Mohon tunggu...
Ghulam Nayazri
Ghulam Nayazri Mohon Tunggu... -

Graduated from University of Indonesia, Arabic Program, and always concern about Indonesia, specially in sociology and politics

Selanjutnya

Tutup

Politik

Opini Seputar Faktor Penyebab Golput

10 Juli 2014   02:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:49 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita sudah sangat sulit mencoba keluar dari awan kediktatoran dengan mengorbankan banyak waktu, biaya dan nyawa demi menuju kecerahan demokrasi dengan kebebasan berpendapat dan berekspresi. Namun, yang muncul saat ini adalah sikap acuh kita masyarakat Indonesia, yang timbul dari kebebasan berpendapat dan berekspresi yang kebablasan.

Ada beberapa faktor yang membuat kita (masyarakat Indonesia) enggan berpartisipasi dalam pemilu, diantaranya adalah anggapan bahwa pemilu tidak berkaitan dengan segala kebutuhan kita (jalan bagus, biaya kuliah, keamanan, peluang pekerjaan dll), doktrin teologis, kebingungan akan banyaknya isu yg bermunculan mengenai parpol dan calon presiden dan kekecewaan akan kegagalan sistem pemerintahan yang sebelumnya.

a. Anggapan pemilu tidak berimbas pada kebutuhan

Beberapa masyarakat yang memilih untuk golput biasanya memiliki anggapan bahwa sesungguhnya hasil dari pemilu tidak berimbas pap-apa bagi kebutuhan mereka.

Hal ini sesunggguhnya salah, karena pada dasarnya kebijakan-kebijaan pemerintah yang baru menentukan kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat Indonesia, motvasi mereka adalah ingin lebih baik daripada pemerintah terdahulunya. Jalan raya, biaya sekolah, harga bahan pokok dll sesungguhnya merupakan impact dari pemilu. Mungkin bagi masyarakat yang sudah mapan secara finansial tidak berpengaruh dengan itu, tapi kita tidak hanya sendiri hidup di negara ini tapi bersama dengan saudara-saudara kita sebangsa yang tentu keadaan finansialnya tidak sebaik kita dan mereka sungguh menginginkan kehidupan yang lebih baik dengan pemerintah yang baru.

b. Doktrin Teologis

Masyarakat dalam golongan yang fanatik akan satu agama tertentu dapat digolongkan sebagai masyarakat yang rentan akan perilaku golput. Biasanya hal ini terjadi saat pimpinan keagamaan memfatwakan bahwa pemerintah yang tiak sesuai dengan ajaran agamanya adalah sesuatu yang haram dan berpartisipasi di dalamnya juga ikut haram, termasuk mencoblos.

Khususnya dalam Islam, ikut menentukan kemajuan bangsa adalah sesuatu yang penting dan wajib dilakukan, karena impactnya terhadap pelaksanaan ibadah akan bisa dirasakan. Seperti MUI yang mengeluarkan fatwa haram untuk golput. Dan jika orang yang kita pilih berbuat korupsi, kita tidak akan mendapat dosa karena dialah sesungguhnya yang tidak menjalankan amanat.

c. Kebingungan Karena Banyaknya Isu-Isu (Biasanya Anak Muda dan Masyarakat Awam)

Banyaknya isu atau pemberitaan mengenai beberpa parpol dan subjek yang dipilih adalah hal yang wajar untuk menjatuhkan pamor salah satu kandidat. Dan bagi pemilih muda dan masyarakat awam, keadaan seperti ini sungguh sangat membingungkan hingga pada akhirnya mereka jadi enggan untuk memilih karena bingung atau karena doktrin golput atau berakhir menjadi swing voters (belum mempunyai pilihan saat masuk bilik suara).

Sesungguhnya pemberitaan yang tidak didasari atas fakta yang jelas tidaklah patut diikuti, dan keyakinan harus ditanamkan, tapi pastinya sebelum berkeyakinan pada tokoh tertentu kita harus bisa menggali informasi mengenai tokoh tersebut tapi informasi yang valid dan kemudian bisa kita lihat visi misinya, semangatnya, serta kontribusinya bagi Indonesia. Jangan mudah terbawa pada pemberitaan-pemberitaan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Kita harus yakin dan percaya seperti kita mempercayakan harapan dan cinta kita pada pacar-pacar kita. (azeeek wkwkwk)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun