Mohon tunggu...
Gia
Gia Mohon Tunggu... Freelancer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Intip Rahasia di Balik Uniknya Nasi Goreng Papua Milik Samidin

10 November 2019   12:56 Diperbarui: 13 November 2019   21:25 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Goreng Papua Milik Samidin (Dok. Pribadi)

Nasi goreng sudah menjadi kuliner yang lumrah dijajakan di berbagai daerah di Indonesia, tak terkecuali di Yogyakarta. Namun, di Jalan Godean No.2, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ada sebuah warung nasi goreng pinggir jalan yang unik dan selalu ramai pengunjung, yakni Nasi Goreng Papua.

Nama dari warung ini sudah memunculkan pertanyaan di benak. Nasi Goreng Papua apakah asal makananannya dari Papua atau justru penjualnya merantau dari Tanah Papua? Jawabannya, bukan keduanya.

Menurut Samidin (54), pemilik sekaligus juru masak di Nasi Goreng Papua, kata 'Papua' diambil dari kesetiaan pengunjungnya. "Namanya sendiri Papua ya soalnya yang banyak maem (makan) di sini Orang Papua," ujar Samidin.

Memang di sekitar Jalan Godean tersebut berdiri banyak kampus. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan ASMI Santa Maria misalnya. Mahasiswa dari kampus-kampus tersebut beberapa asalnya dari Tanah Papua. "Ya kebanyakan yang maem (makan) di sini mahasiswa-mahasiswa itu, yang kampus sama kosnya dekat sini," kata Samidin. 

Penulis juga menjumpai siswa-siswi SMA lengkap dengan seragamnya, mahasiswa, hingga mereka yang baru pulang dari kantornya mampir di Nasi Goreng Papua milik Samidin ini. Alhasil, Nasi Goreng Papua tidak pernah sepi pengunjung dari awal buka pukul 16.30 WIB hingga tutup pukul 24.00 WIB.

Porsi nasi goreng yang disajikan di Nasi Goreng Papua juga tidak kalah menariknya. "Satu porsi nasi goreng ya isinya segini, Mbak, lebih dikit," tutur Samidin pada penulis sembari menunjukkan sebuah mangkuk yang diisi nasi putih. 

Porsi nasi goreng di Nasi Goreng Papua (Dok. Pribadi)
Porsi nasi goreng di Nasi Goreng Papua (Dok. Pribadi)
Semangkuk lebih nasi putih tersebut sebagai bahan dasar nasi goreng yang nantinya akan diolah di penggorengan. Menurut Samidin, porsi banyak dalam sepiring nasi goreng ini asalnya dari permintaan pengunjung.

"Saya sediakan banyak ya soalnya yang pada dateng mintanya banyak," lanjut Samidin.

Nasi goreng yang dihargai Rp 12.000 per porsi berisi kol dan sawi serta telur. Porsi yang lebih banyak daripada porsi penjual nasi goreng pada umumnya tersebut ternyata berisi satu butir telur. "Ya, nggak rugi lah, Mbak. Memang satu porsi isinya satu telornya," kata Samidin.

Porsi untuk makan di tempat dan dibungkus juga tidak berbeda. Bahkan, pengunjung yang tidak dapat menghabiskan seporsi nasi goreng di tempat juga dapat meminta sisanya untuk dibungkus dan dibawa pulang.

"Rasanya enak dan porsinya banyak banget, terus murah. Ini saya sampai minta bungkus juga," ujar Lukas Adi (23), mahasiswa asal Kota Yogyakarta yang baru pertama kali berkunjung ke Nasi Goreng Papua.

Selama satu setengah tahun, nasi goreng dijajakan Samidin dengan gerobak miliknya di pinggir jalan di halaman sebuah ruko yang sudah lama tidak digunakan. Berbicara mengenai tempat berjualan, biaya sewa lebih murah apabila ia berjualan di pinggir jalan ketimbang harus menyewa tempat. 

Letaknya tepat di depan ruko yang tak lagi digunakan (Dok. Pribadi)
Letaknya tepat di depan ruko yang tak lagi digunakan (Dok. Pribadi)
Biaya sewa lebih murah lagi karena ruko tersebut sudah tidak pernah digunakan. "Saya seneng di sini, Mbak, murah soalnya," tuturnya diselingi gelak tawa.

Tepat di depan ruko tersebut, pengunjung di Nasi Goreng Papua dapat menikmati makan sambil duduk lesehan atau menggunakan kursi plastik yang diletakkan di samping gerobak. 

"Ini baru jam segini (ketika itu pukul 18.30 WIB) coba nanti malem lagi pada sampai sana itu duduknya," kata Samidi sembari menunjuk ruko sebelah yang ketika itu belum dipasang tikar untuk lesehan. Semakin malam, pesanan nasi goreng tak kunjung henti. Satu per satu pengunjung datang memesan menu favorit, nasi goreng.

Samidin juga mengatakan bahwa ia berjualan hanya berdua, dengan sang istri. "Saya jualan cuma sama ibu (istri) aja, cuma berdua, sampai dagangan habis," kata Samidin. 

Bahan baku untuk nasi goreng dan menu lainnya yakni bakmi goreng, bakmi godog, bihun goreng, bihun godog, capcay goreng, dan capcay rebus juga selalu tak bersisa setiap harinya. Padahal, penulis menyaksikan sendiri betapa penuhnya wadah yang berisi bahan baku sayur-mayur yang diletakkan Samidin di gerobaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun