Setelah beberapa saat waktu Aku pun naik ke kelas delapan. Aku mendapatkan kelas 8A dan ternyata aku sekelas dengan beberapa orang orang BarBar disekolahku. Meski begitu tetapi terdapat Ketua OSIS dan Pratama Putra(Ketua Organisasi Pramuka) di kelas tersebut, meskipun mereka agak tidak akur dikelas. Di masa tersebutlah Aku mulai pusing tujuh semesta, karena bukan hanya tugas dan PR yang menghantui tetapi berbagai masalah juga mengikuti. Sehingga pada suatu hari kelasku melihat secara langsung amarah guru Matematika ku.
*penting :
dalam 1 semester kelasku sudah berganti guru Matematika tiga kali, guru pertama pensiun, Â guru kedua ganti karena sudah kelebihan jam, dan guru yang ketiga inilah yang menjadi guruku akhirnya.
 Setiap minggu saat ada pelajaran Matematika terasa seperti latihan mental, karena guru Matematikaku hawanya berubah ketika memasuki kelasku.
"entah apa yang merasukinya"kataku ke Reyhan yang merupakan Ketua Kelas di kelasku itu...
Lalu ada beberapa kejadian setelah itu yang menurutku tidak terlalu penting. Mari kita langsung lompat ke masa dimana Aku kelas sembilan.
 Di kelas  Sembilan ini merupakan tahun tahun yang kunantikan karena tujuan sekolah menurutku adalah
"yang penting lulus"itu cita citaku dalam jangka waktu yang dekat ini...
Aku juga mulai merubah sikapku 180 derajat dari yang pemalas menjadi lebih rajin lagi. Tetapi kemauan itu pupus lagi karena 90% orang dikelasku ternyata pemalas. Pada suatu saat ada tugas Matematika untuk merangkum satu bab, minimal harus menggapai 10 lembar kertas Portofolio.
Lalu percakapan ini dimulai...
*percakapan ini telah di terjemahkan ke Bahasa Indonesia