Di babak kedua baik tim tuan rumah maupun tim tamu melakukan rotasi beberapa pemainnya. Kedua tim melakukan pergantian di posisi penjaga gawang, Utam Rusdiana digantikan oleh Kartika Adjie. Sedangkan Timnas U-22 memasukan Nadeo Agrawinata untuk mengganti Satria Tama. Pergantian tersebut rasa-rasanya lebih ke penyegaran posisi saja dan tidak berkolerasi dengan urgensi strategi kedua pelatih.
Berbeda dengan masuknya Hanif Sjahbandi yang menggantikan Sani Rizki Fauzi. Indra agaknya menginginkan pemain tengah yang berani memegang bola dan mengendalikan permainan lebih intens. Hal tersebut terbukti, para pemain Timnas U-22 secara perlahan bisa mengubah problematika di babak pertama terkait transisi positif.
Kombinasi Hanif dan Luthfi bisa menjembatani antara build up yang dibangun oleh para pemain belakang dengan zona serangan di final third yang pada babak pertama kerap tak terlihat etos kerjanya. Bola mulai dapat dialirkan secara terstruktur, kepada Billy Keraf, Witan, maupun Marinus.
Disisi lain, Coach Indra pun mulai menanggapi hal positif ini dengan memasukkan para pemain dengan karakteristik menyerang dalam rentang waktu yang berbeda-beda. Seperti Rifal Lastori, Todd Ferre, Dimas Drajad, Muhammad Rafli, Nurhidayat Haji Haris, dan Firza Handika yang notabene seorang pemain belakang tetapi punya visi menyerang yang bagus.
Meski begitu, Arema sempat mencetak gol pada menit ke-68 lewat sundulan Hamka Hamzah. Namun kemudian wasit menganulir gol tersebut sebab sebelumnya telah terjadi pelanggaran lebih dulu di kotak penalti U-22. Sedangkan anak asuh Indra Sjafri baru bisa menciptakan peluang lewat Rafli pada menit ke-72 saat sepakan spekulasinya mengarah ke gawang akan tetapi berhasil diantisipasi oleh Kurniawan Kartika Adjie.
Setelah peluang tersebut, rancangan serangan U-22 mulai mencair. Tiga menit berselang, anak asuh Indra Sjafri membuat hening stadion Kanjuruhan lewat aksi Hanif Sjahbandi yang sukses mengelabui pemain bertahan Arema sebelum menceploskan bola lewat pleasing ciamik ke sudut kiri gawang Kartika Adjie. Di menit ke-75 skor berubah menjadi 1-0.
Hal tersebut membuat para pemain Arema termotivasi untuk lebih gencar melakukan serangan. Bahkan Hamka Hamzah yang berposisi sebagai stopper telah menemani Roberto Lima di barisan serangan. Artinya jika di futsal Arema betul-betul memanfaatkan sisa waktu pertandingan ini dengan skema power play.
Semua terlihat baik-baik saja bagi U-22 sebab transisi negatif mereka memang sudah teruji membuat frustasi para pemain senior Singo Edan sejak babak pertama. Namun, situasi kondusif tersebut hanya bisa dipertahankan dalam durasi 11 menit saja. Sebab pada menit ke-86 sepakan Rivaldi Bouwo salah diantisipasi oleh Nadeo dan menciptakan second ball bagi Roberto Lima.Â
Bagi predator berpengalaman, tentu peluang tersebut tidak bisa dikompromikan untuk gagal. Skor berubah menjadi sama kuat: 1-1.
Memang gol tersebut murni kesalahan fatal seorang penjaga gawang yang gagal mengantisipasi bola. Namun jika ditilik lebih dalam, masih ada kemungkinan bagi para bek untuk menggagalkan aksi menyelinap Roberto Lima.Â