Mohon tunggu...
Gilang Rahmawati
Gilang Rahmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari menjadi kuli tinta.

*** silahkan tinggalkan pesan *** ** http://www.kompasiana.com/the.lion ** #GeeR

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[WPC 29] Melihat Bahasa Tubuh (Gesture) dalam Pertunjukan Seni

13 Desember 2012   16:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:43 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya jatuh cinta dengan view finder kamera, dari kotak kecil itu saya belajar arti kesabaran. Sudah banyak momen tak terduga, cantik dan menakjubkan yang berhasil diabadikan dengan kamera saya. Belajar kesabaran, ya sebab tidak semua momen dapat difoto dengan ketajaman serta kecepatan yang bisa ditebak. Salah satunya ketika memotret pagelaran panggung seperti seni tari, teater, ataupun musik.

Kurangnya penerangan selalu menjadi masalah utama. Terlebih peralatan ‘perang’ yang saya punya terbatas. Beruntung, di kota yang saya tempati ini terdapat penyewaan berbagai peralatan ‘perang’ dalam dunia fotografi. Berbekal ‘alat perang’ sewaan, saya berani memotret segala pertunjukan panggung saat malam hari. Ada dua pengalaman yang membuat saya ingat betapa susahnya memotret saat malam hari di sebuah pertunjukkan panggung.

Pertama pada Pagelaran Ramayana, pagelaran ini memang sudah lama berlangsung, tepatnya pada tanggal 14-16 oktober 2012. Tapi, saya tetap mengingat bagaimana keringat ini menetes ketika berusaha mengabadikan gerak pewayang, dan gemulai lekuk tubuh penari-penarinya dengan cahaya panggung yang membuat saya gemas.

Seingat saya ada enam daerah yang ikut meramaikan pagelaran Ramayana tersebut. Masing-masing daerah menampilkan ciri khas pewayangannya. Keenam daerah tersebut yaitu perwakilan dari Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pageralan Ramayana inipun akhirnya menjadi rekor di Guiness Book Of World Record. Sebuah kebanggan tentunya bagi Indonesia. Meski tulisan ini tampak terlambat untuk dinikmati pembaca tapi saya tetap ingin berbagi ‘keanggunan’ dari lekuk tubuh para pewayang dan penari.

[caption id="attachment_221536" align="aligncenter" width="640" caption="salah satu adegan yang berhasil saya dapatkan ekspresi wajah pewayangnya (foto: dok. gilang rahmawati)"][/caption]

[caption id="attachment_221538" align="aligncenter" width="640" caption="amarah tergambar pada bahasa tubuh pewayang (foto: dok. pribadi)"]

13554137701497557047
13554137701497557047
[/caption]

[caption id="attachment_221540" align="aligncenter" width="640" caption="mimik muka menjadi salah satu gesture tubuh yang paling menonjol, tampak adanya wajah takut bercampur marah dari kera merah (foto: dok. pribadi)"]

13554139241021497736
13554139241021497736
[/caption] [caption id="attachment_221542" align="aligncenter" width="640" caption="mereka bukan kera, tapi mereka berhasil tampak seperti kera (foto: dok. pribadi)"]
13554140651736581623
13554140651736581623
[/caption] [caption id="attachment_221544" align="aligncenter" width="640" caption="pasukan yang menyombongkan diri, terlihat dari gerak tubuhnya (foto: dok. pribadi)"]
13554141861783593542
13554141861783593542
[/caption] [caption id="attachment_221547" align="aligncenter" width="640" caption="mereka adalah wayang orang, terlihat sedang bertengkar tetapi adegan ini hanya sedang ngobrol biasa (foto: dok. pribadi)"]
13554142741901399050
13554142741901399050
[/caption]

Pengalaman kedua memotret gesture adalah saat pementasan musik yaitu konser band Efek Rumah Kaca dan Sheila on 7. Kedua band ini terbilang cukup dikenal di masyarakat Indonesia, terlebih Sheila on 7. Saya adalah salah satu penggemar berat band ini. Saya hafal betul bagaimana cara Duta (vokalis Sheila on 7) ketika berekspresi saat bernyanyi. Kalau kata orang Jawa namanya ‘pecicilan’, ciri khasnya Duta salah satunya memegang mikrofon dengan mengepitkan lengan. Selain itu, pasti Duta akan sedikit membungkukkan badan. Kali ini saya memotret menggunakan lensa yang terbilang lumayan susah dikendalikan saat malam hari. Terlebih saat memotret panggung, karena tidak otomatis, meskipun bisa mendapatkan pencahayaan yang pas.

Hal yang paling susah selain itu adalah banyaknya pengunjung konser yang membuat ruang gerak saya terbatas. Saya hanya mencari tempat strategis yang bisa saya jangkau untuk memotret. Meskipun pada akhirnya tetap saja butuh perjuangan. Sebab banyak kepala pengunjung yang sering menghalangi ‘view finder’ untuk bebas melihat. Maklum saja area konser ini memang luas dan kita menikmati konser dengan berdiri sebab konser ini digelar di stadion. Di bawah ini adalah foto-foto yang berhasil saya abadikan; dan lihat gesture mereka ketika tampil menghibur para fans-nya.

[caption id="attachment_221549" align="aligncenter" width="720" caption="inilah yang ku sebut dengan pecicilan (foto: dok. pribadi)"]

135541442943750652
135541442943750652
[/caption] [caption id="attachment_221552" align="aligncenter" width="720" caption="hanya dengan membentangkan tangan, ia mampu menghipnotis penonton mengajak bernyanyi (foto: dok. pribadi)"]
1355414555166294042
1355414555166294042
[/caption]

[caption id="attachment_221555" align="aligncenter" width="720" caption="Duta Sheila on 7 dengan ciri khasnya (foto: dok. pribadi)"]

135541468715017956
135541468715017956
[/caption]

[caption id="attachment_221558" align="aligncenter" width="720" caption="ya terlihat dari keringat yang membanjiri, ia tampak lelah tapi ia tetap mempesona dihati (foto: dok. pribadi)"]

13554148442108972844
13554148442108972844
[/caption]

Weekly Photo Challenge 29: Memotret Gesture

****

Yogyakarta, Desember.

Gilang Rahmawati

(GeeR)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun