Mohon tunggu...
Hernoer Tjahjo
Hernoer Tjahjo Mohon Tunggu... -

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sang Juara

29 Januari 2017   07:44 Diperbarui: 29 Januari 2017   08:16 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang bijak pernah berkata Muslim/Muslimah yang baik adalah dia yang mampu menundukkan rasa suka atau tidak sukanya untuk menjalankan ajaran agamanya. Contohnya  menundukkan rasa tidak suka misalnya  begini  ,seorang mungkin pada awalnya tidak suka berhijab karena gerah, dan berbagai  alasan lain. Namun karena berhijab adalah ajaran agama, maka dia memilih untuk berhijab. Satu contoh lagi , kali ini yang contoh untuk menundukkan rasa suka, seseorang pada awalnya  suka untuk banyak makan, namun ketika ajaran agama mengajarkan untuk makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang ,ia memilih untuk menjalankan ajaran agamanya dengan tidak menuruti nafsu makannya.

Auliya  ( 13 Tahun)  adalah seorang atlet karate dari SMPIT  Harapan Umat  Ngawi Jawa Timur. Tanggal 22 Desember 2016 adalah waktu yang ditunggu-tunggunya setelah berlatih sekian lama untuk mempersiapkan diri mengikuti lomba Karate Bupati Magetan Cup tahun 2016. Ketika akan mulai pertandingan, Aulia sudah siap bertanding , dengan tetap memakai jilbab tentunya sebagaimana kewajiban seorang muslimah. Terjadi  hal yang tidak terduga, panitya meminta peserta berjilbab melepas jilbab masing-masing dan beberapa peserta berjilbab satu persatu melepas jilbabnya. Tibalah giliran  Aulia, ada pilihan dalam hatinya ,melepas jilbabnya seperti seperti yang dilakukan teman-temannya dan melanjutkan mengejar mimpinya ,atau tetap menjaga kehormatannya dengan konsekwensi harus  mengundurkan diri dari pertandingan itu. Takdir akhirnya bercerita , Auliya memilih bersikukuh tidak mau melepas jilbabnya karena ingin mempertahankan kehormatan dirinya untuk menjalankan ajaran agamanya. Dia memilih mengundurkan diri dari pertandingan itu.

Sampai disini , bahasan tulisan ini bisa dikembangkan untuk membahas mengenai bagaimana aturan jilbab di pertandingan karate, atau spesifik  membahas mengenai sikap Aulia. Saya akan bahas sedikit mengenai data dari pertandingan karate tersebut agar ada sedikit gambaran  mengenai kondisi yang terjadi dan saya akan lebih banyak memilih spesifik membahas sikap Aulia dalam tulisan ini .  Dalam aturan WKF ( World Karate Federation ) pemakaian jilbab sudah diatur, yakni boleh dipakai tapi leher dan telinga harus kelihatan. Sementara di Indonesia ,aturan ini debatable karena masih belum bisa diterima karena belum bisa selaras dengan aturan ajaran islam dimana penggunaan jilbab yang harus tertutup termasuk leher dan telinga sehingga di Indonesia peraturan jilbab ini dikarate ini umumnya masih bersifat fleksibel.

Kembali ke Aulia, kesungguhannya untuk memilih tidak mau melepas jilbabnya patut diapresiasi dan dijadikan teladan . Karena apa? karena pilihan itu diambilnya , meski ia telah berjuang keras sekian lama untuk melatih dirinya mempersiapkan diri dipertandingan itu, meski sudah banyak waktu dan biaya ia keluarkan untuk meraih asa itu, namun semangatnya untuk memilih aturan Allah lebih kuat mengakar dalam dirinya.

Dalam pertandingan karate itu Aulia boleh didiskualifikasi , namun hakikatnya Aulia telah menjadi juara sejati karena ia mampu menundukkan rasa sukanya dalam berkarate namun memilih untuk mundur demi mempertahankan ajaran agamanya.  Sudah selesaikah cerita tentang Aulia? apakah yang memilih agama akhirnya harus kalah ? mungkin pada awalnya iya, namun pada akhirnya Allah sebagaimana lebih sayang pada hambaNya yang patuh kepadaNya,tentunya memberikan karunia Nya , mungkin bisa balasannya di dunia , atau nanti di akhirat, yang pasti anugrah Allah selalu lebih indah.  Kabar terakhir tentang Auliya adalah  dia diberangkatkan umrah oleh Pengusaha Muslim sukses Azzam Mujahid Izzul Haq.

"Kepada Sang Juara, ananda Aulia, atas keistiqamahamu, perkenankan Paman memberikanmu hadiah berkunjung ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di dua kota suci untuk beribadah Umroh" tulis Azzam di akun Facebook pribadinya . Hadiah ini akhinya diserahkan tanggal 4 Januari 2017 beserta hadiah lain dari beberapa pihak.

Benarlah yang saya pernah dengar dari Guru, "Menjalankan ketaatan serupa mendaki gunung, pada awalnya berpayah-payah namun ketika sampai puncak, rasa keindahan dan kepuasannya melebihi bayaran atas  kecapekan menjalani prosesnya, mengabaikan ketaatan serupa terjun dari puncak gunung, terasa ringan dan mengundang sensasi ,namun ketika sampai bawah tiada tersisa kecuali kehancuran.

Semoga kita yang muslim bisa menjadi muslim yang baik,yang mampu menundukkan rasa suka atau tidak suka kita untuk menjalankan agama kita. Aamiin

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun