Mohon tunggu...
ghaitsa  zahira
ghaitsa zahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Jakarta based undergraduate student

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah Menghancurkan Barang upaya Healing?

24 Desember 2021   16:17 Diperbarui: 26 Desember 2021   22:28 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada saat ketika menemukan diri kita dalam situasi stres dan menderita secara mental. Penyembuhan diri diperlukan untuk memulihkan kesehatan mental. Nah, penyembuhan diri atau self healing itu sendiri apa sih?

Self-healing adalah proses penyembuhan luka batin yang mengganggu emosi. Dalam bahasa Inggris, self-healing berarti menyembuhkan diri sendiri.  Sebagian orang tentunya mengalami masalah dan lelah secara emosional.

Dilansir dari Psychology Today, self healing atau pemulihan diri sendiri adalah menerima diri dari dari perspektif fisik, fisiologis, dan spiritual. Artinya, seseorang memperlakukan dirinya dengan cara yang baik, lembut, dan suportif.

Baru-baru ini, sebuah video viral di media sosial menunjukkan cara "menyembuhkan" dengan memecahkan benda-benda kaca. Diketahui bahwa tempat penyembuhan modern yang bisa menjadi alternatif untuk meluapkan amarah dari stres sedang beredar. Ini adalah ruang di mana barang-barang sedang dipersiapkan untuk dihancurkan sebagai jalan keluar.

Cara ini difasilitasi dengan ketersediaan lokasi di wilayah Jakarta dengan tarif mulai dari Rp100.000 per orang. Untuk harga ini, pengunjung akan mendapatkan 10 botol kaca. Pengunjung juga wajib memakai pakaian pelindung, helm, sepatu dan sarung tangan saat memasuki ruangan. Benarkah memecahkan benda bisa menjadi cara untuk menyembuhkan jiwa, yaitu 'healing'?

Guru Besar Fakultas Psikologi UIN Jakarta/WR Bidang Kemahasiswaan, Keislaman dan Keindonesiaan UICI,  Prof. Dr. Drs. Achmad Syahid, M.Ag., menuturkan bahwa healing dengan menghancurkan barang belum bisa dikatakan efektif atau tidak karena butuh banyak penelitian tetapi banyak opsi yang bisa dilakukan. Cara efektif bisa dilakukan seperti, yang pertama consciousness yang harus dijaga dan ada niat untuk kontrol emosi, kedua ada awareness adalah kesadaran untuk reaksi positif di lingkungan sekitar agar bisa membawa kepositifan, terakhir yaitu wakefulness terhadap self responsibility.

Secara khusus, penyembuhan diri telah jadi topik hangat di kalangan netizen karena kesadaran akan kesehatan mental meningkat. Banyak yang menyadari pentingnya penyembuhan diri sehingga mereka dapat untuk menghilangkan beban pikiran dan bisa move on untuk terus melanjutkan hidup.

Terlalu banyak orang yang merasa tidak mampu menangani masalah yang dihadapinya, sehingga orang tersebut akan menjadi pesimis, cemas, bahkan tidak mampu bertindak sesuai nalarnya.

 
"Karena aku dulu pas kecil kalau marah atau kesal  juga suka banting barang yang ada di depan aku, kalau menurutku pribadi itu jadi merasa puas dan lega tapi abis itu nyesel (karena barangnya masih kepake tapi aku banting sampai rusak), tapi sekarang aku sadar sih itu gak baik soalnya jadi tidak bisa mengontrol emosi pokoknya aku tidak membenarkan ngerusakin barang kalo marah mending dipake untuk hal positif lainnya," imbuh Delonik Nasyrah.

 "Akan lebih baik apabila kita bisa mencari dukungan sosial dari orang-orang terdekat untuk membantu menjaga well-being kita. Selain itu, kita dapat mencari cara coping dan healing yang lebih positif seperti melakukan katarsis, yaitu dengan melampiaskan amarah dengan cara yang tidak berbahaya, contohnya meditasi, olahraga, journaling, atau melakukan aktivitas seni. Menurut saya, sebagai individu kita juga harus memiliki resiliensi yang baik dalam menghadapi kesulitan atau stres yang sedang dialami. Namun, apabila masalahnya sudah dirasa terlalu berat dan terasa seperti beban, lebih baik kita mencari bantuan dari tenaga professional, seperti psikolog," ujar Aliya Imara, Co-Founder salah satu mental health platform di Instagram via video call Line pada Minggu (05/12/2021).

Ghaitsa Zahira K, mahasiswi semester 3 Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun