Mohon tunggu...
Gigih Prayitno
Gigih Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Masih belajar agar dapat menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Insiden Ethiopian Airlines, Boeing 737 Max 8, dan Penerbangan di Indonesia

11 Maret 2019   21:56 Diperbarui: 12 Maret 2019   02:41 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sc : ethiopiaobserver.com

Pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh di Addis Ababa merupakan jenis yang sama dengan JT-610 milik Lion Air yang juga jatuh di Tanjung Karawang Oktober Lalu. Lalu bagamana tentang Boeing 737 Max 8 dengan situasi penerbangan di Indonesia

Belum hilang di ingatan kita tentang tragedi jatuhnya pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 jatuh di Tanjung Karawang pada Oktober 2018 lalu, pesawat milik Ethiopian Airlines mengalami tragedi yang sama.

Pesawat dengan jenis yang sama dengan JT-610 milik Lion Air, Boeing 737 Max 8 milik Ethiopian Airlines ini juga jatuh tak lama setelah lepas landas dari Addis Ababa pada Minggu (10/3/2019) waktu setempat.

Menurut laporan dari BBC, Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET-302 mengangkut 149 penumpang dengan 8 awak kabin dari ibu kota Ethiopia ke Nairobi Kenya, dan semua orang yang berada di dalam pesawat baik awak kabin maupun penumpang tidak ada yang selamat.

Dari total 149 penumpang, para korban berasal dari berbagai negara seperti Kenya 32 orang, Kanada 18 orang, Ethiopia 9 orang, Italia 8 orang, Tiongkok 8 orang, Amerika 8 orang, Inggir 7 orang, Prancis 7 orang, Mesir 6 orang, Jerman 5 orang, India 4 orang, Slovakia 4 orang dan Indonesia 1 orang.

Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban Ethiopian Airlines ET-302 bernama Harina Hafitz, seorang staff PBB di Roma yang bekerja untuk World Food Program (WFP) PBB.

Harina adalah satu dari tujuh staf dari World Food Program yang menjadi korban Ethiopian Airlines ET-302 direncanakan akan menghadiri pertemuan PBB di Nairobi, Kenya pada hari Senin (11/3/2019).

Pilot dengan Catatan Terbang Sempurna

The Guardian menyebutkan bahwa Pilot yang mengendalikan Ethiopian Airlines telah memiliki catatan terbang yang sempurna.

Pilot Yared Gatechew memiliki catatan terbang yang sempurna yakni sudah memiliki lebih dari 8 ribu jam terbang.

Sebelum jatuh, Pilot Yared Gatechew sempat meminta kembali ke bandara Bole karena pesawat yang diterbangkan mengalami masalah kendala teknis. Flightradar 24 menunjukkan bahwa Ethiopian Airlines ET-302 memiliki kecepatan vertikal yang tidak stabil setelah lepas landas.

Ethiopian Airlines sendiri merupakan satu maskapai terbesar di Afrika yang bersaing dengan South African Airways, Kenya Airways hingga Egyptair.

Tidak hanya itu, maskapai yang didirikan pada tahun 1945 tersebut pernah dianugerahi oleh Skytrax sebagai Maskapai Penerbangan Terbaik di Afrika pada tahun 2017, setelah sebelumnya predikat tersebut dipegang oleh South African Airways selama 14 tahun berturut-turut.

Pesawat Boeing 737 Max 8 sendiri baru diterima oleh Ethiopian Airlines pada November 2018 lalu, dikemudikan oleh seorang pilot senior dengan lebih dari 8 ribu jam jatuh setelah beberapa menit setelah lepas landas.

Kilas Balik Boeing 737 Max 8 Milik JT-610 Lion Air

Sumber: Tribun Jabar
Sumber: Tribun Jabar
Berdasarkan laporan Aviation Week, pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang pada akhir Oktober 2018 lalu terdapat beberapa masalah yang membuat pesawat sulit untuk dikendalikan.

Masalah dalam Boeing 737 Max 8 pada JT-610 tersebut mengakibatkan pesawat sulit ditangani ketika kecepatannya turun yang memicu bahwa kegagalan aerodinamis dan hilangnya kontrol sehingga bisa berakibat fatal dan menyebabkan kecelakaan.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada 28 Oktober 2018 lalu merilis laporan awal terkait jatuhnya Lion Air JT-610. KNKT sebelumnya menyebutkan bahwa sensor Angle of Attack (AoA) pada JT-610 bermasalah sejak penerbangan sebelumnya dengan rute Denpasar-Jakarta.

Namun KNKT merevisi hasil rilis tersebut dengan mengatakan bahwa Pesawat Lion Air JT-610 tersebut laik untuk terbang ketika terbang dari Denpasar.

Berdasarkan data dari kotak hitam flight data recorder (FDR) mengungkapkan bahwa Lion Air JT-610 sudah enam kali mengalami gangguan terhitung sejak 26 Oktober 2018 atau 3 hari sebelum jatuh di Tanjung Karawang.

Masalah tersebut berkaitan dengan indikator kecepatan, ketinggian pesawat dan Sensor Angle of Attact yang menunjukkan kemiringan pesawat.

Dengan kata lain, Pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air JT-610 pada saat jatuh mengalami masalah terkait ketinggian dan kecepatan termasuk dengan penurunan moncong pesawat. Sang Pilot berulang kali berusaha menaikkan moncong pesawat dan mampu mengendalikan pesawat selama 10 menit, namun setelah itu kotak hitam berhenti merekam data.

Mengenal Boeing 737 Max 8

Boeing 737 Max 8 adalah pesawat jenis baru yang dikeluarkan oleh Boeing Commercial Airplanes pada tahun 2016. Di Indonesia Lion Air lah yang pertama kali mengoperasikan pesawat jenis ini pada pertengahan tahun 2017 lalu.

Sedangkan Ethiopian Airlines mulai mengoperasikan Boeing 737 Max 8 pada Oktober lalu, baru empat bulan setelah diterima dari Boeing dan mengalami kecelakaan.

Boeing 737 Max 8 didesain sebagai pesawat yang efisien bahan bakar berkapasitas 200 kursi penumpang dengan daya jelajah terbang sekitar 6.500 kilometer, lebih jauh dibandingkan dengan varian Next Generation (NG))

Boeing 737 Max 8 sendiri berisi mesin model baru yang lebih besar, lebih kuat dan lebih berat dari model jet Boeing sebelumnya. Mesin Jet Boeing 737 diletakkan di sayap pesawat sehingga menyebabkan beberapa masalah.

Infografik Boeing 737 Max 8 (Kompas)
Infografik Boeing 737 Max 8 (Kompas)
Tidak hanya itu, mesin jet Boeing 737 Max 8 diketahui lebih besar namun dengan ground clearance 737 yang pendek yakni sekitar 17 inci menyebabkan masalah tersendiri dalam pesawat jenis ini.

Pesawat Boeing 737 Max 8 juga mengalami perubahan karakteristik dalam penanganan kecepatan terbang rendah. Hal ini dikarenakan ukuran mesin MAX khususnya pada diameter bilah kipas besar dibagian depan hampir 70 inci dengan berat lebih dari 849 pound.

Pada akhir 2015, pihak Boeing mengklaim telah menerima sekitar 300 pesanan 737 Max dari berbagai konsumen di seluruh dunia, di Indonesia yang memesan pesawat jenis ini adalah Lion Air, Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia.

Pada sekarang ini, Boeing 737 Max 8 dioperasikan dibeberapa maskapai terkemuka di dunia seperti Southwest Air, Lion Air, Norwegian Air International, Flydubai, WestJet, Shanghai, Air China, American Airlines, SilkAir, China Eastern Airlines, Air Canada.

Sementara di Indonesia Boeing 737 Max 8 dioperasikan oleh maskapai Lion Air dan Garuda Indonesia.

Dikandangkan dan Dilarang Terbang

Usai peristiwa kecelakan Pesawat Ethiopian Airlines ET-302, para maskapai penerbangan mulai was-was terkait pengoperasian Pesawat jenis ini.

Ketika investigasi kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines sedang berlangsung, CNN mengatakan bawah Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok memerintahkan semua jet jenis Boeing 737 Max 8 didaratkan dan dilarang terbang.

Diketahui bahwa Tiongkok merupakan negara yang memiliki armada Boeing 737 Max 8 terbesar di dunia dengan mengoperasikan sekitar 97 pesawat.

Tidak hanya Tiongkok, Ethiopian Airlines dan Cayman Airways juga mengumumkan bahwa armada pesawat jet yang sama juga tidak diterbangkan demi tindakan pencegahan dan keselamatan.

Hal itu pun diikuti oleh pemerintah Indonesia melalui Kementrian Perhubungan (Kemenhub) memutuskan untuk melarang terbang untuk sementara pesawat Boeing 737 Max 8 di Indonesia.

Diketahui saat ini Lion Air memiliki 10 pesawat dan Garuda Indonesia mengoperasikan 1 pesawat Boeing 737 Max 8.

Boeing 737 Max 8 di Indonesia

Boeing 737 Max 8 (Sumber: Boeing.com)
Boeing 737 Max 8 (Sumber: Boeing.com)
Boeing 737 Max sendiri masih relatif baru di dunia penerbangan, pesawat ini juga dgunakan untuk penerbangan komersil mulai tahun 2017. Tidak hanya itu pemesanan pesawat jet jenis ini juga mencatatkan sejarah menjadi jenis pesawat yang paling banyak dan cepat dipesan di seluruh dunia.

Diakumulasikan pesawat jenis ini dipesan hampir 4.700 unit oleh sekitar 100 maskapai di seluruh dunia.

Lion Air merupakan salah satu pemesan terbesar dengan memesan 201 unit armada jenis 737 max. Dengan ini menjadikan Lion Air sebagai pembeli terbesar ketiga setelah Southwest Airlines dan Flydubai.

Boeing 737 Max pesanan Lion akan dikirim bertahap, tujuh pesawat pada tahun 2019, 24 pesawat pada 2020 dan 35 sisanya akan dikirim pada tahun berikutnya.

Sedangkan maskapai Garuda Indonesia tercatat memesan 50 unit armada Boeing 737 Max 8 dan sudah diterima dan digunakan oleh garuda 1 armada.

Dan terakhir, maskapai Sriwijaya Air juga berencana untuk memesan pesawat Boeing 737 Max 8 sebanyak 20 unit, namun sampai saat ini pesawat tersebut belum diterima oleh Sriwijaya Air.

Dengan jumlah pesawat yang akan didatangkan sebanyak ini dan peristiwa fatal yang terjadi dalam waktu yang berdekatan tentunya ini menjadi ancaman serta baying-bayang ketakutan bagi penerbangan di Indonesia.

Belum lagi masalah polemik terkait transportasi udara seperti mahalnya harga tiket, bagasi berbayar hingga dugaan monopoli pada industry penerbangan di Indonesia yang masih juga belum usai jangan membuat kita menjadi lengah dan tidak waspada.

Sebagai satu transportasi public yang sering digunakan, hak-hak konsumen seperti kenyamanan, keamanan dan keselamatan harus menjadi prioritas utama baik dari para stakeholder dunia penerbangan maupun Kementrian Perhubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun