Pada tiap level smartphone, spek dan fitur akan dikurangi. Sudah barang tentu hal ini ditentukan harga. Dan bagi beberapa vendor, kadang dirilis bermacam varian dengan spek yang hampir mirip. Konsumen pun disuguhi ilusi kesan flagship dari varian yang ditawarkan.Â
Mungkinkah ada di satu waktu nanti? Ada sebuah smartphone yang tidak perlu meng-update OS/aplikasi.
Ketiga, trend akan berlangsung cepat dan incremental. Hampir di tiap quartal, vendor smartphone merilis varian terbaru. Kadang rumor flagship phone pun bocor di internet. Gempita dan penasaran pun terbentuk.Â
Inovasi yang ada pun cenderung incremental atau kecil sekali. Seperti menambah cepat prosesor dan RAM, jumlah MP kamera, atau kapasitas baterai.Â
Tidak ada yang benar-benar 'merevolusi' inovasi smartphone. Contohnya gebrakan Apple pada BlackBerry yang kini masih dirasa ketakjubannya.
Inovasi yang mungkin bisa dilihat adalah soal privacy pengguna smartphone. Vendor seperti Purism merilis varian Librem Phone dengan keketatan privacy yang cukup mumpuni. Walau mungkin, segmentasi penggunanya mungkin bagi mereka yang benar-benar melek literasi dunia digital.

Begitupun dengan smartphone ber-MP besar akan memicu munculnya aplikasi berbasi AI yang rumit.
Dampaknya, aplikasi akan terus di-update. Bahkan OS (operating system) akan cepat berganti. Contohnya, Android OS yang hampir menyentuh versi 9.0 mungkin tidak bisa diinstall HP jadul. Sehingga, aplikasi yang ada dipaksa berhenti pada versi dibawahnya atau jauh dibawahnya.
Sehingga konsumen ditodong mengganti smartphone-nya dengan compatibility system yang lebih update.Â
Semua karena 'jeroan' smartphone baru akan pasti mendukung kinerja dan performa OS dan aplikasi yang ada. Dan HP jadul kita pun jarang yang mau membelinya.
Mungkinkah ada di satu waktu nanti? Ada sebuah smartphone yang tidak perlu meng-update OS/aplikasi. Dan mungkin smartphone seperti inilah yang benar-benar revolusioner.