Mohon tunggu...
Julia Maria Van Tiel
Julia Maria Van Tiel Mohon Tunggu... -

Penulis buku Anakku Terlambat Bicara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

PPI Belanda Ngawur Mengatakan Bendungan Laut Kadaluarsa

26 Juni 2016   14:01 Diperbarui: 22 Desember 2016   10:46 12705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garis merah menunjukkan tanggul yang dibuat menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya.| Sumber: http://www.zeeuwseankers.nl/public/nl-NL/verhaal/548/deltawerken-1

PPI Belanda membuat siaran pers yang dirilis oleh berbagai media Indonesia dengan judul

“Pelajar Indonesia di Belanda: Reklamasi Pulau di Teluk Jakarta Itu Ide Kuno”

 Isi siaran pers di kalimat pembuka:
Mahasiswa Indonesia di Belanda menyebutkan bahwa rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk melakukan reklamasi pulau dan membentuk Giant Sea Wall sebagai bentuk pertahanan pesisir sebagai ide yang ketinggalan zaman dan sudah ditinggalkan oleh negara-negara maju, seperti Belanda.

Baru satu kalimat ini saya sudah tercekat, betapa judul dan kalimat ini sungguh menyesatkan bagi mereka yang kurang memahami bagaimana kondisi dan situasi Belanda yang negaranya berada di bawah permukaan laut itu, Buat suami saya yang warga Belanda  pengajar teknik sipil basah di Belanda, ataupun anak saya yang mahasiswa sipil bagunan, jelas penyataan itu membuat sakit hati. Seolah ilmunya diinjak-injak oleh Indonesisch studenten dan secara tidak langsung sudah memfitnah para ilmuwan Belanda. Seolah para ilmuwan Belanda sudah salah memberi advis pada Indonesia dengan ilmu yang kadaluarsa. Pemerintah Indonesia dengan bodohnya mau menerima yang sudah kuno itu. Terlalu toch?

Dalam siaran pers itu dijelaskan bahwa Belanda sudah meninggalkan konsep tanggul laut lalu sekarang beralih ke konsep lain yaitu Room for The Rivers dan Sand Nourishment.

Kalimatnya sebagai berikut:
 “ …..upaya mitigasi banjir di Belanda justru dilakukan dengan merobohkan tanggul-tangggul sungai yang sudah ada dan menggantinya dengan konsep "Room for the rivers".

Saya tidak tahu, apakah yang menyusun siaran pers ini sengaja membuat sensasi atau memang justru sebetulnya tidak paham dengan apa yang ditulisnya. Karena pernyataan itu jelas sangat tidak benar. Padahal banyak sekali website berbahasa Belanda yang menjelaskan tentang berbagai kemajuan, ide-ide baru, teknik-teknik baru dan rencana selanjutnya dengan penataan airdan dijken (pertanggulan). Apakah yang membuat rilis tidak pernah membacanya?

Masyarakat Belanda yang umumnya olahraga bersepeda itu seringkali mengunjungi de dijken (tanggul-tanggul) dan de sluizen (pintu air)  mempelajari sendiri tentang pertanggulan di negerinya. Jadi pengetahuan tentang tanggul sudah umum. Di sekolah lanjutan mereka juga dapat. Dengan begitu persoalan tanggul adalah pengetahuan umum.  Mereka menyadari akan pentingnya tanggul bagi kehidupan di tanah Belanda, baik bagi manusia, binatang, maupun tanaman. Para ahli tanggul dan pengairan senantiasa mengembangkan ide-ide barunya menjaga negerinya dari serangan badai laut maupun hujan. Lalu mengapa tiba-tiba ada sekelompok pelajar Indonesia mengatakan bahwa tanggul laut sudah kuno, kadaluarsa, sudah ditinggalkan dan bahkan tanggul sungainya dibongkari. Ongeloflijk he? Bukan main.

Tanggul laut dan room for the riviers

Tanggul laut dan Room for the riviersadalah dua hal yang berbeda. Tanggul laut berurusan dengan pertahanan air dari laut, sedang room for the riviers adalah memperluas sungai sebagai pertahanan terhadap air hujan.

Room for the riviers atau ruimte voor de riviers diajukan karena meluapnya air sungai-sungai besar di Belanda di tahun 1993 dan 1995. Konsep ini mulai dikerjakan tahun 2007 di 36 tempat di Belanda. Para ahli berpendapat bahwa meluapnya air disebabkan karena air kekurangan ruangan sebagai akibat dari adanya tanggul kecil di tengah sungai yang disebut zomerdijk (tanggul musim panas). Sungai-sungai yang besar itu jika musim panas hanya dialiri oleh sedikit air sedang sungainya sangat lebar air menjadi dangkal sehingga kapal tidak bisa masuk. Padahal sungai di Belanda adalah sarana transportasi. Untuk mengatasi ini orang kemudian membuat tanggul di tengah sungai supaya semua air yang ada terkumpul di tengah. Tetapi nyatanya di musim dingin dan hujan, air justru meluap menyebabkan banjir di mana-mana. Kemudian zomerdijk ini harus dibongkar sebagai gantinya dasar sungai bagian tengah diperdalam agar kapal masih dapat liwat. Sementara itu tanggul tepi sungai yang disebut winterdijk dipindah yang menjadikan sungai menjadi lebih lebar. Winterdijk diperkuat dengan cara meninggikan serta memilihkan material yang tahan jika ada tekanan dan badai (Jadi tidak benar jika tanggul-tanggul sungai dibongkar, hanya zomerdijk di beberapa tempat memang dibongkar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun