Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tentang Malam yang Membenci Kilau Api (1/2)

25 Desember 2018   13:28 Diperbarui: 25 Desember 2018   13:32 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by travelingyuk.com

Suasana malam kota Yogja rasanya tidak pernah berubah di mata Clarisa. Ramai, bising, indah, padat akan individu, dan... kesendirian. Ia sudah terbiasa mengasingkan diri dari teman-temannya dan sengaja berkeliling Jalan Malioboro untuk sekadar menghabiskan waktu setelah bermain biola saat di rumahnya tadi.

Dengan tanpa semangat, ia terus menggerakkan kaki di tengah kerumunan individu yang semakin memadati trotoar jalan. Sesekali ia mendongak, memperhatikan langit malam yang begitu pekat tanpa ada bintang yang melengkapi. Seperti hatinya, begitu kosong dengan beban berat yang selalu menghantui kehidupannya setiap hari.

Clarisa merapatkan jaketnya lebih erat. Entah mengapa, suhu malam kota Yogya menjadi lebih dingin dari biasanya. Namun, ia tak menyadari kotak kecil yang disimpan dalam saku jaketnya jatuh. Ia tidak menghiraukan itu, tetap memandang lurus ke depan tanpa menghentikan langkahnya.

Ketika berjalan, ia melihat seorang laki-laki datang dari arah berlawanan. Mata mereka sempat bertemu. Namun, sedetik kemudian keduanya kembali pada pandangan masing-masing, berjalan ke arah berbeda dengan tempat tujuan yang juga berbeda.

Clarisa menghentikan langkahnya sejenak, berpikir sesaat untuk mengingat wajah laki-laki tadi. Rasanya ia pernah melihat sosok itu, tapi ia tak mengingatnya lebih jauh lagi.

Ia kembali berjalan dengan langkah yang semakin dipercepat. Ini bukan saatnya untuk memikirkan hal yang tidak penting.

***

Ini hari kelima ia berada di Yogyakarta. Maka, ia tak ingin melewatkan momen berharga di kota yang istimewa ini. Malioboro menjadi sasaran utamanya. Orang bilang, belum lengkap rasanya jika berada di Yogyakarta tanpa mampir ke tempat ini.

Benar saja, ternyata jalan yang dipadati oleh pedagang kaki lima ini menyimpan kenangan tersendiri di benak laki-laki berusia 19 tahun itu. Ia bisa membeli barang-barang khas Yogyakarta dengan harga miring, bahkan masih bisa melakukan proses tawar menawar di tengah transaksi bersama sang penjual.

Satu tas berukuran sedang terus digenggam oleh tangan kirinya. Ia melanjutkan perjalanan menyusuri Malioboro, memanjakan matanya dengan pemandangan khas kota Yogya yang hanya setahun sekali akan ditemuinya.

Saat ia berjalan, ia melihat seorang gadis berambut ekor kuda datang dari arah berlawanan. Mata mereka sempat bertemu. Namun, sedetik kemudian keduanya kembali pada pandangan masing-masing, berjalan ke arah berbeda dengan tempat tujuan yang juga berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun