Mohon tunggu...
Anggiani Wisda
Anggiani Wisda Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya membagikan apa yang saya baca, saya tonton, dan saya lihat, yang menginspirasi saya, sehingga dapat dibaca dan menginspirasi kembali. Sebab hal baik, tentu saja harus diteruskan secara estafet. 😉

Everything You Can Imagine Is REAL!

Selanjutnya

Tutup

Financial

Persediaan Payung untuk Hujan di 2021

5 Januari 2021   23:42 Diperbarui: 5 Januari 2021   23:50 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi menggunakan payung kan memang bukan budaya kita Don, pakai daun pisang yang iya dulu sejarahnya kalau hujan." Kata Laras menimpali presentasi Doni di kelas Online hari ini. 

"Budaya kita mah banjir Don, nggak mempan payung mah. Hahahaha." Darmi menimpali ketika Laras selesai berbicara.

Doni yang belum menyelesaikan presentasinya bengong mendengar ledekan kawan-kawanya di kuliah pagi via Zoom hari ini. Padahal Doni hanya berusaha menganalogikan seperti apa penempatan perusahaan asuransi pada tugas kuliah yang di berikan Bu Ina, dosen PSAK-nya minggu lalu. 

Tema ini memang sengaja dipilih Oleh Ibu Ina sebagai tugas karena belakangan permasalahan dalam aspek kesehatan lagi sering diangkat. Mulai dari isu beberapa rumah sakit yang diberitakan sengaja 'meng-covid-kan' pasien agar dana dari pemerintah turun, BPJS yang punya tunggakan hutang begitu besar tapi tahun ini masih harus mendapat alokasi dana lebih besar karena wabah covid-19, sampai kasus perusahaan asuransi milik republik yang pailit karena ada kasus korupsi di dalamnya. Sehingga harapan Bu Ina mahasiswanya dapat menjadi pengawas yang lebih terbuka pemikirannya ketika nantinya memasuki dunia kerja, seperti apa penerapan PSAK oleh perusahaan tempat mereka bekerja nanti.

Perusahaan asuransi sebenarnya adalah lembaga yang bergerak dibidang jasa yang sistem kerjanya, laporan keuangannya, dan standar bekerja serta pendiriannya juga sudah diatur oleh republik ini karena juga mendatangkan pendapatan negara dari pembayaran pajak yang tidak bisa dibilang kecil. 

Namun boleh di cek di berbagai chanel media sosial dari perusahaan asuransi yang sampai hari ini masih berdiri tegak, selalu saja ada komentar negatif yang menghujat perusahaan asuransi sebagai pencuri yang memakan uang nasabahnya. Sebenarnya siapa yang gagal paham? Masyarakat di republik ini ataukah kinerja dari perusahaan asuransi itu sendiri yang tidak menerapkan peraturan PSAK dengan baik? 

Sedangkan asuransi satu-satunya bentuk transfer resiko paling efektif hari ini yang cocok sekali penerapan peribahasa sedia payung sebelum hujan dalam praktek real-nya. Atau mungkin inilah tanda spesifik pertama yang membedakan masyarakat di negara maju dengan negara berkembang? Begitulah sepenggal ide yang coba di utarakan Doni memulai presentasinya.

"Asuransi itu haram Don kata ustad aku, RIBA!!" Lanjut Aisyah kepada Doni. Doni memang lagi apes sepertinya karena mendapat giliran presentasi pertama hari ini. Bu Ina yang mendengar celotehan Aisyah tersenyum dan sesekali melihat ke arah gadis itu dengan muka geli, mengetahui ternyata mayoritas dari mahasiswanya masih punya kacamata bawaan dari keluarga, lingkungan, atau pemberitaan tentang asuransi meskipun mereka mengambil jurusan akuntansi dan mempelajari segala tindak tanduk dan kinerja perusahaan segala macam bidang yang menjadi pelaku perekonomian.

Permasalahan pelik seperti ini memang akan terjadi akibat dari gegar budaya atau adopsi keilmuan dari luar yang dibawa masuk untuk digunakan dalam perkembangan hidup di republik. Meskipun tujuannya baik, sama halnya dengan masukknya kecanggihan teknologi yang juga bisa dirasakan republik kita sebagai negara berkembang. Kesalahpahaman bisa saja datang dari informasi yang sepenggal-sepenggal dan kejelasannya masih simpang siur namun dianggap sebagai faktual oleh mayoritas masyarakat sehingga menjadi sangat sulit untuk diluruskan.

Datangnya pandemi wabah Covid-19 ini mau tidak mau membuat kita berbenah dari segala macam aspek, terutama finansial. Begitu pentingnya memiliki proteksi sebagai sarana transfer resiko sehingga tidak mengambil jalan pintas berhutang atau menjual aset yang berdampak penurunan taraf ekonomi dalam keluarga. Contoh pada pertengahan tahun kemarin, muncul pemberitaan seorang anggota keluarga pasien yang rela membeli ventilator sendiri agar Ibunya dapat dirawat di rumah sakit di wilayahnya karena rumah sakit tersebut memiliki jumlah ventilator yang tidak memadahi sehingga berhenti menerima pasien.

Permasalahan seperti ini mungkin masih akan terus berlanjut dan masih akan kita dengar di tahun 2021 ini, sama hal nya dengan permasalahan banjir yang tidak kunjung mendapatkan solusi padahal pejabat negaranya sudah jauh-jauh studi banding sampai ke Jepang, Cina, atau New York mungkin? Butuh waktu yang panjang untuk bisa membahas aspek ekonomi yang berlapis-lapis seperti bawang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun