Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Apakah Penting Menghabiskan Banyak Uang Demi Bimbel Anak?

9 September 2017   17:03 Diperbarui: 13 April 2019   10:00 7108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by prelo.co.id

Anak sekolah sudah memasuki tahun ajaran baru sekitar pertengan bulan Juli lalu. Biasanya sih untuk siswa kelas VI, IX, dan XII akan mulai mendaftarkan diri di tempat bimbingan belajar (Bimbel) sebagai sarana persiapan dini menjelang Ujian Nasional. Tidak hanya itu, tentunya Bimbel pun dijadikan sebuah jembatan oleh orang tua untuk meningkatkan prestasi anaknya di kelas.

Beberapa tempat Bimbel pun memasang tarif berbeda yang dibagi menjadi beberapa 'kasta'. Ada yang tarifnya terjangkau dengan kapasitas siswa yang cukup banyak dalam satu kelas. Ada juga yang isi kelasnya lebih sedikit tapi dengan biaya yang justru lebih tinggi. Intinya, semakin sedikit jumlah siswa di kelas ya harganya semakin mahal.

Terakhir saya tahu di tahun 2012 ketika memasuki kelas XII (3 SMA), ada satu tempat bimbel yang memasang tarif hingga puluhan juta dengan beberapa fasilitas yang tak kalah hebat. Mulai dari siswa yang hanya berjumlah <10/kelas, diberi makanan ringan agar siswa tidak cepat merasa bosan, hingga jadwal belajar yang lebih padat dibanding kelas biasa. Wow, that's fantastic.

Sesekali saya melihat perdebatan antar orang tua siswa dalam menanggapi hal ini. Ada yang mengatakan 'Ngapain sih buang duit banyak-banyak? Hasilnya juga ditentukan sama kemampuan anak itu sendiri' atau juga seperti 'Bimbel itu penting lah biar nilai Ujian Nasional anak nanti bagus, jadi bisa nerusin ke sekolah yang nggak kalah bagus'

Well, well, well, saya yakin banyak dari Kompasianer yang sudah berkeluarga, memiliki anak, atau mungkin saat ini sedang ada di posisi 'tingkat akhir anak sekolahan'. That's up to you untuk mendaftarkan anak ke tempat bimbel atau tidak. Toh setiap orang punya argumen masing-masing demi kebaikan anaknya. But, let me tell you a little information. Hmm... mungkin bisa dibilang ini hanya sekadar curhatan masa lalu saya, sih.

Pengalaman Pribadi

Sejak SD sampai SMA saya tidak pernah mengikuti kegiatan bimbingan belajar seperti teman-teman yang lain. Ketika berapa teman bertanya, "Bimbel dimana, Gil?" Saya hanya menjawab, "Nggak, aku nggak bimbel". Ya, itu terjadi sebanyak 3 kali. Kelas 6, kelas 9 dan kelas 12. Alasannya kenapa? Faktor ekonomi keluarga, kah? Maybe yes, maybe no. Intinya, uang bimbel itu lebih berguna jika digunakan untuk kepentingan yang lebih primer.

Sempat minder karena sekitar 70% teman sekelas mengikuti bimbel. Dan saya hanya bisa belajar untuk Ujian Nasional seorang diri melalui buku-buku yang ada, atau ya mengandalkan pemantapan yang diadakan pihak sekolah.

Ketika lulus SD, saya mendapatkan nilai Ujian Nasional yang cukup bagus sampai bisa masuk ke SMP Negeri favorit no 2 di kota. Lulus SMP nilai UN saya tidak terlalu bisa diandalkan karena hanya berada di batas rata-rata nilai 7.5. Tapi untungnya saya bisa masuk ke SMA favorit (saat itu berstatus RSBI) yang jalur masuknya lewat tes (jadi bukan dari nilai UN).

Terakhir adalah SMA. Saya tetap nggak bimbel kok. Tapi nilai UN saya masih bisa dibanggakan. Lalu sekarang pun bisa kuliah di Politeknik Negeri melalui jalur tes. Dan sekali lagi saya jelaskan, itu semua dilakukan dengan kemampuan saya sendiri. Bahkan sejak SD sampai SMA saya sama sekali tidak pernah memakai 'kunci jawaban'(UN) yang begitu menyebar luas di kalangan siswa. Jujur, berdoa, serta usaha rasanya lebih baik.

Siswa Bimbel VS Non-Bimbel

Menjadi seseorang yang tidak ikut bimbingan belajar membuat saya sadar atas kemampuan diri sendiri. Saya pun tentunya melihat bagaimana proses teman-teman di kelas yang ikut bimbel di tempat yang terkenal. Ada yang begitu rajin mengikuti kegiatan sesuai jadwal yang ditentukan. Tapi ada juga yang seakan tidak terlalu niat. Sering bolos dll, misalnya.

Kemudian saya pun membandingkan prestasi siswa yang bimbel dengan yang non-bimbel (termasuk saya). Hasilnya? Ternyata tidak jauh berbeda ketika mereka (yang bimbel) belum mengikuti kegiatan bimbingan khusus tersebut. Dalam satu waktu saya bisa mencapai posisi paling atas di antara siswa yang bimbel, namun dalam waktu yang lain posisi saya kadang juga di bawah. Saya ingat betul ketika Ujian Sekolah Matematika, saya mendapatkan nilai tertinggi di antara anak IPS lainnya (hanya 2 kelas sih). Dengan perasaan bangga, dalam hati saya bertanya (kepada yang bimbel), "Can you do that?"

Dari pengalaman itu saya tahu bahwa prestasi seseorang tidak hanya bisa ditentukan dari keluarga mana dia berasal, di mana dia bimbel, sebanyak apa buku yang dimiliki. Namun, semua tergantung dari usaha masing-masing individu yang tentunya disertai dengan doa.

Jadi, Apakah Tetap Perlu Mendaftarkan Anak ke Tempat Bimbel?

Jawabannya, terserah. Tapi yang harus diperhatikan adalah bahwa anak tersebut harus memiliki niat yang kuat untuk belajar lebih lama, lebih kuat, dan lebih banyak materi dibandingkan anak yang tidak bimbel. Jangan sampai niat seseorang untuk bimbel hanya karena gengsi, untuk bergaya, ataupun hanya sekadar update di sosmed untuk membanggakan dia sedang belajar di tempat mahal. Niatnya kan jadi melenceng ke mana-mana.

Dari sini pun orang tua harus bisa memantau bagaimana prestasi si anak di sekolah sebelum dan setelah ia bimbel. Lihat, apa ada perubahan berarti. Jangan sampai kan sudang buang uang banyak-banyak tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Orang tua pun harus bisa memberikan pengertian jika dirinya belum bisa mendaftarkan anaknya ke tempat bimbingan belajar. Jangan sampai si anak malah ngambek karena tidak bisa ikut, lalu orang tua memaksakan, dan akhirnya kondisi ekonomi berantakan. Don't let it happen.

Tulisan ini hanya sebagai sedikit curhatan saja sih, hehe. Jadi kan keputusan tetap ada di para pembaca. Lagipula, tidak ada usaha yang sia-sia kok, termasuk untuk memberikan yang terbaik kepada anak dengan cara mendaftarkannya ke tempat bimbingan belajar. Apalagi kalau biayanya mencukupi, kenapa tidak?

Catatan Kecil Untuk Siswa Sekolah

Nah, sekarang saya mau kasih sedikit pesan untuk para penerus generasi bangsa yang masih sekolah, terutama yang ada di kelas 6, 9, 12 (Hmmm... kira-kira mereka baca nggak, ya?). Intinya sih jelas, belajar yang bener. Yang sudah bimbel, jangan siakan-siakan usaha orang tua yang capek-capek kerja sampai mendaftarkan kamu ke tempat bimbel. Lelah pasti ada, tapi mau tidak mau pasti harus dilewati. Untuk yang tidak bimbel, it's okay. Ini bukan berarti prestasi kalian tidak bisa naik. Asal ada usaha dan doa, pasti ada jalan menuju hasil.

Eh, jadi so' bijak gini nggak sih? :(

See you deh di tulisan selanjutnya :)

-Gilang Riyadi, 2017-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun