun, dibalik itu semua ada nurani yang para napiter punya.

Pak Irwan juga berpesan, agar kita memahami sisi humanis. Dan mau merangkul kembali mereka daripada menjauhi. Karena jika ada isu atau kerusuhan SARA, bukan tidak mungkin eks-kombatan ini bisa bertindak kembali.

Karena skill yang mereke pelajari, seperti merakit bom, menembak, dan membongkar senjata tidaklah hilang. Namun ketika para napiter kebali ke dalam masyarakat. Maka perlakukan dan pandang mereka menjadi bagian dari kita bersama.

Dan kini Bang Jek sudah menjalani kehidupan normal sebagai anggota masyrakat. Ia bahkan mendirikan Yayasan Gema Salam di Solo. Yayasan ini bergerak dalam banyak hal, terutama menjadi tempat rekan-rekan napiter yang ingin kembali.

Salam,

Solo, 22 Februari 2020

01:46 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun