Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Meninjau Progres Persib di Bawah Kendali Miljan Radovic

7 Maret 2019   22:25 Diperbarui: 8 Maret 2019   07:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Persib Bandung Miljan Radovic.(Persib.co.id) | kompas.com

Pelatih Persib Bandung, Miljan Radovic mendapat reaksi negatif dari sebagian Bobotoh yang turun ke lapangan seusai laga kedua Grup A Piala Presiden 2019 setelah menelan kekalahan dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Kamis, (7/3). 

Terlihat pelatih berpaspor Serbia itu diserang oleh oknum bobotoh ketika sedang duduk di bench pemain bersama staff pelatih lainnya. Tak berhenti disitu saja, saat hendak menuju ruang ganti Radovic kembali diserang oleh orang tak dikenal yang mengenakan atribut Persib.

(FAY/BandungKita.id)
(FAY/BandungKita.id)
Dalam konferensi pers setelah pertandingan, Radovic memahami betul kekecewaan bobotoh yang dialamatkan kepada dirinya. Bobotoh kecewa Persib tak kunjung meraih kemenangan dalam dua laga awal di Piala Presiden 2019. Pelatih berusia 43 tahun itu mengaku jika kekecewaan tersebut merupakan sesuatu yang normal terjadi.

"Mereka, para pemain, setiap hari latihan keras, saya kecewa sekali. Saya salah hari ini. Ini [baru] Piala Presiden belum ada kompetisi [resmi], tapi mulai hari ini harus berpikir bagaimana. Persib Bandung dan bobotoh harus jalan sama-sama," ungkapnya dalam konferensi pers, seperti dikutip dari Pikiran Rakyat.

Bisa dipahami maksud dari Radovic, pertandingan demi pertandingan yang dimainkan Persib masih berkategori pre-season. Artinya, bagus jika tim menemukan kekurangan disaat seperti ini. Sebab mereka bisa berbenah untuk menyiapkan tim yang lebih tangguh untuk kompetisi yang sesungguhnya.

Rasa-rasanya bobotoh pun paham dengan atmosfir pra-musim. Namun demikian, dalam dua pertandingan awal belum terlihat progres positif dari sisi gol, hasil, nirbobol, dan taktikal. Ditilik dari enam laga terakhir semenjak ditangani Radovic, Persib mengalami tiga kali seri, sekali menang, dan dua kali menderita kekalahan.

INSTAGRAM.COM/IGPERSIB | http://makassar.tribunnews.com
INSTAGRAM.COM/IGPERSIB | http://makassar.tribunnews.com
Melawan tim Liga 1, Maung Bandung belum bisa menang dan selalu kebobolan. Tentu hal ini bukanlah statistik yang diinginkan bobotoh. Alih-alih menanjak, performa Persib terus menurun. Di laga kali ini (melawan Persebaya) gawang M. Natshir kebobolan tiga gol.

Koordinasi empat bek sejajar dengan gelandang bertahan Persib terlihat berantakan sehingga memudahkan penyerang lawan mendikte area final third sampai zona bertahan paling intim Persib (baca: kotak penalti).

Persib mengawali pertandingan dengan pola dasar 4-3-3. Pelatih kepala Miljan Radovic memasang duet Bojan Malisic dengan bek anyar yang baru bergabung Saepulloh di bek sentral, untuk posisi bek sayap tak ada perubahan berarti, Supardi dan Adri Idrus masih jadi pakem yang diadopsi dari musim lalu.

Sedangkan tiga gelandang diisi oleh Hariono, Erwin Ramdani, dan Kim Kurniawan. Ketiadaan Febri Hariyadi -- yang dipanggil Timnas -- disektor penyerang sayap ditutupi oleh Esteban Vizcarra. Dan di posisi sayap sebrang diisi oleh Ghozali Siregar. Terlepas dari perubahan-perubahan kecil yang dilakukan dilaga kali ini, Ezechiel masih jadi pusat serangan tim sehingga alur serangan tak begitu mengalami perubahan yang signifikan.

Perbedaan Radovic dengan Pelatih Sebelumnya

Setiap awal musim, yang ditunggu oleh bobotoh adalah perubahan. Bagaimana style of play yang dibawa pelatih anyar. Dan dalam beberapa laga terakhir memang Radovic sudah cukup bisa menjawab. Dengan pola andalan 4-3-3 eks pemain Persib dan PBR ini menginginkan bangunan serangan yang terstruktur dari bawah (lini belakang).

Sedangkan pelatih sebelumnya, Mario Gomez, lebih mengandalkan efektifitas dalam membangun serangan. Tak jarang musim lalu kita menyaksikan build-up dilakukan dengan umpan Panjang kedepan yang tertuju pada Ezechiel N'douassel. Pemain asal Chad ini akan menahan/memantulkan bola ke sayap kiri dan/kanan. Jonathan Bauman atau Inkyun Oh juga kerap kebagian second ball hasil dari duel bola udara yang dilakukan Ezechiel.

Dengan kecepatan dan efektifitas pemain sayap, second striker seperti Bauman, dan playmaker proaktif macam Inkyun. Bola bisa langsung dibawa ke kotak penalti atau opsi keduanya di alirkan melalui sayap kilat seperti Ghozali atau Febri Hariyadi. Sebelum kemudian Eze jadi penyelesai serangan yang dibangun timnya. Sesederhana itu mereka dalam menyerang musim lalu.

Berbicara kesuksesan serangan, memang musim lalu agak minim gol. Sebab Gomez memiliki kiblat "pertahanan yang kokoh". Namun pada praktiknya skema, penempatan posisi pemain, dan transisi terlihat sistematis dan lebih rapih.

Kembali ke era Radovic hari ini, serangan dibangun lewat sentuhan-sentuhan passing dari bawah. Jika sukses, permainan akan lebih terlihat menghibur lewat peragaan passing pendek. Akan tetapi, risikonya juga cukup besar. Contohnya pada gol Osas Saha di laga melawan PS Tira Persikabo. Henhen melakukan blunder saat hendak memeragakan build up dari bawah.

Persoalannya terus memanjang hingga di laga melawan Persebaya Surabaya. Dari empat bek sejajar yang dimainkan Persib. Hanya Supardi Nasir yang piawai dan lebih tenang dalam melakukan set up dari bawah. Ketiadaan bek andal yang bisa memegang bola lebih lama dalam build up ini tentu menjadi permasalahan serius yang harus sesegera mungkin diatasi.

Bojan Malisic bertipe lebih ke sweeper tak ayal Vladimir Vujovic. Jalan satu-satunya memperbaiki celah ini adalah mendatangkan pemain baru yang lebih berpengalaman. Dari rumor yang beredar, nama Fabiano Beltrame dan Achmad Jufriyanto terus menggelembung jadi bidikan Persib selanjutnya. Kedua nama tersebut bisa jadi solusi permanen terhadap persoalan ini. Sebab, saat di Madura United Fabiano kerap jadi bek yang pandai mengatur irama serangan atau istilah taktiknya: ball-playing defender.

Pun dengan Jupe -- sapaan Achmad Jufriyanto -- eks pemain Persib ini pernah menggalang pertahanan kokoh bersama Vladimir Vujovic dan Ia mendapat title sebagai pemain terbaik dalam hal memegang bola saat build up.

Perubahan Kim-Hariono Era Radovic

Di posisi gelandang, Radovic sangat saklek memasangkan dua gelandang bertipikal bertahan sekaligus: Kim Kurniawan dan Hariono. Namun pada implementasinya, Kim didorong untuk lebih agresif. Dalam enam penampilan terakhir Persib skema baru ini jarang sekali diubah.

Baca juga tulisan saya tentang Persib: Kemajuan Diklat Persib Bandung.

Dibawah komando Radovic, Hariono sebagai braker tak tergantikan meski usianya tak muda lagi. Bahkan pria asal Sidoarjo ini terlihat lebih bertenaga dari musim-musim sebelumnya. Selain itu, pemilik nomor punggung 24 ini juga jadi punya visi bermain.

Dari musim ke musim kita kerap melihat Hariono sebagai penutup alur serangan lawan. Namun ada tugas tambahan dari Radovic: memperbanyak sentuhan dengan bola. Mungkin beberapa musim sebelumnya kita bisa heran menyaksikan penampilan Hariono yang bisa mengibuli 1-2 pemain dan berlama-lama dengan bola. Namun kini, hal tersebut mulai lumrah disaksikan.

Dalam hal sentuhan passing dan crossing pun jadi meningkat. Tak berlebihan rasanya menyebut Hariono memerankan setengah peranan Genaro Gattuso dan setengah lagi Andrea Pirlo. Namun sayang, peranan ini didapat di usia yang tak lagi muda. Ditambah lagi, dua gelandang yang ditugaskan lebih agresif kerap terlihat terlambat turun mensupport area yang Hariono tempati saat transisi negatif (dari menyerang ke bertahan) berlangsung.

Seperti yang tergambar jelas dalam momen gol-gol Persebaya ke gawang Persib. Celah menganga di sepertiga pertahanan Persib terlihat saat pemain Persebaya free mendapat bola di sebelah posisi yang ditempati Hariono. Akibat dari terlambatnya respon Kim dan Erwin membantu area jangkar, satu bek Persib melangkah ke depan untuk mengisi ruang kosong tersebut. Di kondisi seperti ini cukup mengurangi kekuatan defense kolektif Maung Bandung sebab hanya tinggal tersisa tiga bek saja.

Lubang yang menjadi kelemahan Persib ini terus dioptimalkan Persebaya -- saat defense hanya satu gelandang yang tersisa, dan memaksa satu bek tengah maju menemani Hariono -- bahkan gol kedua Persebaya bek Persib hanya tersisa dua pemain dan di gol ketiga bek Persib harus kembali cover posisi lowong di sebelah Hariono akibat bantuan yang lamban dari dua gelandang lain.

Selain minim saat memberi bantuan bertahan kepada Hariono. Baik Erwin maupun Kim belum sepenuhnya menggigit saat menjadi kreator serangan. Dalam beberapa momen keduanya terlalu melebar sehingga menutup peran para pemain sayap.

Radovic perlu mencari formulasi dalam meminimalisir kondisi ini. Bisa saja dia memainkan Abdul Azis yang punya fleksibelitas dalam menyerang dan bertahan atau secara ekstrem mengubah pola dasar dari skema 4-3-3 dilaga terakhir nanti. Ini untuk melihat sejauh mana opsi-opsi yang bisa jadi solusi disaat ide utama mandek. Percobaan perlu terus dilakukan, sebab pola yang selama ini ditampilkan pun tidak sepenuhnya berhasil. Apalagi ini momen pra-musim, dimana pelatih diberikan keleluasaan untuk bereksperimen taktik.

Transisi Negatif yang Berantakan

Konon dalam permainan sepakbola maupun futsal ada sebuah frasa "menyerang itu naluriah". Sebuah kalimat sederhana namun banyak makna. Bisa diartikan bermacam-macam, salah satunya adalah bahwa skema bertahan lebih penting ketimbang skema menyerang. Sebab setiap pemain punya naluri untuk menyerang. Namun saat bertahan, tak semua punya tanggung jawab dan kemampuan yang sama. Itu mengapa saat kita bermain, menyerang akan terasa menyenangkan ketimbang membantu pertahanan.

Kiranya analogi tersebut dapat dipahami. Saat memeragakan sistem bertahan, semua terasa lebih berat dan rumit. Berbeda dengan transisi positif, dengan segala ketergesaan pemain bisa berimprovisasi melancarkan serangan. Misalnya saat serangan balik.

Ada satu lagi yang bisa dijadikan penguat jika bertahan lebih penting dari menyerang. Jika sebuah tim gagal bertahan maka resikonya kalah, tetapi jika kita gagal dalam menyerang maka belum tentu tim tersebut kalah, paling banter kegagalan hanya disebut sebagai: gagal mencetak gol. Intinya tidak ada toleransi bagi satu kesalahan kecil pun dalam bertahan.

Permasalahan ini yang kemudian muncul di Persib era Radovic. Setelah satu musim penuh bobotoh disuguhi seni bertahan tingkat tinggi gubahan anak buah pelatih terkemuka Eropa, Hector Cuper (baca: Mario Gomez). Kini sistem pertahanan Persib mulai melemah. Kebobolan 7 gol dalam 4 laga melawan tim selevel bukanlah catatan yang bisa dipermaklumkan. Jika dirata-ratakan Persib punya persoalan 1.75 nirbobol/laga.

Bek dan kiper tak bisa terus menerus dikambing hitamkan. Toh pada era sepakbola modern semuanya lebih sistematis. Kebobolan bukan lagi absah tanggung jawab pemain belakang dan penjaga gawang -- kecuali mereka melakukan blunder -- namun murni tanggung jawab seluruh tim.

Dimana posisi Erwin Ramdani dan Kim Kurniawan saat pemain lawan melancarkan serangan. Keputusan apa yang diambil Hariono saat merespon lubang menganga yang ditinggalkan dua rekannya di poros gelandang. Bagaimana reaksi para sayap ketika timnya berada dalam posisi diserang? Semua perlu dijawab lebih rinci dalam sebuah proses gol yang terjadi. Tak melulu salah Bojan Malisic, Ardi Idrus, atau M. Natshir.

Kesimpulan

Rentetan kejadian proses gol tersebut layak dibuat sebuah kesimpulan dan rekomendasi solusinya di meja kerja pelatih. Apa yang salah dengan transisi negatif Persib. Jadi berbicara progres dalam durasi enam laga terakhir, rapor Miljan Radovic cukup merah. Sebab selain menurunkan intensitas bertahan. Ia juga sulit menang lawan tim-tim selevel. Masih banyak PR yang harus diselesaikan Radovic demi mencapai titik peak performance timnya.

Tak hanya soal transisi negatif. Produktifitas gol pun perlu diperhatikan. Dalam dua laga terakhir diajang Piala Presiden 2019, Ezechiel yang menjadi mesin gol pada musim lalu kini kran golnya mulai macet. Ini salah satu imbas adaptasi daripada pemain yang keluar dan masuk yang tidak sepadan. Kita ambil contoh secara garis besar saja. Di lini belakang Persib belum menemukan pengganti yang sepadan bagi Victor Igbonefo.

Di posisi playmaker, Inkyun Oh dikomparasi kan dengan Srdan Lopicic. Tanpa mendiskreditkan pemain asal Balkan itu, rasa-rasanya ditilik dari berbagai sudut manapun Lopicic belum lebih baik dari pemain yang kini membela Persipura Jayapura itu.

Sedang kehilangan terbesar selain lepasnya sang arsitek Mario Gomez, Persib kehilangan Jonathan Bauman yang jadi pelayan Ezechiel. Esteban Vizcarra yang diplot sebagai pengganti pemain asal negeri tango itu masih belum sepenuhnya menjawab. Pun dengan para pemain lokal, masih perlu menit bermain untuk menilai semuanya.

Stok dan pemilihan pemain tentu sangat memengaruhi keberlangsungan pola permainan tim sehingga sejauh ini Radovic masih kesulitan memeragakan pola yang diinginkan olehnya. Setidaknya ajang Piala Presiden 2019 ini tepat untuk dijadikan tinjauan kinerja eks pemilik kostum 58 yang legendaris itu. Well see, bagaimana Miljan menjawab semua persoalan di laga terakhir kontra Perserui Serui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun