Mohon tunggu...
Gilang Surya Nugraha
Gilang Surya Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - jalani hidup ini dengan senyuman

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030098

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengenal Gerbang Samudra Raksa

4 Maret 2021   19:00 Diperbarui: 4 Maret 2021   20:07 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gerbang Samudra Raksa merupakan salah satu proyek rest area untuk wisatawan yang memasuki Kawasan Candi Borobudur. Lokasi ini terletak di wilayah perbatasan Kulonprogo, DIY dengan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, lebih tepatnya di Desa Jagalan, Klangon, Kalibawang, Kulonprogo. Gerbang Samudra Raksa dibangun oleh Kementrian PUPR sebagai pintu utama wisatawan dari Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Tempat ini sempat viral di media sosial, tidak heran jika banyak pengunjung yang datang berbondong-bondong hanya untuk berswafoto di area spot yang aesthetic tanpa memperdulikan bahaya Covid 19. Setidaknya ada dua spot foto yang banyak diburu oleh pengunjung, salah satunya yaitu spot foto dengan background kapal besar yang memiliki nilai aesthetic tersendiri. Selain itu juga pada tugu atau bangunan yang berada di seberang dari kapal yang bertuliskan Selamat datang di Kawasan Borobudur.

Gerbang Samudra Raksa ini diperkirakan menghabiskan anggaran dana mencapai Rp23 miliar. Proses pembangunanya berlangsung selama 9 bulan, lebih tepatnya 270 hari dan selesai pada akhir tahun 2020. Walaupun pembangunanya sudah bisa dikatakan 100% tetapi sampai sekarang belum juga diresmikan. Dengan ini, Bupati Kulonprogo Sutedjo mengatakan "Gerbang Samudra Raksa telah selesai dibangun. Akan tetapi serah terima bangunan dan siapa yang akan mengelola masih belum tahu". Kemungkinan besar Kulonprogo yang akan ditunjuk menjadi pihak pengelola, karena lokasinya yang masuk wilayah Kulonprogo. Dibangunnya Gerbang Samudra Raksa ini merupakan salah satu program untuk meningkatkan perkembangan infrastruktur KSPN Candi Borobudur. Tempat ini nantinya akan menjadi rest area bagi pengendara yang melewati jalan yang menghubungkan perbatasan antara Kulon Progo dan Kabupaten Magelang.

Nama Samudra Raksa diambil dari nama kapal kayu yang dibangun untuk merekonstruksi kapal layar bercadik yang tergambar pada relief Candi Borobudur.  Pembuatan kapal tersebut diprakarsai oleh Philip Beale, seorang mantan anggota Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang berkunjung ke Candi Borobudur. Saat itu Beale melihat beberapa kapal yang digambarkan pada relief Candi Borobudur, lantas Beale ingin membangkitkan kembali kapal kuno yang digunakanya untuk napak tilas jalur perdagangan bahari purba. Dibuatkanlah kapal kayu tersebut dan dikerjakan oleh pakar pembuat kapal tradisional Indonesia yakni As`ad Abdul.

Pembuatan kapal ini tidaklah mudah, ada beberapa tahapan tersendiri sebelum pembuatan kapal kayu tersebut. Setelah memlilih dari beberapa relief kapal yang berukuran besar bercadik yang ada di Candi Borobudur, akhirnya dibuatlah terlebih dahulu replika dengan mengunakan kayu sengon oleh Burnigham untuk dicontoh As`ad. Untuk pembuatan kapal ini memakan waktu sekitar enam bulan. Dikarenakan banyaknya kayu yang harus disiapkan, diantaranya kayu jati, kayu ukin, kayu nyamplong, kayu kesambi (kayu besi), kayu bungor, kayu kalimpapa dan kayu bintagor. Kayu jati, kayu kesambi dan kayu ulin merupakan material utama pembuatan kapal ini. Digunakan juga material bambu antara lain untuk pembuatan layer dan cadik. Kapal ini dibuat menggunakan cadik pada bagian kanan dan kiri yang membedakan kapal bercadik dari India yang hanya memakai satu cadik. Kenapa memiliki dua cadik? Karena kapal akan lebih stabil dan seimbang Ketika memiliki dua cadik untuk menerjang hempasan ombak.

Setelah selesai dibuat, kapal ini menjalani ekspedisi pertamanya menyusuri rute perdagangan international kuno yang dikenal dengan nama Jalur Kayu Manis. Kapal legendaris ini berlayar dengan mengandalkan layar dan dayungnya. Kapal ini  diberangkatkan pada Agustus 2003 dari Jakarta, Indonesia, dan tiba di Accra, Ghana pada februari 2004.

Untuk menyusuri perdagangan international ini terdapat empat tahapan, yaitu :

  • Dari Ancol, Jakarta menuju Mahe, Seychelles.
  • Lalu menuju mahajunga, Madagaskar.
  • Selanjutnya menuju Cape Town Afrika Selatan.
  • Setelah itu menuju Accra, Ghana

Rute tersebut merupakan rute perdagangan yang dulu pernah dilewati nenek moyang kita pelaut pelaut Nusantara pada abad ke delapan yang dikenal jalur kayu manis.

Kapal yang dinahkodai oleh Kapten I Gusti Putu Ngurah Sedana ini berukuran 18,29 m x 4,25 m. Selain beberapa peralatan modern seperti GPS dan telfon satelit, semua perlengkapannya sama seperti zaman dahulu. Keberhasilan ekspedisi ini sekaligus membuktikan kejayaan maritime Nusantara belasan abad silam. Tak ayal, kapal bersejarah ini menjadi inspirasi desain Gerbang Samudra Raksa yang dibangun Kementrian PUPR untuk mendukung pariwiata Borobudur.

Sebenarnya ada 3 pintu gerbang masuk Kawasan wisata Candi Borobudur yang lagi dibangun selain Gerbang Samudra Raksa, yaitu Gerbang Gajah, Gerbang Kalpatura, Gerbang Singa.

Gerbang Gajah dibangun di sebelah barat Candi Borobudur atau wilayah yang dikenal dengan Kembanglimus. Hewan gajah sendiri banyak sekali digambarkan di relief Candi Borobudur, dikarenakan memiliki filosofi tersendiri yang diceritakan dalam cerita Jakata sebagai penjelma Bodhiwastawa. Gerbang ini merupakan pintu masuk wisatawan dari arah Kabupaten Purworejo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun