Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompasianer Menuntut Menkumham

25 September 2015   08:02 Diperbarui: 25 September 2015   08:02 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca sana-sini di Kompasiana akhir-akhir ini. Hampir selalu ketemu artikel yang membahas "tragedi" PK Gayus Tambunan. Bukan masalah PK-nya Gayus yg ditolak mentah-mentah oleh Mahkamah Agung, melainkan PK yang merupakan sebutan sebuah akun misterius di Kompasiana. Tak terhitung banyaknya "karya" yang dihasilkan akun itu sehingga tidak berlebihan kiranya jika kita sebut pemilik akun itu sebagai "karyawan", khususnya karyawan (di) Kompasiana. Ya, Pakde Kartono adalah karyawan besar (di) Kompasiana.

"Geger" alias "gonjang-ganjing" alias kisruh yang terjadi di Kompasiana belakangan ini berkaitan dengan polemik siapakah yang ada di balik akun Pakde Kartono. Polemik meluber kesana kemari karena kemungkinan pemegang akun Pakde Kartono adalah Gayus Tambunan telah terindikasi. Bahkan, Pakde Kartono sendiri terpojok dan makin kesulitan memberikan alibi meski melalui artikel yang dijudulinya klarifikasi. Dan kini, ketidakhadiran beliau di Kompasiana sini tetap saja tak bisa dimaknai hanya sebagai manifestasi keengganan diri, karena bisa saja ketidakhadiran itu akibat ketidakmungkinan situasi oleh kebijakan isolasi.

Maka aksi tebak sana-sini masih saja terjadi meski sebagian pihak sudah mulai menahan diri. Satu pihak sekadar pasrah menanti "hook" pamungkas dari pihak seberang yang mampu menjungkalkan alibi. Pihak satunya mempersiapkan pesta kembang api syukuran kesahihan opini. Jadi, meski secara skala Richter gempa itu tak lagi berpotensi tsunami, tremor-tremornya masih cukup mengganggu kenyamanan tidur siang maupun malam hari. Namun, bagaimanapun juga semua ketidaknyamanan itu harus diakhiri.

Kita semua sama-sama bosan menunggu. Sayangnya, tak semua hal bisa diselesaikan dengan tinju atau peluru. Sementara yang diisolasi tak lagi bisa kita buru, pejabat yang punya akses ke ruang isolasi saja yang kita desak supaya buru-buru. Siapa?
Sipir? Coret!
Kalapas?? Coret‼
Dirjen Kemenkumham??? Coret‼!
Langsung aja ke Pak Menteri. Menkumham Yasona Laoly.

Sebagai kompasianer, saya menuntut Pak Yasona melakukannya sesegera mungkin. Saya sebenarnya tidak terlalu peduli Gayus Tambunan itu benar-benar sudah miskin atau belum. Saya juga tidak terlalu peduli Gayus Tambunan itu beneran mau bercerai atau cuma cari-cari cara untuk jalan-jalan keluar penjara. Saya tidak terlalu peduli itu semua. Jadi, kalau "menginterogasi" Gayus, baiknya pertanyaanya lebih "smart" yang sesuai dengan harapan saya selaku kompasianer. Ini bukan soal tentang opini mbulet-mbulet alasan moral atau keadilan, saya cuma titip:

Tolong tanyakan apakah Gayus Tambunan itu pemegang akun Pakde Kartono di Kompasiana atau bukan, lalu sampaikan hasilnya secara terbuka.

Itu saja. Kami tunggu secepatnya! Clear, yaa.

Dewa Admin mah di kahyangan. Mana terusik dengan kekisruhan mayapada. Mereka terusik jika kahyangan yg kena prahara. Tapi itu cuma terjadi klo ada/banyak ksatria yg berpuasa sehingga minim artikel bagus yang naik ke sana. Saya rakyat jelata kasta sudra mah bisanya apa atuh.. paling cuma bercita-citata. Ini serius Pak Yasona! Anda jangan ketawa.

--

Planet Mars, 25 September 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun