Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tembakau, Kopi, dan Kaum Pekerja

5 April 2020   19:19 Diperbarui: 5 April 2020   19:27 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Komunitas Kretek

Kehangatan dari sang surya yang belum muncul, menjadi awal pertama bagi pekerja, buruh dan petani untuk mempersiapkan diri bersiap mengais rezeki di kehidupan yang semakin pekik. Tanpa rasa takut dan putus asa tampak dari wajah mereka, yang terus merajut asa dengan harap keturunan mereka jauh dari penderitaan seperti kehidupan mereka yang sedang ia jalani. Sering terlintas dalam fikir mereka, apa sebenarnya arti dari kehidupan? takdirkah? atau tertindaskah? setiap hari terlintas dalam pikir mereka, dan ada beberapa obatlah yang bisa mengurangi rasa sakit itu -Agama, kopi dan tembakau.

Kerja, Kerja dan kerja. Itulah semboyan yang terpatri dalam diri mereka. Tidak ada yang bisa diharapkan dan dipercayakan lagi selain dengan memperkuat motivasi diri untuk bekerja dan beberapa waktu untuk meminta kepada ilahiah untuk mempermudah jalan hidupnya. Kotor, bau, kucuran keringat dan mengorbankan nyawa, menjadi bagian dari kehidupan seorang pekerja untuk mengasi rupiah demi kelanjutan hidup mereka. Wejangan Agama sering mereka dengarkan untuk melipu lara dan untuk tetap meniti jalan yang kadang perih.

Berangkat petang pulang petang, sudah menjadi hal yang wajib mereka lakukan dan sering ia lupa terhadap kesehatan mereka. "Tubuh ini harus bekerja, kerja dan kerja sampai tak bisa lagi digunakan"-wejangan seorang penjual koran yang rawan tertimbun oleh eksistensi surat kabar media elektronik yang telah menjamur. "hanya itu yang bisa saya lakukan pak, dari pada mencuri di negeri sendiri, syukur tidak dihakimi".

Bertemu dengan keluarga sangatlah cukup untuk menambah ghirah bekerja agar bisa bekerja lebih giat. Memberikan semangat dan didikan kepada sang anak tak lupa dilakukan oleh para Bapak  buruh dan petani, untuk mendorong anaknya agar senasib lebih baik dibanding mereka.

Setiap malam ia selalu berdiskusi dengan istrinya untuk memberikan sedikit wejangan dan beberapa opsi diskusi untuk kehidupan mereka yang lebih baik, tak lupa selinting tembakau yang ia beli di pasar dengan harga murah untuk mengatasi kenaikan tembakau. Tidak ada kata lain selain mencari jalan lain untuk membeli tembakau. 

Tembakau bagi mereka adalah sebuah hiburan untuk menenangkan beberapa tekanan kehidupan selain penggunaan narasi-narasi kereligiusitasan. Kalau sampai harga tembakau kiloan naik, matilah sudah hiburan bagi kaum pekerja. Tak lupa secangkir kopi yang setia menemani perbincangan hangat malam mereka. Sang pekerja juga merenung terkait dengan koran yang menyampaikan bakal ada kenaikan harga kopi. Semakin pusing ia dibuat oleh negara yang kadang melatih kesabaran mereka. 

Selepas pulang kerja, bersama-sama kawan mereka, membakar satu linting tembakau yang sarat akan keakraban dan penuh dengan wawasan yang akan terpantik. Setiap hisapan akan memaksa mereka untuk memaparkan beberapa narasi-narasi terkait dengan kehidupan ini. Sungguh ajaib, fungsi dari tembakau ini dan tak banyak yang membenci ciptaan tuhan tersebut. 

Isu-isu pemberitaan sekalipun dapat dibahas dan dipecahkan dengan membakar selinting batang rokok dan secangkir kopi. Dengan secangkir kopi dan selinting rokok akan melumasi dan akan membuka perbincangan skala nasional maupun global. Tak pelak isu-isu strategis yang sering menghantui para buruh dan petani -RUU Omnibuslaw dapat terungkap dan tercerdaskan walaupun media acuh dan cenderung menutupi dengan isu-isu se-strategis tersebut. 

Kopi dan tembakau tidak bisa di pisahkan oleh sebagian kehidupan kaum pekerja. Kedua ciptaan tuhan tersebut sebagai bentuk anugrah yang wajib disyukuri. Dengan menghisap beberapa linting tembakau ia bisa hidup dan bekerja lebih giat. Walaupun kaum-kaum yang mengaku terpelajar kadang selalu mengkambinghitamkan rokok sebagai penyebab dari penurunan kualitas kerja masyarakat. 

Yang ia tahu rokok adalah suplemen yang dapat memacu ghirah bekerja dan menghindarkan diri dari kuldesak. Rokok sering menjadi doping untuk mengamati celah realitas kehidupan yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. Dan Perusahaan rokok yang selalu disalahkan selalu berbuat baik kepada pihak dinas kesehatan untuk memberikan sedikit rezeki untuk membantu memajukan kesehatan pula. Sungguh, mental yang tak ternilai harganya, walaupun diinjak dan dicela tetap membantu. Menelan ludah sendiri bagi para pencela.

Kakek berusia 78 tahun yang sering ditemukan dipelosok desa yang sebagian besar bekerja sebagai petani, dengan enjoy dan hepi menghisap rokok mereka yang secara simultan dapat meningkatkan kinerja mereka. Usia bukanlah alasan, prinsip jawa -mati wes ono seng ngatur le!. mematahkan statement buruk menggebu-gebu terhadap rokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun