Tulang belikat (skapula) berperan sentral dalam mekanisme muskuloskeletal bahu dan punggung atas. Gangguan posisi atau fungsi tulang ini sering kali berkorelasi dengan kelainan tulang belakang, terutama skoliosis. Artikel ini meninjau aspek anatomi, biomekanika, serta potensi kontribusi tulang belikat dalam mendeteksi dini dan memahami risiko skoliosis, khususnya pada usia pertumbuhan.
Pendahuluan
Skapula atau tulang belikat merupakan elemen penting dari kinematika bahu. Dengan struktur pipih dan bentuk segitiga, tulang ini terletak di antara tingkat iga ke-2 hingga ke-7, berfungsi sebagai titik tumpu berbagai otot bahu dan punggung. Meski tidak terlibat langsung dalam struktur kolumna vertebralis, perubahan pada posisi skapula dapat menjadi indikator adanya kelainan struktural, termasuk skoliosis.
Skoliosis sendiri adalah kelainan tiga dimensi pada tulang belakang yang ditandai oleh deviasi lateral, rotasi vertebra, dan deformitas dalam bidang sagital. Diagnosis dini sangat bergantung pada identifikasi tanda-tanda klinis eksternal, salah satunya adalah asimetri tulang belikat.
Anatomi dan Biomekanika Tulang Belikat
Tulang belikat terdiri dari korpus skapula, spina skapula, prosesus akromion, dan prosesus korakoid. Secara fungsional, skapula berperan dalam:
Pergerakan sendi glenohumeral, memungkinkan fleksibilitas rotasi bahu.
Stabilisasi otot punggung atas, seperti trapezius, serratus anterior, dan rhomboideus.
Transmisi beban dari lengan ke tulang aksial, melalui artikulasi dengan klavikula.
Pergerakan skapula normal dikenal dengan istilah scapulohumeral rhythm, yang memfasilitasi pergerakan harmonis antara lengan dan bahu. Gangguan pada ritme ini dapat menandakan adanya disfungsi otot atau kelainan struktural.
Skapula dan Deteksi Dini Skoliosis