Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pesan Glenn Fredly untuk Sepak Bola Indonesia

9 April 2020   01:20 Diperbarui: 9 April 2020   22:06 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: KOMPAS IMAGES/ MUNDRI WINANTO

Karya Glenn dan Angga ini berhasil menyabet dua piala sekaligus di Piala Citra 2014. Untuk film cerita panjang terbaik dan pemeran utama pria terbaik: Chicco Jerikho. Sedangkan di Piala Maya di tahun yang sama, film ini juga dinobatkan pada dua nominasi serupa.

Dalam proyeknya tersebut, Glenn tak cuma jadi produser, namun Ia juga yang menggarap musik di film tersebut. Lagu yang terdapat dalam soundtrack film itu berjudul Tinggikan, yang liriknya berkisah tentang semangat kehidupan anak-anak Maluku.

Film ini menarasikan kecintaan Glenn terhadap dunia bal-balan, sepak bola, dalam negeri. Bukan hanya cerita sepak bola secara utuh, Glenn berhasil menyampaikan pesan perdamaian dan kisah perjuangan anak-anak dari timur dengan setting kerusuhan yang pernah terjadi di Ambon.

Film yang kental akan budaya lokal itu bercerita mengenai perjuangan Sani Tawainella yang diperankan oleh Chicco Jerikho untuk menyelamatkan anak-anak di kampungnya dari konflik agama, dan semua diwujudkan lewat sepak bola. Sani merupakan eks pemain Timnas Pelajar dan pernah tampil di Piala Pelajar Asia tahun 1996.

Namun, itulah peak performance Sani dalam dunia pesepakbolaan. Namanya tak lagi muncul di Timnas secara berjenjang, bahkan Ia tak punya catatan karir bersama klub profesional. Berangkat dari perjalanan karir tersebutlah Sani mulai peduli sekitar, termasuk memberanikan diri melatih anak-anak di kampungnya meski tanpa lisensi kepelatihan.

"Dia [Sani] sempat menjadi tukang ojek, dan dalam keterbatasan itu dia mampu membangun sepak bola di desanya. Kerja kerasnya itu menjadikannya sebagai pelatih bagi tim sepak bola Maluku U-15 dan mereka menang saat itu di Jakarta," tutur Glen saat menghadiri jumpa pers peluncuran film pada tahun 2014. Seperti dikutip dari Kompas.com.

The Power of Football begitu terasa ketika pertandingan final berlangsung. Sentimen konflik keagamaan tiba-tiba memudar demi menonton siaran langsung pertandingan tersebut.

Tak hanya itu, Sani sebagai pelatih yang membawa anak-anak itu bertanding di Jakarta sempat dibuat marah akibat cekcok para pemainnya di ruang ganti ketika turun minum.

Sebenarnya Sani terbiasa dengan cekcok para pemainnya serta dua kubu berlandaskan agama yang membelah timnya. Namun, di partai puncak sang pelatih tak kuasa menahan lagi amarahnya.

Tak ubahnya seorang Brian Clough yang tengah melecut para pemainnya, Sani mengubah energi negatif berupa kemarahannya itu menjadi motivasi bagi anak-anak asuhnya sendiri untuk bersatu dan menang. Keberhasilan Sani meredakan konflik di ruang ganti dan konflik secara keseluruhan di Ambon inilah yang mengundang decak kagum. Apalagi endingnya tim Maluku U-15 yang dibawanya juara dalam kompetisi tersebut.

"Saya mau menyampaikan bahwa sepak bola bisa menjadi misi perdamaian. Demikian pula seni budaya, dapat menjadi jembatan untuk mencari jalan keluar bagi persoalan bangsa," pekik Glenn.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun