Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Broken Heart, In a Good Way

16 Januari 2021   21:23 Diperbarui: 16 Januari 2021   21:34 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by bridestory.com

"Hi guys, kita lagi ada di nikahannya Sintia. Say hello dong, pengantin baru. Congrats ya! So happy for you."

Mutiana menyelesaikan rekaman singkat untuk konten instastory-nya itu setelah bersalaman dengan pengantin di ballroom hotel yang cukup mewah. Di belakangnya menyusul Arni, Baskara, dan Gian yang bergantian menyalami pengantin tanpa perlu repot membuat konten. Keempatnya turun, kemudian dihalang oleh tim WO dengan jas hitamnya yang ingin merekam mereka untuk mengucapkan selamat, dan akan diarsipkan sebagai kenang-kenangan.

Satu per satu mulai mengucapkan selamat dan doa-doa sederhana untuk pengantin baru di sana. Sampai ketika giliran Baskara, tiga orang temannya mulai heboh tak jelas menggoda dirinya. Laki-laki berkacamata bundar itu hanya bisa tersenyum tanpa menggubris, lalu mulai bicara di depan kamera.

"Hai, Sin. Congrats untuk pernikahannya. Thanks udah jadi bagian dari persahabatan kita. Bahagia selalu, ya."

 Setelah itu, mereka berempat berpisah ke arah berlawanan karena akan menyantap hidangan yang berbeda. Baskara memilih mendatangi stand zupa-zupa karena tidak ada antrian di sana.

Detik itu juga, ia teringat pada momen kebersamaannya dengan sang pengantin beberapa tahun lalu. Keduanya juga hadir di pesta pernikahan seperti ini karena kawan lama Baskara menikah. Ia mengajak Sintia untuk menemani, karena perempuan itulah yang tidak sibuk pada hari itu.

"Zupa-zupanya kebanyakan saos, Bas. Gimana, sih?" Sintia mengomel dengan wajah kesal.

"Masih untung diambilin. Dasar manja!"

Baskara pun tak  bisa melupakan momen kebersamaan ketika mereka pulang dari sana. Bersantai sejenak di salah satu mal meski keduanya masih mengenakan pakaian batik. Percakapan sederhana di salah satu kafe es-krim perlahan merangkak pada satu topik yang cukup serius.

"Kenapa harus aku yang kamu ajak? Ini bahkan udah yang ketiga kali."

Lawan bicara Sintia tak langsung menjawab. Ia terdiam dalam beberapa detik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun