Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas U-22 Kantongi Pelajaran Berharga dari Malang

10 Februari 2019   21:53 Diperbarui: 11 Februari 2019   09:17 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arema Malang tahan imbang Timnas U-22 pada laga uji coba yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan pada Minggu (10/2)| Sumber: Instagram Arema FC @aremafcofficial

Pada laga uji coba melawan Bhayangkara FC, Rabu (7/2), Timnas U-22 mendapat hasil imbang 2-2. Pelatih Indra Sjafri pun menginginkan lawan yang lebih bisa memberi tekanan terhadap timnya jelang terbang menuju Kamboja untuk event Piala AFF U-22 2019. 

Bukan tekanan secara taktikal saja, melainkan tekanan dari luar lapangan yang dihadirkan oleh para supporter. Oleh sebab itu, Malang jadi tempat yang tepat untuk menguji hal tersebut. Arema ditunjuk menjadi lawan uji coba selanjutnya.

"Kami memilih Arema karena mereka punya supporter yang banyak. Kita ingin tahu juga bagaimana pemain bermain di situasi supporter yang banyak. Jadi dua [uji coba] ini cukup untuk menjadi evaluasi kami. Jangan juga dipersoalkan kenapa tidak internasional, yang penting bagi kami bisa melakukan uji coba dan uji coba itu sesuai dengan tujuan kami," ucap Indra Sjafri, seperti dikutip dari laman resmi PSSI.

Sejurus dengan harapan pelatih asal Minang tersebut, Stadion Kanjuruhan dipadati ribuan Aremania dan warga Malang pada Minggu sore (10/2). Pertandingan yang mempertemukan Arema dengan Tim Nasional U-22 tahun ini tidak terlihat seperti pertandingan uji coba. Ditilik dari atmosfer yang dihadirkan penonton maupun permainan di lapangan semua berjalan layaknya laga resmi di sebuah kompetisi.

Milomir Sesilja memulai laga dengan formasi dasar 4-3-3, Roberto Lima Gladiator diplot sebagai target man yang diapit oleh dua penyerang sayap berkecepatan tinggi Nasir dan Dedik Setiawan. Sedangkan di jantung pertahanan, duet Hamka dan Cunha bermain full dalam pertandingan ini. 

Sayang, pemain yang ditunggu penampilannya oleh Aremania, Pavel Smolyachenko, tidak diturunkan akibat demam. Selebihnya tak ada perubahan yang mencolok dalam line up Singo Edan di laga kali ini.

Di kubu lawan, Indra Sjafri berupaya menampilkan para pemain dan formasi yang berbeda di laga kali ini. Ia memulai dengan formasi 4-1-4-1 dengan menugaskan Marinus Manewar sebagai penyerang tunggal. Meski dalam implementasinya formasi tersebut kerap membentuk pola 4-3-3 sebab Witan Sulaiman dan Billy Keraf yang diplot sebagai gelandang sayap sering berdiri sejajar dengan Marinus. Artinya kedua gelandang sayap tersebut berkamuflase ke penyerang sayap.

Diposisi lain Coach Indra melakukan percobaan dengan menurunkan Kadek sebagai gelandang jangkar menemani dua gelandang lain Gian Zola dan Sani yang punya karakteristik menyerang. Sedang di lini pertahanan Andy Setyo dan Dandi Maulana coba dipasangkan.

Babak Pertama

Tim Singo Edan lebih dulu mendapatkan peluang mencetak gol lewat striker anyarnya, Roberto Lima saat laga masih berumur dua menit. Namun, Dandi Maulana lugas menghalau kemelut di pertahanan timnya. Situasi tersebut membuat Timnas U-22 mendapat kesempatan untuk melakukan counter attack lewat Witan Sulaiman. 

Sayang, bola tidak dapat dijangkau oleh Marinus Wanewar. Selebihnya pertandingan berjalan alot dengan perebutan bola, penguasaan bola, dan jual beli serangan kedua tim, namun belum ada pola serangan yang benar-benar bisa diselesaikan menjadi gol.

Arema memang lebih dominan mendikte pertahanan lawan. Disisi lain, Asnawi cs selalu bisa meredakan gempuran Arema lewat penguasaan bola dari kaki ke kaki. Namun, build up yang dilancarkan pemain belakang seolah tanpa skema sistemik, pendeknya hanya sebatas re-build up sebagai cara membungkam ancaman lawan bukan mengancam lawan. Sebab Hamka cs dengan pengalamannya kerap berhasil menutup ruang gerak Billy dkk sehingga pemain yang tengah mengendalikan bola dan hendak mengumpan kerap kebingungan melepas bola.

Oleh karena itulah, serangan yang dibangun Timnas U-22 ini jarang sampai ke Marinus. Bahkan Utam Rusdiana yang menjaga gawang Arema di babak pertama tidak melakukan penyelamatan satu pun. Artinya, masih ada gap yang dimiliki oleh anak asuh Indra Sjafri ini dalam situasi transisi positif: dari bertahan ke menyerang.

Sedangkan untuk transisi negatif: dari menyerang ke bertahan. Semua berjalan dengan baik, sebab pemain antar-posisi lebih sigap merespon serangan lawan dengan defense yang terstruktur. Contohnya saat trio gelandang yang memenuhi area final third ketika Arema berusaha memasuki zona defense mereka.

Hal tersebut tentu menyulitkan anak-anak Singo Edan sebab mereka punya pemain yang bisa diandalkan untuk mengekspos taktikal individunya sendiri, kongkretnya bisa melakukan penetrasi dengan kemampuan individu. Karena taktikal grup maupun taktikal tim belum ternarasi dengan baik di laga kali ini, patut dimaklumi sebab ini baru pra musim. Artinya tim Arema masih membentuk teamwork.

Penetrasi yang dimaksud kerap datang dari Konate Makan maupun sayap-sayap lincah yang dimiliki Arema. Sedangkan Roberto Lima lebih mengandalkan insting golnya di kotak penalti. Namun faktanya mereka tetap kesulitan membongkar pertahanan lawan. 

Penetrasi individu memang sulit mendobrak zona defense yang diperagakan berlapis-lapis. Sedangkan disisi lain, taktikal grup maupun taktikal tim juga kerja sama tim dari para pemain Arema belum terbentuk. Butuh pemain cerdas yang mampu mengelabui pertahanan lawan.

Kondisi ini memaksa pertandingan berjalan searah. Sebab Timnas U-22 masih dengan problemnya: transisi positif yang mandek. Pola yang tidak berjalan itu punya sebab-akibatnya sendiri. Terutama lini tengah yang jaraknya masih terlalu jauh. 

Ada jarak dan ruang yang diciptakan Zola, Sani, dan Kadek. Ketika para pemain belakang memulai build up, otomatis hanya Kadek yang menjadi prioritas passing terdekat. Sedang keduanya -- Zola dan Sani -- yang berkarakter lebih menyerang jarang melakukan support ke belakang.

Persoalan ini pada akhirnya menciptakan peluang bagi lawan untuk menekan, sebab dalam kondisi ini pemain U-22 yang memegang bola kerap kebingungan mencari opsi passing maupun crossing. Secara tak langsung mereka menciptakan tekanannya sendiri, pressure yang dilakukan Roberto Lima, Dedik, Nasir dan Konate kerap mendesak build up yang dirancang Timnas U-22 ini.

Zona pertahanan pun terus dipress sampai zona defense paling rendah. Beberapa kali juga Asnawi disisi kanan pertahanan dan Samuel disisi kiri pertahanan melakukan kesalahan elementer berkat intimidasi pressing para pemain Arema saat mereka tengah menguasai bola.

Menyadari hal itu, Coach Indra merespon dengan melakukan rotasi gelandang pada menit ke-23. Kadek Agung yang mengalami cedera digantikan oleh M. Luthfi Kamal. Dengan masuknya Luthfi, memang belum sepenuhnya problem yang dihadapi Timnas U-22 berakhir. Namun, kehadirannya cukup membantu ketenangan saat build up. Kedudukan berakhir imbang untuk babak pertama.

Aremania memadati Stadion Kanjuruhan saat Arema FC berhadapan dengan Timnas U-22, Minggu (10/2)| Instagram: News Arema @newsarema
Aremania memadati Stadion Kanjuruhan saat Arema FC berhadapan dengan Timnas U-22, Minggu (10/2)| Instagram: News Arema @newsarema
Babak Kedua

Di babak kedua baik tim tuan rumah maupun tim tamu melakukan rotasi beberapa pemainnya. Kedua tim melakukan pergantian di posisi penjaga gawang, Utam Rusdiana digantikan oleh Kartika Adjie. Sedangkan Timnas U-22 memasukan Nadeo Agrawinata untuk mengganti Satria Tama. Pergantian tersebut rasa-rasanya lebih ke penyegaran posisi saja dan tidak berkolerasi dengan urgensi strategi kedua pelatih.

Berbeda dengan masuknya Hanif Sjahbandi yang menggantikan Sani Rizki Fauzi. Indra agaknya menginginkan pemain tengah yang berani memegang bola dan mengendalikan permainan lebih intens. Hal tersebut terbukti, para pemain Timnas U-22 secara perlahan bisa mengubah problematika di babak pertama terkait transisi positif.

Kombinasi Hanif dan Luthfi bisa menjembatani antara build up yang dibangun oleh para pemain belakang dengan zona serangan di final third yang pada babak pertama kerap tak terlihat etos kerjanya. Bola mulai dapat dialirkan secara terstruktur, kepada Billy Keraf, Witan, maupun Marinus.

Disisi lain, Coach Indra pun mulai menanggapi hal positif ini dengan memasukkan para pemain dengan karakteristik menyerang dalam rentang waktu yang berbeda-beda. Seperti Rifal Lastori, Todd Ferre, Dimas Drajad, Muhammad Rafli, Nurhidayat Haji Haris, dan Firza Handika yang notabene seorang pemain belakang tetapi punya visi menyerang yang bagus.

Meski begitu, Arema sempat mencetak gol pada menit ke-68 lewat sundulan Hamka Hamzah. Namun kemudian wasit menganulir gol tersebut sebab sebelumnya telah terjadi pelanggaran lebih dulu di kotak penalti U-22. Sedangkan anak asuh Indra Sjafri baru bisa menciptakan peluang lewat Rafli pada menit ke-72 saat sepakan spekulasinya mengarah ke gawang akan tetapi berhasil diantisipasi oleh Kurniawan Kartika Adjie.

Setelah peluang tersebut, rancangan serangan U-22 mulai mencair. Tiga menit berselang, anak asuh Indra Sjafri membuat hening stadion Kanjuruhan lewat aksi Hanif Sjahbandi yang sukses mengelabui pemain bertahan Arema sebelum menceploskan bola lewat pleasing ciamik ke sudut kiri gawang Kartika Adjie. Di menit ke-75 skor berubah menjadi 1-0.

Hal tersebut membuat para pemain Arema termotivasi untuk lebih gencar melakukan serangan. Bahkan Hamka Hamzah yang berposisi sebagai stopper telah menemani Roberto Lima di barisan serangan. Artinya jika di futsal Arema betul-betul memanfaatkan sisa waktu pertandingan ini dengan skema power play.

Semua terlihat baik-baik saja bagi U-22 sebab transisi negatif mereka memang sudah teruji membuat frustasi para pemain senior Singo Edan sejak babak pertama. Namun, situasi kondusif tersebut hanya bisa dipertahankan dalam durasi 11 menit saja. Sebab pada menit ke-86 sepakan Rivaldi Bouwo salah diantisipasi oleh Nadeo dan menciptakan second ball bagi Roberto Lima. 

Bagi predator berpengalaman, tentu peluang tersebut tidak bisa dikompromikan untuk gagal. Skor berubah menjadi sama kuat: 1-1.

Memang gol tersebut murni kesalahan fatal seorang penjaga gawang yang gagal mengantisipasi bola. Namun jika ditilik lebih dalam, masih ada kemungkinan bagi para bek untuk menggagalkan aksi menyelinap Roberto Lima. 

Reaksi para pemain belakang pun layak dijadikan sebuah pertanggungjawaban bagi gol yang terjadi. Apalagi sebelum gol terjadi, tidak ada blok yang dilakukan oleh pemain bertahan.

Kesimpulan

Tujuan dari pertandingan ini tentunya adalah progress bukan hasil berupa skor. Bagi Arema ini jadi ajang pemanasan untuk menguji hipotesis taktik Milomir jelang babak 16 besar Piala Indonesia dan Piala Presiden yang baru akan dimulai pada 3 Maret 2019. Sementara bagi Timnas U-22, hasil ini penting untuk pemantapan tim jelang berlaga di Piala AFF U-22 2019 pada pertengahan Februari ini.

Kedua tim mendapat pelajaran berharga. Bagi Milomir, menjadi sebuah PR besar untuk meningkatkan kerja sama tim. Sebab secara garis besar, pola penyerangan Arema tak berubah sebagaimana musim lalu. 

Masih bertumpu pada Makan Konate dan Dedik Setiawan. Tinggal bagaimana Milomir membikin rancangan serangan tim lebih sistematis sesuai dengan gaya bermain yang dia inginkan. Menarik ditunggu juga bagaimana pelatih berpaspor Bosnia ini melibatkan Pavel Smolyachenko yang belum bisa bermain di laga kali ini.

Namun jika berbicara hasil pelatih timnas U-22 mendapatkan porsi yang lebih banyak dari frasa progres tadi. Sebab, Ia bisa mengevaluasi hasil gagasannya yang dituangkan dalam pertandingan kali ini. Salah satunya ketika menerapkan deep defending atau bertahan lebih dalam.

Hal tersebut penting, sebab tim pelatih bisa mengeksplorasi efek dari strategi pertahanan rendah berupa prilaku taktis pemain, respon fisik, dan psikologis. Jika ditilik, pada babak pertama pertahanan yang dalam cukup sukses untuk meredam serangan-serangan Arema dan mengatur ritme permainan. Sedangkan di babak kedua, pertahanan sedikit lebih tinggi dan terdapat celah tersendiri.

Indra Sjafri pun mengakui hal tersebut dalam konferensi pers selepas pertandingan. "Kami ucapkan terima kasih kepada Arema. Kami sudah mendapat apa yang kami cari dari sebuah laga uji coba. Kami sudah menerapkan defending deep. Namun, masih ada celah kecil. Ini akan kami benahi," tandasnya.

Tekanan yang didapat dari Malang baik dari faktor teknis maupun nonteknis sangat berharga bagi perkembangan Timnas U-22 jelang keberangkatan ke Kamboja pada 15 Februari mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun